5.  Variabel budaya, variabel ini masuk faktor 1, karena faktor loading dengan faktor 1 paling besar 0.388.
6.  Variabel  daya  tarik,  variabel  ini  masuk  faktor  2,  karena  faktor  loading  dengan  faktor  2 paling besar 0.699.
7.  Variabel  tabu,  variabel  ini  masuk  faktor  2,  karena  faktor  loading  dengan  faktor  2  paling besar 0.699.
8.  Variabel  kecemasan,  variabel  ini  masuk  faktor  2,  karena  faktor  loading  dengan  faktor  2 paling besar 0.689.
9.  Variabel  bosan,  variabel  ini  masuk  faktor  2,  karena  faktor  loading  dengan  faktor  2  paling besar 0.578.
Dengan demikian, sembilan variabel telah direduksi menjadi 2 faktor, yaitu : 1.  Faktor 1 terdiri dari pengetahuan, penyakit, usia, pendidikan dan budaya.
2.  Faktor 2 terdiri dari daya tarik,tabu, kecemasan dan bosan.
4.3.8. Component Transformation Matrix
Tabel  Component  Transformation  Matrix  menunjukkan  kedua  faktor  yang  terbentuk sudah tepat, karena mempunyai korelasi yang tinggi pada masing-masing komponen.
Tabel 4.8. Component Transformation Matrix Component
1 2
1 0.815
0.580 2
-0.580 0.815
Pada  tabel 4.8. terlihat angka-angka yang ada pada diagonal, antara component 1 dengan 1,  component    2  dengan  2,  terlihat  kedua  angka  jauh  di  atas  0.5  yaitu  0.815,  0.815.  Hal  ini
membuktikan bahwa kedua faktor component yang  terbentuk sudah tepat, karena mempunyai korelasi yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4.3.9. Interpretasi dan Penamaan Faktor
Interpretasi  dipermudah  dengan  mengenali  atau  mengidentifikasikan  variabel  yang muatannya  loadingnya  besar  pada  faktor  yang  sama.  Faktor  tersebut  kemudian  bisa
diinterpretasikan  yang  dinyatakan  dalam  variabel  yang  mempunyai  high  loading  pada  faktor  1 atau pada faktor 2. Maka dari tabel 4.7 Rotated Component Matrix terlihat bahwa variabel usia,
penyakit,  pendidikan,  pengetahuan,  dan  budaya  memiliki  koefisien  tinggi  high  loading  pada faktor  1  satu  sehingga  berdasarkan  kelima  variabel  pada  faktor  1  tersebut  maka  peneliti
menamakan faktor tersebut dengan faktor karakteristik.
Kebutuhan  seksual  merupakan  salah  satu  kebutuhan  dasar  manusia  sepanjang  rentang kehidupannya,  walaupun  sudah  terjadi  penurunan  pada  berbagai  sistem  organ  tubuh,  namun
kebutuhan  seksual  itu  masih  tetap  ada.  Maka  perlu  pemenuhan  kebutuhan  seksual  pada  lanjut usia sesuai dengan karakteristiknya  yang  meliputi pengetahuan, penyakit, usia, pendidikan, dan
budaya. Demikian  juga  untuk  faktor  2  dua  dari  tabel  4.7  Rotated  Component  Matrix  terlihat
bahwa variabel daya tarik, tabu, kecemasan, dan bosan memiliki koefisien tinggi high loading pada faktor 2 dua sehingga berdasarkan keempat variabel pada faktor 2 tersebut maka peneliti
menamakan faktor tersebut dengan faktor Psikologis.
Dinamakan faktor  psikologis karena lansia dalam hal pemenuhan kebutuhan seksualnya dipengaruhi oleh keadaan dari psikologis lansia itu sendiri, faktor ini terdiri dari daya tarik, tabu,
kecemasan, dan bosan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang    dilakukan  dengan  menggunakan  analisis  faktor, diketahui  bahwa  dari  Sembilan  variabel  yang  memengaruhi  hubungan  seksual  pada  lanjut  usia
lansia wanita di wilayah kerja Puskesmas Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara menjadi 2 dua faktor, yaitu Faktor Karakteristik dan Faktor Psikologis.
5.1 Faktor Karakteristik
Pada  faktor  karakteristik  terdapat  5  variabel,  yaitu  pengetahuan,  penyakit,  usia, pendidikan, dan budaya.
a. Pengaruh Faktor Pengetahuan
Berdasarkan  hasil  analisis,  faktor  pengetahuan  terhadap  hubungan  seksual  pada  lanjut usia lansia di wilayah kerja Puskesmas  Tanah  Luas  Kabupaten  Aceh Utara Tahun 2013  yaitu
dengan nilai KMO di atas 0.5 yaitu 0.797 dan faktor loading 0.839 hal ini menunjukkan korelasi yang  positif  antar  variabel  pada  faktor  1  satu  bahwa  informasi  atau  pengetahuan    mengenai
seksualitas  yang  tidak  benar  mitos  berpengaruh  terhadap  hubungan  seksual  pada  lanjut  usia Pengetahuan merupakan informasi yang sangat penting, oleh karena itu pengetahuan seksualitas
yang  benar  pada  lanjut  usia  perlu  diperhatikan  guna  menjaga  keharmonisan    di  dalam  rumah tangga. Dimana informasi atau pengetahuan mengenai seksualitas yang tidak benar mitos dapat
membuat seseorang lanjut usia berasumsi bahwasanya pada usia lanjut daya seksual menurun Howton, 1993. Akan tetapi hal ini tidak menghilangkan sifat seksual kemanusiaan yang dijiwai
oleh  semangat  memberi  dan  menerima  cinta  dalam  berbagai  ungkapannya,  seperti  rangkulan, usapan dan rabaan yang dilakukan penuh kemesraan yang dapat memberikan kebahagiaan pada
usia lanjut Marsetio, M. 2001.
Universitas Sumatera Utara