Penyebaran Sarana dan Prasarana Pembangunan

begitupun sebaliknya. Contohnya adalah Kecamatan Leles yang memiliki peringkat sepuluh jumlah jenis fasilitas pelayanan juga menepati peringkat ke sepuluh untuk jumlah penduduk. Namun hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan tidak hanya tergantung pada jumlah penduduk. Akan tetapi juga terkait dengan factor-faktor lain seperti topografi daerah, luas wilayah maupun penyebaran sarana prasarana itu sendiri. Kecamatan-kecamatan yang memiliki peringkat fasilitas pelayanan lebih tinggi daripada peringkat jumlah penduduknya akan lebih mudah dalam memenuhi permintaan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas tersebut. Kecamatan-kecamatan tersebut diantaranya Naringgul, Agrabinta, Cijati, dan Leles. Namun antara permintaan dan penawaran terhadap sarana dan prasarana tersebut belum tentu seimbang karena seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini dipengaruhi juga oleh topografi kecamatan, luas wilayah kecamatan dan penyebaran sarana prasarana wilayah. Hasil analisis skalogram jika dikaitkan dengan analisis hirarki potensi sarana prasarana dan analisis hirarki potensi sumberdaya maka memberikan gambaran bahwa pada umumnya kecamatan- kecamatan yang menempati peringkat atas pada analisis skalogram merupakan kecamatan-kecamatan maju dan kaya. Begitupun sebaliknya, kecamatan yang berada pada peringkat bawah dalam hirarki fasilitas pelayanan merupakan wilayah miskin dan tertinggal.

6.2. Penyebaran Sarana dan Prasarana Pembangunan

Penyebaran sarana dan prasarana pembangunan juga dapat dilihat dari hasil analisis skalogram melalui hirarki sarana dan prasarana. Hirarki tertinggi diberikan kepada jenis fasilitas pelayanan yang memiliki tingkat ketersediaan paling tinggi yaitu fasilitas yang memiliki jumlah unit sarana dan prasarana terbesar. Sebaliknya, jumlah unit terkecil yang dimiliki fasilitas pelayanan menunjukkan hirarki sarana dan prasarana terendah. Tabel 6.2 menyajikan penyebaran jenis sarana dan prasarana kecamatan dan peringkatnya. Berdasarkan Tabel 6.2, sarana yang menempati urutan atas adalah sarana ibadah mesjid dan mushala, sarana pendidikan SD, SLTP, MI, MTs, dan sarana kesehatan bidan praktek swasta, praktek dokter umum, puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling. Sarana yang menempati urutan bawah diantaranya mall dan restoran, juga sarana ibadah lain selain masjid dan mushala gereja, pura, vihara. Derajat penyebaran fasilitas layanan pada Tabel 6.2 dapat dilihat dari banyaknya jumlah kecamatan yang memiliki jenis fasilitas tersebut. Derajat penyebaran fasilitas layanan berdasarkan derajat penyebarannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu jenis fasilitas dengan derajat penyebaran tinggi, rendah dan sedang. Tabel 6.2. Hirarki Aktual Sarana dan Prasarana Pembangunan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan Tahun 2010. No. Fasilitas Jumlah Kecamatan Derajat Penyebaran Jumlah Unit Peringkat 1 Mesjid 10 100 1194 1 2 Mushala 10 100 456 2 3 SD 10 100 351 3 4 Koperasi 9 90 166 4 5 Bidan praktek swasta 10 100 145 5 6 Puskesmas keliling roda 2 10 100 129 6 7 Jumlah desa 10 100 82 7 8 SLTP 10 100 79 8 9 MI 10 100 59 9 10 Puskesmas pembantu 10 100 33 10 11 MTS 10 100 28 11 12 Puskesmas keliling roda 4 10 100 13 12 13 RA 5 50 12 14 14 Puskesmas 10 100 12 14 15 Praktek dokter umum 9 90 12 14 16 Minimarket 6 60 11 16 17 MA 7 70 10 17 18 Angkot 9 90 9 18 19 TK 7 70 8 20 20 SMK 5 50 8 20 21 Jumlah hotelakom lainnya 3 30 8 20 22 SMA 5 50 5 22 23 Kantor pos 4 40 4 23 24 Jumlah obyek wisata 2 20 2 24 25 Praktek dokter gigi 1 10 1 25 26 RS 29 27 Mall 29 28 Restoran 29 29 Gereja 29 30 Pura 29 31 Vihara 29 32 Bis 29 Derajat penyebaran sarana dan prasarana di Kabupaten Cianjur Selatan dapat dilihat pada Tabel 6.3. Kategori dalam derajat penyebaran fasilitas ditentukan dengan membagi 10 kecamatan di Wilayah Usulan Cianjur Selatan termasuk 3 kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Tengah menjadi tiga rentang yang sama. Penyebaran fasilitas dikategorikan menjadi kategori rendah jika jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas tersebut kurang dari 3 kecamatan atau 30 persen dari keseluruhan kecamatan yang ada di wilayah selatan. Jika jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas tertentu lebih dari 7 kecamatan maka fasilitas tersebut dikategorikan menyebar tinggi atau lebih dari 70 persen dari seluruh kecamatan di wilayah selatan. Jumlah fasilitas yang menyebar pada empat sampai dengan enam kecamatan di wilayah selatan dikategorikan dimasukkan ke dalam kategori sedang. Tabel 6.3. Jenis Fasilitas Pelayanan berdasarkan Derajat Penyebarannya di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan Tahun 2011 Derajat Penyebaran Jenis Fasilitas Tinggi ≥ 70 Mesjid Mushala SD Koperasi Bidan praktek swasta Puskesmas keliling roda 2 Jumlah desa SLTP MI Puskesmas pembantu MTS Puskesmas keliling roda 4 Puskesmas Praktek Dokter Umum MA Angkot TK Sedang 35-70 RA Minimarket SMK SMA Kantor Pos Rendah ≤ 35 Hotelakom lainnya Jumlah obyek wisata Praktek dokter gigi RS Mall Restoran Gereja Pura Vihara Terminal bus Jumlah obyek wisata Fasilitas pelayanan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan sebagian besar memiliki derajat penyebaran tinggi ≥ 70. Fasilitas ini umumnya merupakan fasilitas dasar seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana ibadah. Tingginya derajat penyebaran jenis fasilitas tersebut salah satunya disebabkan oleh tingginya tingkat permintaan terhadap fasilitas ini sehingga keberadaannya di setiap kecamatan sangat dibutuhkan. Sebaliknya, fasilitas yang derajat penyebarannya rendah adalah fasilitas yang dimiliki oleh kurang dari 35 persen kecamatan. Fasilitas pelayanan yang keberadaannya hanya terbatas pada beberapa kecamatan ini merupakan fasilitas yang mempunyai jangkauan pelayanan yang luas seperti rumah sakit, mall, jumlah obyek wisata, hotel dan akomodasi lainnya, dan terminal bus. Derajat penyebaran fasilitas yang rendah juga disebabkan oleh sedikitnya permintaan penduduk terhadap fasilitas tersebut. Contohnya sarana peribadatan seperti gereja, vihara, dan pura. Fasilitas-fasilitas tersebut umumnya dibangun di lokasi-lokasi khusus yang potensial atau lokasi yang memerlukan pembangunan fasilitas tersebut.

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN