3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kajian pembangunan daerah dilakukan di Cianjur, khususnya Wilayah Pembangunan Cianjur Selatan yang meliputi : Kecamatan Agrabina, Leles,
Sindangbarang, Cidaun, Naringgul, dan Cikadu. Ditambah tiga kecamatan yang masuk Wilayah Pembangunan Cianjur Tengah yang akan dimasukkan ke dalam
Wilayah Usulan Cianjur Selatan, yaitu Kadupandak, Tanggeung dan Cijati. Dipilihnya wilayah pembangunan Cianjur Selatan, dilatar belakangi
kondisi riil pembangunan perekonomian di daerah tersebut yang tertinggal jauh bila dibandingkan dengan wilayah pembangunan Cianjur Tengah, dan Utara.
Padahal, sebagai daerah pegunungan dan pesisir pantai selatan, kawasan Cianjur Selatan memiliki potensi besar untuk bisa dikembangkan. Data dan informasi
secara menyeluruh mengenai kajian pembangunan daerah ini akan berlangsung selama 3 tiga bulan efektif, terhitung sejak bulan Februari s.d April 2012.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan nara sumber dari
intansi terkait serta pengisian kuesioner. Responden dipilih secara sengaja purposive sampling terdiri dari tujuh orang pengambil kebijakan diantaranya
Wakil Bupati Cianjur, Sekretaris Daerah Kabupaten Cianjur, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten Cianjur, Unsur
Pimpinan dan Anggota DPRD Cianjur. Responden yang dipilih yaitu pihak yang
dianggap mengetahui banyak mengenai permasalahan yang berhubungan dengan kajian. Data primer ini diperlukan untuk mengetahui kondisi lingkungan internal
dan eksternal dalam pembangunan wilayah, serta merumuskan dan menentukan
alternatif strategi.
Tabel 3.1 Metode Analisis Data
Metode Analisis Tujuan
Data yang Diperlukan
Sumber Data
Location Quotient LQ
Mengidentifikasi sektor-sektor basis yang diproritaskan sebagai
sektor unggulan yang dapat menjadi penggerak ekonomi di
Cianjur Selatan PDRB Kabupaten
Cianjur atas dasar harga konstan
sektoral menurut lapangan usaha
BPS Kabupaten
Cianjur dan Dinas-dinas
terkait Metode Skalogram
Menganalisis hierarki pusat pertumbuhan dan pelayanan
Jumlah penduduk dan sarana
prasarana pembangunan
BPS Kabupaten
Cianjur Sistem Limpitan
Sejajar:
Analisis hierarki potensi sumber
daya
Analisis hierarki fasilitas sosial
ekonomi Menetapkan Wilayah-wilayah
pembangunan yang perlu mendapatkan prioritas dalam
pembangunan: Menganalisis tingkat
ketimpangan antar wilayah yang disebabkan oleh
perbedaan penyebaran potensi dan sumber daya alam yang
dimiliki suatu daerah
Menganalisis tingkat ketimpangan antar wilayah
yang disebabkan oleh alokasi kegiatan pembangunan dan
hasil-hasilnya ketersediaan fasilitas sosial dan ekonomi
Data potensi sumber daya
wilayah yang meliputi potensi
sumberdaya alam seperti pertanian,
industri dan lain- lain
Data ketersediaan sarana dan
prasarana sosial dan ekonomi
BPS Kabupaten
Cianjur dan Dinas-Dinas
terkait Bapeda
Kabupaten Cianjur
Matriks Faktor Internal dan
Eksternal IFE-EFE Matrix
Menilai faktor kekuatan dan kelemahan dari faktor internal
yang ada dalam pembentukan daerah otonomi baru
Kabupaten Cianjur Selatan Menilai peluang dan ancaman
Faktor-faktor kritis yang
diperoleh dari kekuatan dan
kelemahan, serta peluang dan
Bappeda, Dinas
Pertanian, dan responden
yang dianggap berpengaruh
dari faktor eksternal yang ada dalam pembentukan daerah
otonomi baru Kabupaten Cianjur Selatan
ancaman
Analisis SWOT Menganalisis strategi
–strategi alternatif bagi pembentukan
pembangunan Cianjur Selatan Faktor-faktor
internal dan eksternal yang
telah diidentifikasi
dalam matirks IFE dan EFE
Matriks QSP Quantitative
Strategic Planning Matrix
Mengetahui strategi yang diprioritaskan dari strategi-strategi
alternatif terpilih. Hasil rumusan
alternatif strategi yang di dapat
dari matriks SWOT
Data sekunder diperoleh melalui metode riset pustaka dan riset dokmentasi. Metode dokumentasi data dikumpulkan melalui sumber dari laporan
pemerintah seperti Badan Pusat Statistik BPS Kab. Cianjur, Dinas-Dinas terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan
Perikanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertambangan, Dinas Pariwisata, Dinas Pendapatan daerah maupun dari sumber lainnya yang
menunjang kajian seperti dari Komite Persiapan Pembentukan Kabupaten Cianjur Selatan KPPKCS.
Data sekunder diperlukan untuk analisis sektor basis, analisis skalogram, analisis sistem limpitan sejajar, serta analisis tabulasi dan deskriptif. Data
sekunder yang diperlukan anatara lain data potensi sumber daya alam, hasil pembangunan berupa sarana dan prasarana sosial ekonomi, data perekonomian,
data penduduk dan lain sebagainya.
3.3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode analaisis data yang digunakan dalam kajian ini antara lain metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui
kondisi daerah Cianjur Selatan dan tingkat perkembangan hasil pembangunannya. Metode kuantitatif antara lain berupa analisis hierarki pusat pertumbuhan dan
pelayanan dengan metode skalogram, dan analisis sistem limpitan sejajar kemudian selanjutnya metode Location Quotient LQ untuk mengetahui potensi
ekonomi kecamatan-kecamatan di Cianjur Selatan. Selain metode untuk mengetahui potensi ekonomi, digunakan juga metode analisis untuk mengetahui
strategi prioritas pembangunan di Cianjur Selatan yaitu analisis faktor strategi internal dan eksternal, analisis SWOT, dan matriks QSP Quantitative Strategic
Planning Matrix.
3.3.2.1 Metode Skalogram
Metode skalogram yang digunakan dalam kajian bertujuan untuk menganalisis penyebaran sumberdaya dan fasilitas sosial ekonomi. Metode
skalogram dapat digunakan untuk melihat hirarki potensi sumberdaya wilayah serta hirarki fasilitas sosial ekonomi wilayah sehingga akan diketahui pusat
pertumbuhan dan pelayanan sarana prasarana pembangunan di Kabupaten Cianjur. Indikator yang digunakan dalam analisis skalogram yaitu jumlah
penduduk, potensi sumberdaya, jumlah jenis, jumlah unit serta kualitas fasilitas sosial ekonomi yang dimiliki masing-masing kecamatan di Kabupaten Cianjur.
Sarana dan prasarana yang akan dianalisis melalui metode ini meliputi sarana dan prasarana pembangunan sosial dan ekonomi. Dalam kajian ini, fasilitas pelayanan
sosial dan ekonomi tersebut dibagi menjadi lima jenis pelayanan yaitu: 1. Pelayanan pendidikan, meliputi sekolah baik negeri, swasta, maupun
madrasah. 2. Pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit umum, rumah sakit khusus, rumah
sakit bersalin, klinik KB, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, praktek dokter dan bidan swasta, dsb.
3. Pelayanan ekonomi, seperti KUD atau koperasi lainnya, bank, pasar tradisional, pasar swalayan, toserba, restoran, dan pegadaian.
4. Pelayanan perhubungan dan komunikasi yang meliputi terminal bus, terminal angkota, dan kantor pos.
5. Pelayanan sosial lainnya seperti sarana ibadah, penginapan atau hotel, dan sarana rekreasi.
Beberapa asumsi pada konsep pusat pertumbuhan dan pelayanan menurut Budiharsono 2001 diantaranya : 1 Penduduk didistribusikan pada beragam
ukuran pemukiman; 2 mereka mempunyai kebutuhan biofisik sama baiknya dengan kebutuhan sosial ekonomi; 3 mereka menggunakan sumber daya alam
dan manusia seperti barang-barang dan jasa untuk kebutuhan mereka; 4 mereka membentuk pemukiman dalam bentuk rumah, dusun kecil, desa, dan kota serta
meneruskan untuk tinggal bersama selama sumberdaya mencukupi kebutuhan mereka; 5 mereka menggunakan sumberdaya untuk kebutuhan dasar yang
dibatasi atau keinginan yang terbatas; 6 mereka berpindah ke tempat lain migrasi untuk mencari barang-barang dan jasa yang tidak mereka dapati di
Keunggulan metode skalogram diantaranya dapat digunakan untuk memperlihatkan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas
pelayanan; secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah- wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan; memperlihatkan hierarki
pemukiman atau wilayah; dan secara potensial dapat digunakan untuk merancang fasilitas baru dan memantaunya Budiharsono, 2001. Sedangkan kelemahan
metode skalogram diantaranya hasil akhir dapat dipengaruhi oleh pemilihan indikator fasilitas pelayanan yang ada, tidak terdapat informasi tentang ukuran
kondisi dan kualitas fasilitas pelayanan, dan tidak mencakup faktor-faktor lokasi tata ruang dan meruapakan perhitungan yang agak kasar Hanafiah, 1988.
Hasil dari analisis dengan menggunakan metode skalogram akan didapat hierarki peringkat kecamatan-kecamatan di Cianjur Selatan dengan beberapa
kategori. Hirarki potensi sumberdaya menunjukkan pengelompokkan kecamatan- kecamatan ke dalam wilayah kaya, wilayah sedang dan wilayah miskin.
Pengelompokan ini didasarkan pada tingkat pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Sedangkan hirarki fasilitas sosial ekonomi
menunjukkan pengelompokkan kecamatan-kecamatan ke dalam wilayah maju, wilayah berkembang dan wilayah tertinggal. Semakin lengkap fasilitas sosial
ekonomi di suatu wilayah maka wilayah tersebut memperoleh peringkat yang terbaik.
3.3.2.2 Metode Sistem Limpitan Sejajar
Analisis sistem limpitan sejajar digunakan untuk menetapkan wilayah- wilayah pembangunan yang perlu mendapat prioritas dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan. Wilayah yang perlu mendapat prioritas terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu wilayah potensial, wilayah kritis dan wilayah strategis.
Kategori wilayah ini diperoleh dengan mensejajarkan sistem hirarki potensi sumberdaya dengan hirarki fasilitas sosial. Wilayah-wilayah yang berada pada
peringkat atas pada hirarki potensi sumberdaya, sekaligus menempati peringkat atas pada hirarki fasilitas sosial ekonomi, merupakan wilayah potensial.
Sebaliknya wilayah-wilayah yang menempati peringkat bawah pada potensi sumberdaya dan juga pada hirarki fasilitas sosial ekonomi merupakan wilayah
kritis. Wilayah potensial diprioritaskan karena jangka pendek akan meningkatkan
pertumbuhan wilayah dan memberikan pelayanan bagi wilayah-wilayah yang dibelakangnya. Wilayah strategis diprioritaskan karena memiliki potensi
pertumbuhan yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang di atas kekuatannya sendiri dan akan mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.
Sedangkan wilayah kritis diprioritaskan dengan pertimbangan sosial, politik yaitu dalam upaya memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya.
3.3.2.3 Metode Location Quotient LQ
Metode LQ digunakan untuk menentukan sektor ekonomi basis dan non basis pada suatu wilayah. Secara teori, seluruh kegiatan ekonomi diklasifikasikan
ke dalam dua sektor industri yaitu sektor basis dan sektor non-basis sehingga penjumlahan tenaga kerja pendapatan sektor basis dan tenaga kerja pendapatan
sektor non-basis merupakan total tenaga kerja pendapatan wilayah. Dalam hal ini, tenaga kerja dan pendapatan pada sektor basis adalah fungsi permintaan dari
luar exogeneous, yaitu permintaan dari luar yang mengakibatkan terjadinya ekspor dari wilayah tersebut. Sedangkan kegiatan sektor pendukung disebut sektor
non-basis Budiharsono, 2001. Dengan demikian, metode LQ digunakan untuk menganalisis kondisi perekonomian berupa identifikasi pada spesialisasi kegiatan
perekonomian di suatu wilayah.
Secara umum, penentuan sektor basis dan sektor non-basis dapat diketahui dengan menggunakan metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak
langsung. Metode pengukuran langsung dapat menentukan sektor basis dengan tepat tetapi memiliki kelemahan yaitu membutuhkan biaya, waktu dan tenaga
kerja yang banyak. Oleh karena itu, metode tidak langsung lebih sering digunakan. Metode pengukuran tidak langsung diantaranya : metode pendekatan
asumsi; metode Location Quotient LQ; metode kombinasi pendekatan asumsi dan LQ; dan metode kebutuhan minimum. Namun dalam kajian ini, digunakan
metode Location Quotient LQ. Metode LQ adalah perbandingan antar pangsa relatif pendapatan tenaga
kerja sektor tertentu pada tingkat wilayah terhadap pendapatan tenaga kerja total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan tenaga kerja sektor tertentu pada
tingkat nasional terhadap pendapatan tenaga kerja nasional. Metode LQ dalam kajian ini menggunakan variabel pendapatan, yaitu membandingkan antara pangsa
relatif pendapatan sektor i di kecamatan-kecamatan di Cianjur Selatan terhadap pendapatan total sektor i di tingkat Kabupaten Cianjur. Secara matematis, metode
LQ dirumuskam sebagai berikut:
LQ =
t i
t i
V V
v v
....................................................................................... 3.1 dengan
v
i
= Pendapatarn sektor i di Cianjur Selatan v
t
= Pendapatan total di Cianjur Selatan V
i
= Pendapatan sektor i di Kabupaten Cianjur V
t
= Pendapatan total di Kabupaten Cianjur Dengan rumus pada persamaan 3.1, langkah-langkah yang dilakukan
untuk menganalisis sektor perekonomian yang potensial di Cianjur Selatan yaitu : mendata semua sektor yang ada, mencari jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh
tiap-tiap sektor di wilayah atas Kabupaten Cianjur dan bawah Wilayah Cianjur Selatan, dan mencari jumlah total pendapatan semua sektor di wilayah atas
Kabupaten Cianjur dan bawah Wilayah Cianjur Selatan.
Jika LQ suatu sektor industri lebih dari atau sama dengan satu maka sektor industri tersebut adalah sektor basis. Nilai LQ yang digunakan untuk
menentukan sektor basis dapat juga dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak pada
penciptaan lapangan kerja di Cianjur Selatan. Dengan demikian, sektor basis merupakan sektor yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai penggerak
perekonomian Cianjur Selatan. Sedangkan jika nilai LQ suatu sektor industri kurang dari satu maka sektor industri tersebut merupakan sektor non-basis.
Sektor non basis kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian di Cianjur Selatan.
Interpretasi hasil analisis LQ menunjukkan ada tiga kemungkinan nilai LQ yang diperoleh, yaitu :
1. Nilai LQ = 1. Hal ini berarti bahwa tingkat derajat spesialisasi sektor i di daerah Cianjur Selatan sama dengan sektor i dalam perekonomian Kabupaten
Cianjur. 2. Nilai LQ 1. Hal ini berarti bahwa tingkat derajat spesialisasi sektor i di
daerah Cianjur Selatan lebih besar dibandingkan dengan sektor i dalam perekonomian Kabupaten Cianjur.
3. Nilai LQ 1. Hal ini berarti bahwa tingkat derajat spesialisasi sektor i di daerah Cianjur Selatan lebih kecil dibandingkan dengan sektor i dalam
perekonomian Kabupaten Cianjur. Metode LQ memiliki beberapa kelemahan, diantaranya metode LQ tidak
dapat menghitung ketidakseragaman permintaan dan produktivitas nasional secara menyeluruh; dan metode LQ mengabaikan fakta bahwa sebagian produksi
nasional adalah untuk warga asing yang tinggal di wilayah tersebut. Namun kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi melalui beberapa modifikasi,
misalnya dengan melakukan survei contoh Budiharsono, 2001.
3.4 Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal IFE-EFE 3.4.1 Matriks IFE