yang  semakin  besar  pada  nilai  faktor.  Hal  ini  berlaku  untuk  keadaan  sebaliknya  Rangkuti, 2002.
8. Memilih Surrogate Variables
Surrogate Variables   adalah  suatu  bagian  dari  variabel  asli  yang  dipilih  untuk digunakan  di  dalam analisis  selanjutnya.  Pemilihan  Surrogate  Variables  meliputi dari  sebagian
dari  beberapa  variabel  asli  untuk  dipergunakan  di  dalam  analisis  selanjutnya.  Hal  ini memungkinkan  peneliti  untuk  melakukan  analisis  lanjutan  dan  menginterpretasikan  hasilnya
dinyatakan  dalam  variabel  asli  bukan  dalam  skor  faktor.  Dengan  meneliti  matriks  faktor,  kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan.
Variabel tersebut kemudian bisa dipergunakan sebagai variabel pengganti atau  Surrogate Variables  untuk  faktor  yang  bersangkutan.  Proses  untuk  mencari  variabel  pengganti  akan
berjalan lancar kalau muatan faktor factor loading untuk suatu  variabel jelas-jelas lebih tinggi dari pada muatan faktor lainnya. Akan tetapi pilihan menjadi susah, kalau ada dua variabel atau
lebih  mempunyai  muatan  yang  sama  tingginya.  Di  dalam  hal  seperti  ini,  pemilihan  antara variabel-variabel ini harus  didasarkan pada pertimbangan teori dan pengukuran sebagai contoh,
mungkin  teori  menyarankan  bahwa  suatu  variabel  dengan  muatan  sedikit  lebih  kecil  mungkin lebih penting daripada dengan sedikit lebih tinggi.
Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih rendah akan tetapi telah diukur lebih teliti akurat, seharusnya dipilih sebagai Surrogate Variables.
Universitas Sumatera Utara
9. Proses Analisis Faktor
Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut : 1.  Memilih  variabel  yang  layak  dimasukkan  dalam  analisis  faktor.  Oleh  karena  analisis
faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup  kuat  diantara  variabel,  sehingga  akan  terjadi  pengelompokkan.  Jika  sebuah
variabel  atau  lebih  berkorelasi    lemah  dengan  variabel  lainnya,  maka  variabel  tersebut akan  dikeluarkan  dari  analisis  faktor.  Alat  seperti  MSA  atau  Barlett‟s  Test  dapat
digunakan untuk keperluan ini. 2.  Setela
h sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut sehingga menjadi satu atau beberapa faktor.
3.  Faktor  yang  terbentuk  pada  banyak  kasus  kurang  menggambarkan  perbedaan  diantara faktor-faktor  yang  ada.  Hal  tersebut  akan  mengganggu  analisis,  karena  justru  sebuah
faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain. 4.  Jika isi faktor diragukan, dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor
terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. 5.  Setelah  faktor  benar-benar  sudah  terbentuk,  maka  proses  dilanjutkan  denagan
menamakan  faktor  yang  ada.  Kemudian  mengartikan  hasil  penemuan  artinya  faktor- faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konsep Penelitian