b. Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar c. Pembelajaran dapat dilakukan dengan alokasi waktu yang disediakan
d. Sarana sekolah yang kurang mendukung tidak menghambat guru dalam menyampaikan bahan pelajaran.
Sedangkan kelemahan pembelajaran dengan pendekatan konvensional adalah:
a. Guru terus berceramah dalam menyampaikan bahan pelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran siswa mudah bosan
b. Pengetahuan yang diperoleh siswa mudah dilupakan c. Siswa cenderung pasif, karena tidak dapat mengungkapkan gagasan
atau ide. Jadi pembelajaran konvensional tidak memperhatikan pengetahuan
awal siswa. Pembelajaran konvensional dilaksanakan dari guru menyajikan informasi dengan berceramah, guru memberi contoh soal dan
dilanjutkan mengerjakan latihan soal-soal.
4. Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Perubahan dari paradigma mengajar matematika ke paradigma belajar matematika dirasakan sangat perlu terjadi karena paradigma
mengajar matematika yang dicirikan: informasiteoremadefinisi-contoh soal-soal tidak dapat mencapai tujuan mengajar untuk meningkatkan
belajar. Pembelajaran menurut pandangan konstruktivis adalah membantu
siswa untuk membangun konsep-konsepprinsip-prinsip dengan
kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsepprinsip itu terbangun kembali, transformasi informasi yang diperoleh menjadi
konsepprinsip baru. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah membangun pemahaman, sebab pemahaman akan mengakibatkan materi
yang dipelajari menjadi bermakna. Dalam pembelajaran seperti ini, aktivitas siswa menjadi syarat
mutlak agar siswa mampu, bukan untuk mengumpulkan banyak fakta melainkan agar dapat menemukan sesuatu pengetahuan dan mengalami
perkembangan pemikiran. Herman Hudojo 2005 : 20 menyebutkan ciri-ciri pembelajaran
matematika dalam pandangan konstruktivis, antara lain: a. Siswa terlibat aktif dalam belajarnya
b. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman
terhadap informasi materi kompleks terjadi; c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah. Paul Suparno dalam Marpaung, 2003 menyebutkan bahwa ciri-
ciri belajar konstruktivis adalah: a. Belajar berarti membentuk makna;
b. Belajar berarti mengkonstruksi terus menerus c. Belajar adalah mengembangkan pemikiran, bukan mengumpulkan
fakta-fakta dan menghafalnya;
d. Belajar berarti menimbulkan situasi ketidakseimbangan; e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pebelajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya; f. Hasil belajar pebelajar tergantung pada apa yang telah dimiliki
olehnya; g. Belajar dalam kelompok adalah baik dan dianjurkan;
h. Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan mediator.
Mengajar dalam pandangan konstruktivisme bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan
yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Bettencourt Paul Suparno, 1997:65 mengajar berarti partisipasi dengan
pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Mengajar adalah
suatu bentuk belajar sendiri. Menurut von Glasersfeld Suparno, 1997:65 mengajar adalah membantu seseorang berpikir secara benar dengan
membiarkannya berpikir sendiri. Dalam konstruktivisme seorang pengajar atau guru berperan
sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan
dalam beberapa tugas sebagai berikut. a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.
Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa, dan guru harus menyemangati siswa.
c. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si murid jalan atau tidak. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan
kesimpulan. Paul Suparno, 1997:66.
Lebih lanjut Paul Suparno 1997:66 menjelaskan bahwa agar peran guru tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan
dan pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar. a. Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa
yang sudah mereka ketahui dan pikirkan. b. Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan
bersama sehingga siswa sungguh terlibat. c. Guru perlu mengerti pengalaman mana yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa. d. Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan
kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.
e. Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir
berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. Dalam pembelajaran matematika perlu diciptakan suasana belajar
yang membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya dan guru mengerti taraf
pengetahuan awal siswa yang dipunyai sebagai dasar untuk membangun pengetahuan. Guru memberi kesempatan siswa aktif mengungkapkan
gagasan dan konsepnya, juga guru menghargai dan menerima pemikiran siswa dengan memberikan orientasi dan arah pemikiran siswa. Guru harus
menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima gagasan siswa yang berbeda.
Keunggulan dari pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah:
a. Siswa dapat mengungkap gagasanide dan konsepnya b. Siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga bahan
pelajaran bertahan lama dan lebih mudah diingat c. Terjadi dialog dalam pembelajaran antara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa. Sedangkan kelemahan dari pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivisme adalah: a. Alokasi waktu pembelajaran memerlukan waktu yang lama
b. Penanganan atau pembimbingan berbeda-beda untuk setiap siswa
c. Banyak bahan pelajaran yang tidak terselesaikan menurut kurikulum yang baku.
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis guru tidak lagi mengajari siswa apa yang harus siswa lakukan dan bagaimana siswa
melakukannya, tetapi memotivasi siswa dan memfasilitasinya agar mau secara aktif mengkonstruksi pengetahuan baik konsep, ide maupun
pengertian tentang sesuatu yang sedang dipelajarinya, baik secara individual atau melalui interaksi dan negosiasi dalam kelompok.
Agar terjadi proses yang demikian diperlukan pergeseran paradigma dalam pembelajaran kepada hal-hal yang utama, yakni:
Tabel 2.1 Perubahan Paradigma dalam Pembelajaran
Dari Menjadi
Mengajar Indoktrinasi
Guru sebagai subjek Siswa mengumpulkan
pengetahuan Belajar
Partisipatif sebagai mediator dan fasilitator
Siswa sebagai subjek Siswa menemukan pengetahuan
dan mengembangkan kerangka berpikir
Paul Suparno dkk 2002:45-46 menyatakan langkah-langkah dalam pembelajaran konstruktivis ada 3, yaitu: persiapan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
1. Tahap persiapan sebelum guru mengajar • Mempersiapkan bahan yang akan diajarkan;
• Mempersiapkan alat-alat peragapraktikum yang akan digunakan; • Mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang siswa
aktif belajar; • Mempelajarai keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan
siswa; serta • Mempelajari pengetahuan awal siswa.
2. Tahap pelaksanaan selama proses pembelajaran • Mengajak siswa aktif belajar;
• Siswa dibiarkan bertanya; • Menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan sehingga
siswa merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka; • Mengikuti pikiran dan gagasan siswa;
• Menggunakan variasi metode pembelajaran seperti studi kelompok, studi di luar kelas, di luar kelas;
• Kunjungan ke tempat pengembangan studi seperti laboratorium; • Mengadakan praktikum terpimpin maupun bebas;
• Menerima jawaban alternatif dari siswa; • Kesalahan konsep siswa ditunjukkan dengan arif;
• Menyediakan data anomali untuk menantang siswa berpikir; • Siswa diberi kesempatan mengungkapkan pikirannya;
• Siswa diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dengan caranya sendiri dalam belajar dan menemukan sesuatu;
3. Tahap evaluasi sesudah proses pembelajaran • Guru memberi pekerjaan rumah,mengumpulkannya dan
mengoreksinya; • Memberikan tugas lain untuk pendalaman;
• Memberi tes yang membuat siswa berpikir, bukan hafalan.
5. Aktivitas Belajar Siswa