BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,
DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Banyak orang yang beranggapan,
bahwa yang dimaksud belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada juga yang berpendapat belajar adalah menyerap pengetahuan, yang
berarti orang harus mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang dapat dihafalkan.
Herman Hudojo menyatakan 1988 : 1 bahwa seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses
kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak
mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Slameto 2003 menyatakan, belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan. Ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
a. perubahan terjadi secara sadar 9
b. perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional c. perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara e. perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f. perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Winkel 2004:59 menyatakan bahwa belajar terjadi dalam
interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang, dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa. Namun tidak
sembarang berada di tengah-tengah lingkungan, menjamin adanya proses belajar. Orang yang belajar harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan
segala pemikiran, kemauan dan perasaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor
internal faktor dari dalam siswa dan faktor eksternal faktor dari luar siswa.
a. Faktor internal faktor dari dalam siswa, antara lain: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kesiapan.
1 Inteligensi Inteligensi adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan
ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2 Perhatian Siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, sehingga guru perlu mengusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian siswa.
3 Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena jika bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
4 Bakat Kemampuan siswa untuk mencapai keberhasilan. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan selanjutnya lebih
giat lagi dalam belajarnya. 5 Motif
Motif sebagai penggerak pendorong siswa untuk mencapai sesuatu tujuan. Dalam proses belajar diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan
melaksanakan kegiatan yang menunjang belajar.
6 Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk membei respon. Kesiapan ini
perlu diperhatikan dalam proses belajar agar hasil belajarnya lebih baik.
b. Faktor eksternal faktor dari luar siswa, antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, metode belajar. 1 Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Dalam proses belajar agar dapat menerima,
menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, maka metode mengajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif
mungkin. 2 Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan ini menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. 3 Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan
proses belajar mengajar itu kurang lancar dan siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
4 Relasi siswa dengan siswa Menciptakan relasi yang baik antarsiswa agar dapat memberikan
pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. 5 Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta
siswa-siswanya. 6 Alat pelajaran
Alat pelajaran yang dipakai guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan. Alat pelajaran
yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
7 Metode belajar Belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang
baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
Slameto, 2003:55-69 Bruner menyatakan, jika sesorang mempelajari sesuatu
pengetahuan misalnya suatu konsep matematika, pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat
diinternalisasi dalam pikiran struktur kognitif orang tersebut. Proses
internalisasi akan terjadi sungguh-sungguh yang berarti proses belajar terjadi secara optimal jika pengetahuan yang dipelajari itu dalam tiga
tahap sebagai berikut. a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di
mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
b. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan diwujudkan dalam bentuk
bayangan visual, gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap
enaktif. c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol- simbol abstrak.
Depdiknas, 2004b: 8. Ausubel, Novak, Hanesian Paul Suparno, 1997 menyatakankan
ada dua jenis belajar, yaitu: belajar bermakna meaningful learning dan belajar menghafal rote learning. Belajar bermakna adalah suatu proses
belajar di mana informasi atau pengetahuan baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
Jika pengetahuan baru tidak berhubungan dengan pengetahuan yang ada, maka pengetahuan itu akan dipelajari siswa melalui belajar hafalan. Hal ini
disebabkan pengetahuan yang baru tidak diasosiasikan dengan pengetahuan yang ada.
Ausebel menyatakan bahwa seseorang belajar dengan mengasosiasikan pengetahuan baru ke dalam skema yang telah ia punyai.
Dalam proses itu siswa dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Proses belajar ini siswa mengkonstruksi apa yang ia
pelajari sendiri Paul Suparno, 1997:54. Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini:
a. Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan
tertentu; b. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu
disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa; c. Menganalisis sequence. Guru mengajar , berarti membimbing siswa
melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehungga siswa memperoleh pengertian dan dpat mentransfer apa yang sedang
dipelajari; d. Memberi reinforcement dan umpan balik feed-back. Penguatan yang
optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.
Slameto, 2003:12. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses kegiatan aktif siswa mempelajari suatu pengetahuan sehingga
terjadi proses perubahan dari tidak mampu mengerjakan menjadi mampu mengerjakan.
2. Prestasi Belajar Matematika