Biomassa Sistem informasi bisnis berbasis UML(Unified Modeling Language) untuk agroindustri biopelet limbah pelepah sawit

E Gam Ketera TL RA VL PE SP

E. Biomassa

Bioma mengalami sumber ene lainnya S perkebunan tanaman ke Bioma kerapatan Saptoadi, menyebabk dioksida da mbar 4. a Stru angan: = Sepasang = Rachis = Vestigal = Petiole = Duri tipe Tabel 1 Keterangan Bahan kerin Protein kasa Lemak kasa Serat kasar Abu Gross Energ Sumber: L a dan Biom assa meliputi s i pertumbuhan ergi terbarukan Siemers, 2006 n, biji dan lim ecil, limbah ind assa tidak dap energi yang r 2006. Pengg kan timbulnya an bahan partik uktur bagian pe g ujung daun y leafleat duri t e pertama. 1. Komposisi k ng ar ar gi KkalKg Liliana, 2009 ass pellet B semua bahan y n dan residuny n yang paling . Bahan yan mbah pertania dustri, dan limb pat langsung rendah dan p gunaan bahan penyakit pern kulat Yamada a b elepah kelapa s sawit yang berbentuk tipe kedua kimia pelepah s Umur Tanam 4 23,74 2,31 3,53 31,14 2,61 4061,1 4 Biopellet. yang bersifat o ya El Bassam g serbaguna di ng termasuk b an, kayu dan bah pemukima dibakar karen permasalahan p bakar secara nafasan yang et al. 2005. sawit Pahan, 2 oval sawit berdasark man Sawit tahu 8 12 20,82 31 2,89 2 3,44 1 32,80 33 3,47 5 4142,0 404 rganik yang be dan Maegaar ibandingkan su biomassa antar limbah kayu, an Bergman da na sifat fisikn penanganan, p langsung tan disebabkan o 2007 dan b P kan umur tanam un 2 16 ,45 43,62 ,60 3,48 ,60 4,33 ,48 34,67 ,45 3,12 7,6 3999,5 erasal dari mak d, 2004. Biom umber energi ra lain sisa h limbah hewa an Zebre 2004 nya yang kura penyimpanan npa melalui p leh karbon m Petiole pelepah man khluk hidup at mass merupak terbarukan ya hasil hutan d an, tanaman a . ang baik sepe dan transporta pengolahan ak monoksida, sulf h tau kan ang dan air, erti asi kan fur 8 Bergman dan Zebre 2004 menambahkan bahwa konversi biomassa menjadi bentuk yang lebih baik dapat meningkatkan kualitasnya sebagai bahan bakar. Hal ini juga mempermudah dalam penanganan, transportasi, penyimpanan, peningkatan daya bakar, peningkatan efisisnsi bakar, bentuk lebih seragam, serta kerapatan energi yang lebih besar. Namun, konversi bahan bakar biomassa harus memiliki keseimbangan energi agar energi yang dapat digunakan lebih besar dari energi proses produksi Hill et al. 2006. Menurut Palz 1985 komposisi komponen organik bukan abu pada biomassa cenderung seragam. Komponen utama adalah karbon, oksigen dan hidrogen. Beberapa biomassa juga mengandung sebagian kecil nitrogen. Menurut White dan Paskett dalam umam2006 penggunaan biomassa sebagai bahan bakar memiliki kekurangan dibandingkan dengan bahan bakar fosil, sebab 1. Pada umumnya biomassa memiliki kandungan panas yang rendah dibandingkan bahan bakar fosil. 2. Biomassa mengandung kadar air yang tinggi sehingga dapat menghambat proses pembakaran, menyebabkan kehilangan energi selama pembakaranan karena menjadi kalor laten uap. 3. Biomassa memiliki densitas yang sangat rendah, sehingga meningkatkan ukuran peralatan penanganan, penyimpanan dan pembakaran. 4. Biomassa memiliki bentuk yang tidak homogen sehingga menyulitkan untuk pemasukan secara otomatis ke dalam ruang pembakaran. Pellet merupakan salah satu bentuk energi biomassa, diproduksi pertama kali di Swedia pada tahun 80-an. Pellet digunakan sebagai pemanas ruang skala kecil dan menengah. Pellet dibuat dari hasil samping terutama serbuk kayu. Pellet memiliki kadar air rendah 10 sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembakaran VE 2006. Pellet di Swedia memiliki diameter 6-12 mm dan panjang 10-20 mm NUTEK, 1996 dalam Jonsson, 2006. Keunggulan utama dari pemakaian bahan bakar biomassa pellet adalah penggunaan kembali bahan limbah seperti serbuk kayu yang biasanya dibuang begitu saja. Serbuk kayu dapat teroksidasi dibawah kondisi tak terkendali membentuk metana atau gas rumah kaca Cook, 2007. Densifikasi limbah pertanian maupun kehutanan menjadi briket atau pellet adalah metode pengembangan fungsi suatu sumberdaya yang dapat meningkatkan kandungan energi tiap satuan volume dan juga dapat mengurangi biaya transportasi dan penanganan. Densitas biomassa briket diatas rentang densitas kayu yaitu antara 800-1.100 kgm3 dan densitas kamba adalah 600-800 kgm3 untuk pengemasan dan pemuatan dalam alat transportasi Leach dan Gowen, 1987. Menurut Saptoadi 2006, proses pemampatan biomassa menjadi pellet atau briket dilakukan untuk 1. Meningkatkan kerapatan energi bahan. 2. Meningkatkan kapasitas panas kemampuan menghasilkan panas dalam waktu yang lebih lama dan mencapai suhu yang lebih tinggi, 3. Mengurangi jumlah abu pada bahan bakar. Pellet merupakan hasil pengempaan biomassa yang memiliki tekanan lebih besar dari briket El Bassam dan Maegaard, 2004. Bahan bakar pellet memiliki diameter antara 3-12 mm dan panjang bervariasi antara 6-25 mm. Pellet dibuat oleh alat dengan mekanisme pemasukan bahan secara terus menerus serta mendorong bahan yang telah dikeringkan dan termampatkan melewati lingkaran baja dengan beberapa lubang yang memiliki ukuran tertentu. Proses ini menghasilkan bahan yang padat dan akan terpotong ketika mencapai panjang yang diinginkan Ramsay, 1982. Metode pembuatan pellet salah satunya adalah dengan menggunakan bahan kadar air antara 16-28. Proses berlangsung pada suhu 163oC dan tekanan pada lempeng sebesar 178kN. Pellet yang dihasilkan memiliki diameter 3 mm dan panjang 13 mm. Selanjutnya pellet tersebut 9 dikeringkan dengan udara panas hingga mencapai kadar air 7-8 dan bobot jenis lebih dari 1 kgcm3. Menurut Ramsay 1982 proses pembuatan pellet menghasilkan panas akibat gesekan alat yang memudahkan proses pengikatan bahan dan penurunan kadar air bahan sampai dengan 5-10. Panas juga menyebabkan suhu pellet ketika keluar mencapai 60-65oC sehingga dibutuhkan pendinginan. Pembuatan biopellet lps secara umum ditunjukkan oleh Gambar 5. Petiole Pelepah Sawit Pencacahan Pengeringan dengan mesin Penggilingan Penctakan Pelet Biopellet lps Pencampuran Bahan Tambahan Bahan Tambahan Pengeringan dengan Matahari Pengayakan Liliana, 2009 Gambar 5. Diagram alir pembuatan biopellet lps Proses pembuatan biopellet pelepah sawit dimulai dengan pengecilan ukuran bahan baku menjadi bentuk serbuk. Proses pengecilan ukuran ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pencacahan menggunakan slicer atau chipper kemudian bahan tersebut dikeringkan matahari selama 2-3 hari. Setelah itu bahan dihancurkan menggunakan disk mill atau Hammer mill dengan ukuran saringan 3mm. Selajutnya bahan yang telah menjadi serbuk, dikeringkan menggunakan mesin pengering sehingga kadar air mencapai sekitar 10-16. Tahap berikutnya adalah pencampuran dengan bahan tambahan. Bahan tambahan yang dimaksud dapat berupa bahan perekat misalnya pati atau bahan lainnya yang digunakan untuk meningkatkan nilai kalor seperti gliserol Umam, 2007. Bahan tambahan bersifat opsional tergantung pada karakteristik bahan baku yang digunakan atau produk yang diinginkan. Tahapan terakhir pada proses pembuatan biopelet adalah pencetakan pelet menggunakan mesin pelleting mill. Prinsip kerja pada tahap pencetakan dengan mesin pelleting mill adalah bahan dimasukkan secara terus menerus kemudian ditekan pada lempengan yang mempunyai lubang-lubang dengan diameter tertentu. Selanjutnya bahan tersebut ditekan menggunakan roller untuk melewati lubang-lubang yang menyebabkan bahan tersebut akan menjadi lebih padat karena adanya tek mesin pelle Sedan Pada berperan un menurut Sa dimensi da penyusunny Lukman 2 dapat diben inilah yan kandungan dari akibat Biope kalor rata-r kanan yang bes eting mill berup ngkan Gambar Gambar 7 proses penge ntuk menjaga k a’id 1996 ad ari sinamil al ya tanpa men 2008 menamba ntuk pada suhu g dimanfaatka lignin berkisa adanya tekana Gamb ellet yang diha rata adalah 365 sar dan panas pa roller dan fl Gambar 7 merupakan i 7. Proses pence empaan pembe keutuhan bentu dalah polimer a lkohol turuna ngalami perub ahkan lignin b u tinggi dan ke an dalam pem ar antara 15 - an yang besar d bar 8. Contoh p asilkan mempu 50 KcalKg Li yang timbul. G flat die. 6. Flat die dan ilustrasi proses etakan Biopell entukan pellet uk biopellet ad aromatik komp an fenilpropan ahan pada be ersifat termopl embali menjad mbentukan bio 22 Sa’id, 1 dan gesekan ba produk biopella unyai diameter iliana , 2009. K Gambar 6 ini m n roller PHI, 2 s pembentukan let pada Pelletin t, salah satu dalah adanya s plek yang terb na. Lignin da entuk dasarnya lastik, artinya l di keras pada s opellet dari p 1994. Sedangk ahan dengan pe at pelepah saw 8 mm dan pan Kemampuan su merupakan bag 2009 n biopellet pada ng Mill PHI, 2 komponen pa enyawa lignin bentu melalui p apat dikonver a. Selain itu lignin dapat m suhu dingin. S pelepah kelap kan panas yan engempa. wit Liliana 200 njang 10 -25 m ubtitusi biopel gian utama pa a mesin biopele 2009 ada bahan ya . Senyawa lign polimerisasi ti rsi ke monom Achmadi dala menjadi lunak d ifat termoplast a sawit deng ng timbul beras 09 mm dengan ni llet terhadap ba ada et. ang nin iga mer am dan tik gan sal lai atu 11 bara adalah 1:1,5 dengan asumsi nilai kalor rata-rata tiap satu kilogram batu bara adalah 5500 Kcal. Perbandingan beberapa standar biopellets dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Standar Biopellets beberapa negara Karakteristik Biopellets Satuan öNorm M 7135 Austria a DIN 51731 Jermana DIN Plus Pellet Association Germanya Pellet Fuel Institute b ITEBE c 2001- 2007 Diameter Mm 4,0 - 10 ,0 4-10 .1 - 6,35 - 7,94 6,0 - 16 Panjang mm 5 x D 1 50 5 x D 1 38,1 10,0 – 50 Densitas kgdm3 1,12 1,0 - 1,4 1.12 0,64 1,15 Kadar Air 10 12 10 - 15 Kadar Abu 0,5 1,5 0,5 3 Standar 1premium 6 nilai kalor MJKg 18 17,5 - 19,5 18 19,08 16,9 S 0,04 0,08 0,04 - 0,10 N 0,3 0,3 0,3 - 0,5 Cl 0,02 0,03 0,02 0,03 0,07 Abrasi 2,3 - 2,3 - - Bahan Tambahan 2 -2 2 - 2 PHI dalam Umam, 2007

F. Peramalan Jumlah Potensi Bahan Baku