xlvi Involvement, adalah orientasi yang negatif terhadap organisasi, terutama pada
situasi saat individu merasa terpaksa untuk berperilaku tertentu.
2. Komitmen Model Allen -Meyer
Berdasarkan pengembangan dua pendekatan yang digunakan dalam memahami konsep komitmen di atas, Allen dan Meyer 1990 mengakomodasi
komitmen organisasi model tiga komponen, yaitu; a. Komitmen afektif affective commitment, berkaitan dengan emosional,
identifikasi dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi. Individu menetap dalam suatu organisasi karena keinginannya sendiri.
b. Komitmen normatif normative commitment, merupakan perasaan- perasaan pegawai tentang kewajiban yang harus ia berikan pada organisasi.
Individu tetap tinggal pada suatu organisasi karena merasa wajib loyal kepada organisasi tersebut.
c. Komitmen kontinuan continuance commitment, berarti komitmen organisasi yang didasarkan pada persepsi karyawan tentang kerugian yang
dihadapi jika ia meninggalkan organisasi. Individu memutuskan untuk menetap pada suatu organisasi karena menganggapnya sebagai suatu
pemenuhan kebutuhan. Meyer dan Allen 1990 berpendapat bahwa setiap komponen memiliki
dasar yang berbeda. Karyawan dengan komponen afektif tinggi, masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota.
xlvii Sementara itu karyawan dengan komponen kontinuan tinggi tetap bergabung
dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi, dan karyawan dengan komponen normatif yang tinggi tetap menjadi anggota
organisasi karena mereka harus melakukannya. Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang
dimilikinya. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi dengan dasar afektif berbeda dengan karyawan yang berdasarkan kontinuan. Karyawan
menginginkan anggota organisasi memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaliknya mereka yang terpaksa
menjadi anggota akan menghindari kerugian, sehingga mungkin usahanya tidak maksimal. Sementara itu komponen normatif yang berkembang sebagai hasil
dari pengalaman sosialisasi, tergantung pada sejauh mana perasaan kewajiban yang dimiliki karyawan. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban
pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisasi.
Buchanan 1974 menyatakan bahwa ada 4 karakteristik tindakan komitmen organisasi, yaitu :
a. Kejelasan tindakan-tindakan yang dapat diamati dan tindakan yang dilakukan tanpa ragu-ragu. Beberapa tindakan tidak dapat diamati dan
hanya dapat diketahui dari asumsi terhadap konsekuensinya. Intinya adalah bahwa perilaku inidividu konsisten dengan apa yang dikatakannya.
xlviii b. Pengulangan tindakan, bahwa tindakan-tindakan dapat diulang kembali
secara teratur dan kontinyu. Orang yang mempunyai komitmen tinggi tidak mundur dari tindakannya, meskipun mendapat hambatan baik dari
dalam dirinya maupun dari lingkungan. c. Kemampuan sendiri, menjelaskan bahwa tindakan individu atas
kemampuan sendiri akan lebih bertanggung jawab dan bersungguh- sungguh bila dibandingkan dengan orang yang bekerja secara paksa. Bila
melakukan kesalahan maka orang tersebut harus berani mengakui kesalahannya dan secara sadar berupaya memperbaikinya.
d. Publisitas tindakan, merupakan ciri di mana suatu tindakan dapat diketahui dan dirasakan secara sosial. Orang melakukan suatu tindakan
bukan untuk mencari pujian dari orang lain melainkan untuk mendapatkan kejelasan konteks sosial.
F . Affective Commitment
1. Pengertian