4.5 Kebijakan Pembangunan Daerah 4.5.1 Kebijakan Pembangunan Cianjur
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Cianjur adalah : “Mewujudkan
wilayah Kabupaten Cianjur yang produktif dan berkualitas bagi kehidupan dengan memanfaatkan sumber daya berbasis pertanian dan pariwisata secara efisien serta
berkelanjutan”. Kebijakan penataan ruang Kabupaten Cianjur terdiri atas :
1.
Perwujudan pengembangan wilayah yang berorientasi meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah;
2.
Pengembangan ruang terintegrasi fungsional yang dikombinasikan dengan pengembangan agribisnis dan pariwisata dan berorientasi pada pemerataan
pembangunan antarwilayah dalam konstelasi wilayah Kabupaten Cianjur;
3.
Pengaturan dan pengendalian pusat kegiatan dan pelayanan di WP Utara dan pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di WP Tengah dan WP Selatan
berdasarkan peran dan fungsi yang ditetapkan dengan mengoptimalkan potensi dan peluang yang dimilikinya.
4.
Pemantapan prasarana wilayah di WP Utara dan pengembangan prasarana wilayah pada WP Tengah dan WP Selatan yang didorong perkembangannya
untuk akselerasi pencapaian struktur ruang yang direncanakan;
5.
Perwujudan kawasan lindung seluas kurang lebih 60 enam puluh persen dari total luas wilayah Kabupaten Cianjur dan pengembangan kawasan
budidaya dengan mengoptimalkan kurang lebih 40 empat puluh persen dari total luas wilayah;
6.
Perlindungan terhadap manusia dan kegiatannya dari bencana alam, dengan perwujudan rencana sistem prasarana wilayah berupa jalur dan ruang evakuasi
bencana dan sarana atau prasarana evakuasi lainnya;
7.
Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
4.5.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengembangan wilayah di Kabupaten Cianjur sebagaimana dirumuskan dalam Rencana Tata Ruang
Kabupaten Cianjur Tahun 2011 – 2031, sesuai dengan karakteristik wilayah dan
ragam kegiatan potensial yang dapat dikembangkan maka Kabupaten Cianjur dibagi menjadi 3 tiga wilayah pembangunan meliputi Wilayah Pembangunan
WP Utara, WP Tengah dan WP Selatan. Berikut adalah matriks yang menggambarkan rencana WP dengan tema dan fokus pembangunan untuk setiap
WP yang bersangkutan. Sistem perkotaan Kabupaten Cianjur terdiri dari :
1 Pusat Kegiatan Lokal PKL meliputi : a. PKL Perkotaan Cianjur, dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan
kabupaten, pusat koleksi dan distribusi, pusat pendidikan, pusat perdagangan, pusat jasa dan pelayanan masyarakat;
b. PKL Perkotaan Sindangbarang dengan fungsi utama sebagai pusat pengolahan hasil pertanian, pusat perikanan, pusat jasa pariwisata, dan
pertambangan; c. PKL Perdesaan Sukanagara, dengan fungsi utama sebagai pusat
pengolahan hasil pertanian, pusat perkebunan, pusat industri kecil menengah dan pertambangan.
d. Tabel 4.7 Rencana Wilayah Pembangunan, Tema dan Fokus Pembangunan
Wilayah Pembangunan
Pusat Kegiatan
Tema Fokus Pembangunan
Fungsi Kegiatan Sektor
Unggulan WP Utara :
Sukaresmi, Pacet, Cipanas, Cugenang,
Cianjur, Karangtengah, Mande, Cikalongkulon,
Haurwangi, Ciranjang, Bojongpicung,
Sukaluyu, Cilaku, Warungkondang,
PKWp Cianjur PKL
Perkotaan Cipanas
Mengendalian perkembangan
kawasan puncak serta Penataan dan
pengembangan kawasan perkotaan
Cianjur sebagai pusat utama
kegiatan • Pembatasan kegiatan
perkotaan di kawasan puncak
• Perlindungan kawasan konservasi
• Mengurangi terjadinya alih fungsi
lahan • Penataan infrastruktur
• Pemerintahan • Pertanian
• Perikanan • Pariwisata
• Perdagangan
dan jasa • Pendidikan
• IKM
Wilayah Pembangunan
Pusat Kegiatan
Tema Fokus Pembangunan
Fungsi Kegiatan Sektor
Unggulan
Gekbrong dan Cibeber perekonomian
wilayah perkotaan di
Kecamatan Cianjur dan sekitarnya
• Menciptakan kegiatan perkotaan yang
produktif
WP Tengah :
Campaka, Campakamulya,
Takokak, Pasirkuda, Pagelaran,
Kadupandak, Cijati, Sukanagara, dan
Tanggeung PKL
Perdesaan Sukanagara
Mendorong wilayah tengah
sebagai pusat kegiatan produksi
berbasis agribisnis • Pengembangan
jaringan infrastruktur strategis
• Penyediaan sarana sosial dan ekonomi
• Pengembangan sektor-sektor
potensial • Mengurangi
terjadinya alih fungsi lahan
• Pertanian • Perkebunan
• IKM • Pertambangan
WP Selatan :
Cibinong, Leles, Agrabinta,
Sindangbarang, Cidaun, Cikadu, dan
Naringgul PKL
Perkotaan Sindangbarang
Meningkatkan perkembangan
wilayah selatan dalam upaya
mendukung pengembangan
Jabar Selatan melalui sektor2
produktif • Menciptakan integrasi
pengembangan kawasan
• Memperkuat interaksi antara kawasan
• Penyediaan sarana dan prasarana
terutama jalan • Pertanian
• Perikanan • Pariwisata
• Pertambangan
Sumber : RPJMD Kab. Cianjur Tahun 2011-2016
1 PKL promosi yaitu Perkotaan Cipanas dengan fungsi utama sebagai pengolahan hasil pertanian, peternakan, pusat jasa pariwisata, perdagangan
dan jasa dan pusat industri kecil menengah.
2 Pusat Pelayanan Kawasan PPK dengan fungsi sebagai pusat produksi dan industri perkebunan dan pertanian dengan skala pelayanan beberapa
kecamatan serta menunjang kota meliputi : a. Wilayah Utara : PPK Pacet; PPK Ciranjang; dan PPK Warungkondang.
b. Wilayah Tengah : PPK Pagelaran; dan c. Wilayah Selatan : PPK Cidaun.
3 Sedangkan untuk Sistem Perdesaan, terdiri dari Pusat Pelayanan Lingkungan PPL dengan fungsi sebagai pusat produksi pertanian dengan skala antar
desa, yang meliputi : a. Wilayah Utara
: PPL Cikalongkulon; dan PPL Bojongpicung. b. Wilayah Tengah : PPL Takokak; dan PPL Campakamulya.
c. Wilayah Selatan : PPL Cibinong; PPL Naringgul; dan PPL Agrabinta. Perwujudan penataan ruang 5 tahun ke depan yang diharapkan adalah
terselenggaranya persiapan dalam pengembangan sistem perkotaan baik PKL, PPK, maupun PPL sebagaimana dijelaskan di atas. Hal ini dapat diwujudkan
antara lain dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang RDTR untuk pusat- pusat pertumbuhan dimaksud dan peraturan zonasi, penataan infrastruktur
kecamatan, serta penataan fasilitas perdagangan dan jasa skala kotadesa. Penataan infrastruktur kecamatan diprioritaskan pada kecamatan-kecamatan yang
mempunyai peran sebagai pusat pertumbuhan PKL, PPK, dan PPL.
Sumber : RPJMD Kab. Cianjur Tahun 2011-2016 Gambar 4.4 Skematik Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan di Kabupaten
Cianjur
4.5.3 Pemekaran Wilayah Cianjur Selatan
Pembentukan daerah otonom pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan publik untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Dalam prosesnya, pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari aspek sosial politik,
sosial budaya, pertahanan dan keamanan mutlak diperlukan. Berdasarkan UU 32 Tahun 2004 hasil revisi UU Nomor 22 Tahun 1999
menyatakan bahwa : “Daerah otonomi, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
PKN Jakarta
PKN Bandung
PKW Sukabumi
Kab Bandung
Kab Garut
Palabuhan Ratu
PPK Pacet
PPL Mande
PKWp Cianjur
PKL Cipanas PPK
Ciranjang
PPL BjPicung
PPL Takokak
PPL CmpMulya
PPK Pagelaran
PPL Cibinong PPL Naringgul
PKL SdBarang
PKL Sknagara
Jonggol Purwakarta
PPK Cidaun PPL Agrabinta
Arteri Primer Kolektor Primer
Lokal Primer
PPK Wrkondang
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia ”. Selanjutnya diatur dalam
pasal 5 ayat 4 dikatakan bahwa “ syarat teknis pembentukan daerah berdasarkan pertimbangan kemauan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah”.
Menurut pemerintah Propinsi Jawa Barat 2004, penilaian kemampuan daerah sangat penting dalam menetukan langkah pembinaan guna meningkatkan
kemampuan daerah kabupatenkota. Pola pembinaan terhadap kabupatenkota yang dapat dipilih adalah mengintervensi variabel-variabel yang paling
berpengaruh terhadap kemampuan daerah. Diasmping itu, pembinaan juga ditujukan untuk merumuskan kebijakan atau tindakan terhadap dampak negatif
dari intervensi yang dilakukan. Adapun prioritas intervensi diarahkan pada variabel potensi daerah, kemampuan ekonomi, dan pemanfaatan luas daerah
disamping variabel lain yang memungkinkan dilaksanakannya otonomi daerah serta pembangunan sosial budaya dan sosial politik di daerah kabupatenkota.
Pembentukan dan pemekaran wilayah kabupaten atau kota di lingkungan pemerintah Propinsi Jawa Barat telah dinyatakan secara resmi dalam Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 31 Tahun 1990 tentang Pola Induk Pengembangan Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam
Jangka Panjang 25-30 tahun. Kajian terhadap kemampuan Daerah Otonom dalam pelaksanaan Otonomi Daerah telah dilaksanakan oleh PKP STPDN
bekerjasama dengan pemerintah Propinsi Jawa Barat pada Tahun 2003. Secara rinci Depdagri 2010 menjelaskan bahwa alasan-alasan yang
mendasari keinginan untuk pemekaran daerah atau pembentukan daerah otonom baru adalah alasan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, alasan historis,
alasan cultural atau budaya, alasan ekonomi, alasan anggaran, dan alasan keadilan.
Terkait dengan usulan pembentukan daerah otonom baru Cianjur selatan, alasan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, alasan anggaran dan
alasan ekonomi serta keadilan merupakan keempat alasan yang menjadi pertimbangan utama. Sementara lasan cultural atau budaya dan alasan historis
dinilai tidak terlalu mempengaruhi. Hal ini bisa dilahit dari struktur budaya dan
latar belakang sejarah antar daerah usulan cianjur selatan dengan daerah induk Cianjur Utara tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Alasan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dinilai menjadi pertimbangan utama dalam usulan pembentukan daerah otonom baru Cianjur
Selatan, karena sejauh ini jarak atau rentang kendali antara pusat-pusat pelayanan baik fasilitas social, ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang terlampau jauh, hal
itu disebabkan terkonsentrasinya pusat-pusat pelayanan di Cianjur utara, dan minimnya pusat pelayanan kebutuhan dasar masyarakat di Cianjur Selatan.
Pertimbangan ekonomi kemudian menjadi alasan selanjutnya dalam usulan pemekaran ini, hal ini dimaksudkan agar dengan adanya pemekaran pembangunan
ekonomi di Cianjur Selatan bisa berjalan dengan baik dan mampu menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini didasarkan pada fakta dan kondisi saat ini,
dimina wilayah pembangunan Cianjur Selatan seluruhnya menjadi wilayah yang tertinggal bila dibandingkan dengan wilayah pembangunan Cianjur Utara dan
Cianjur Tengah. Selain itu pertimbangan anggaran dan keadilan menjadi isu yang menguat
dalam usaha pemekaran ini. Dengan anggaran yang secara mandiri diterima oleh daerah pemekaran atau daerah otonom baru, baik anggaran yang bersumber dari
daerah induk maupun yang bersumber dari DAU dan DAK diharapkan proses pembangunan daerah bisa lebih baik. Sedangkan argumnetasi keadilan, lebih
kepada pertimbangan pemerataan hasil-hasil pembangunan dan pengisian jabatan public yang diharapkan bisa diduduki sumber daya manusia setempat yang
memiliki kapasitas dan sumber daya memadai Komite Pembentukan Kab. Cianjur Selatan, 2010.
Alasan-alasan itulah yang menjadi dasar bagi masyarakat Cianjur Selatan untuk mengusulkan pembentukan daerah otonom baru cianjur selatan. Usulan ini
setidaknya pernah dilakukan dalam dua kesempatan; pertama, pada tahun 1998 dan mendapat respon yang postif dari para pengambil keputusan di lingkungan
pemerintah daerah Kab. Cianjur. Hal itu terlihat dengan lahirnya hasil paripurna DPRD Cianjur yang menyetujui pemekaran Cianjur Selatan Arsif DPRD, 2000.
Kedua, usulan pemekaran atau pembentukan daerah otonom baru Cianjur Selatan kembali menguat pada tahun 2007. Usulan yang kedua kalinya ini dinilai
lebih massif dan mendapat dukungan public secara luas. Hal itu terlihat, dengan adanya rekomendasi dan persetujuan dari seluruh kepala desa dan ketua BPD di
Wilayah Cianjur selatan yang menjadi Usulan Kabupaten Cianjur Selatan. Selain itu, usulan pemekaran ini juga direspon positif oleh DPRD Cianjur dan
Pemerintah Daerah.
V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN