50 ini masa peremajaan kembali. Oleh karena itu, pada beberapa tahun ini kondisi perkebunan
kelapa sawit perlu diperhatikan agar kebutuhan bahan baku tetap terpenuhi.
2. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi pabrik merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis biopelt lps. Banyak metode yang digunakan dalam
menentukan lokasi industri baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi pada SIBBioPeS 1.0 adalah dengan kajian total biaya
transportasi bahan baku dengan model penugasan. Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut, biaya transportasi bahan baku
didefinisikan sebagai hasil perkalian jarak yang ditempuh dengan biaya konsumsi bahan bakar tiap satuan jarak dikalikan dengan jumlah trip. Pada penelitian ini asumsi kendaraan
yang digunakan adalah truk dengan kapasitas 10 ton dan konsumsi bahan bakarnya adalah 5
km tiap liter sehingga biaya tranportasi tiap kilometer adalah Rp 900 Rp4500 dibagi 5 km sedangkan jumlah trip didapat dari hasil pembagian jumlah bahan baku dengan kapasitas
kendaraan.
Gambar 34. Peta Penyebaran Perkebunan Sawit Wilayah yang berpotensi sebagai lokasi industri adalah wilayah yang terdapat
perkebunan sawit seperti pada Gambar 34. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Lebak dan Pandeglang, wilayah yang terdapat perkebunan sawit
disajikan pada Tabel 7, sedangkan jarak antar wilayah dapat dilihat pada Lampiran 30. Tabel 7. Daftar wilayah terdapat perkebunan sawit.
No Kecamatan Luas
perkebuanan Ha
Potensi bahan baku Ton tahun
1 Angsana 123,4
1.474 2 Banjarsari
963 13.320
3 Cibaliung 131,4
145 4 Cigemblong
389 4.382
5 Cijaku 374
5.146 6 Cikeusik
1.303,2 8.650
7 Mekarjaya 10
8 Munjul 1.144,1
11.324 9 Panggarangan
653 8.536
10 Sindangresmi 66,1
536 11 Wanasalam
430 6.499
Permasalahan penugasan dalam transportasi merupakan penentuan sebuah kombinasi sejumlah permintaan destination oleh sejumlah sumber source agar fungsi tujuan tercapai
yang dalam hal ini adalah meminimumkan total biaya transportasi. Dalam kaitannya dengan
51 penentuan lokasi, permintaan destination diartikan sebagai lokasi yang akan dipilih dan
source sebagai wilayah sumber bahan baku. Model penugasan transportasi dalam penentuan
lokasi industri dituliskan secara matematis sebagai berikut:
Dengan: m
= Jumlah sumber bahan baku n
= Jumlah lokasi tujuan Cij = Biaya transportasi dari sumber i ke lokasi j
Tabel 8. Model penentuan lokasi.
Tujuan Lokasi Industri Angsana Banjarsari
Cibaliung …. Wanasalam
Su mb
e r Ba
ha n
Bak u
Angsana c
11
c
12
c
13
c
1
.. c
1 11
x11 x12 x13 x1.. x111 Banjarsari
c21 c21 c21 c2.. c211
x21 x21 x21 x2.. x211 Cibaliung
c31 c31 c31 c3.. c
311
x31 x31 x31 x3.. x
311
… c..1 c..2 c..3 c….
c
.. 11
x..1 x..2 x..3 x…. x
.. 11
Wanasalam c
i1
c
i2
c
i3
C
11
.. C
1111
X
111
x
112
x
113
X
11..
x
1111
Fungsi tujuan dan kendala dalam penentuan lokasi secara lengkap terdapat pada Lampiran 30. Fungsi tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
Min Z= X11C11+X12C12+X13C13+...+X1111C1111 Min Z= 2772000X11+6652800X12+11919600X13+...+12204000X1111
Dengan kendala sebagai berikut: a.
Hanya ada satu tujuan lokasi industri X
11
+X
12
+X
13
+..+X
111
= 1 X
21
+X
22
+X
23
+..+X
211
= 1
52 ….
X
111
+X
112
+X
113
+...+X
11 11
= 1 b.
Jumlah sumber X
11
+X
21
+X
31
+…+X
111
= 11 X
12
+X
22
+X
32
+…+X
112
= 11 ….
X
111
+X
211
+X
311
+…+X
11 11
= 11 c.
Tujuan lokasi industri selalu sama untuk semua sumber. X
21
=X
11
X
31
=X
11
… X
111
= X
11 …
X
22
=X
12
X
23
=X
13
… X
1111
= X
111
d. Mendapatkan nilai positif
X
11
=0 X
12
=0 ….
X
1111
=0 Selanutnya dari persamaan linear tersebut dihitung dengan menggunakan metode
pendekatan Vogel untuk menghasilkan nilai yang optimal. Hasil optimal untuk penentuan lokasi ditunjukkan oleh nilai X
ij
yang bernilai sama dengan satu. Hasil verifikasi untuk pemilihan lokasi didapatkan lokasi yang mempunyai biaya total transportasi minimum adalah
kecamatan Banjarsari. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai X
ij
yang benilai satu yaitu X
18
, X
28
, X
38
, X
48
, …, X
118.
Dengan demikian lokasi destination yang terpilih sebagai lokasi industri adalah lokasi dengan nilai j=8 yaitu kecamatan Munjul, karena nilai x=1 menandakan bahwa
semua sumber bahan baku mensuplai bahan baku ke lokasi yang sama. Penentuan lokasi sebagai faktor kritis bisnis biopelet dilakukan dengan merubah lokasi
pabrik pada tempat-tempat yang berbeda karena lokasi pabrik akan berpengaruh pada total biaya transportasi. Setelah itu, dihitung biaya transportasi bahan baku yang dibutuhkan.
Biaya transportasi bahan baku tersebut akan diperhitungkan dalam perhitungan analisis finansial yang akan berpengaruh pada kelayakan finansial industri tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi dengan mengubah lokasi pabrik pada beberapa lokasi diperoleh bahwa jika lokasi pabrik dipindahkan diluar wilayah yang terdapat perkebunan
sawit seperti pada Tabel 7, bisnis tersebut menjadi hampir tidak layak
3. Analisis Finansial.
Perhitungan analisis finansial yang disediakan pada penelitian ini menggunakan skema pembiayaan syariah yaitu musyarokah dan mudharabah Pada penelitian kali ini, asumsi-
53 asumsi pembiayaan yang digunakan adalah sebagai berikut nilai-nilai asumsi secara lengkap
terdapat pada Lampiran 19. a.
Model pembiayaan adalah musyarokah dengan nisbah pemodalan sebesar 50:50 dan pengembalian dilakukan mulai tahun kedua.
b. Persentase ekspektasi penerimaan lembaga pembiayaan adalah 19 .
c. Umur ekonomi proyek adalah selama 10 tahun,
d. Nilai sisa mesin dan peralatan pada akhir proyek sebesar 10 persen dari nilai
awal dan biaya perawatan sebesar 5 persen sedangkan nilai sisa bangunan sebesar 50 persen dari nilai awalnya.
e. Perhitungan nilai depresiasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
straight line depreciation. f.
Kapasitas produksi maksimum adalah 6 ton produk per hari. g.
Biaya investasi meliputi total biaya tetap dan modal kerja pada tahun pertama. h.
Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi dimulai pada tahun ke-1 dengan kapasitas sebesar 75 dari kapasitas maksimum, tahun ke-2 80 dari
kapasitas maksimum dan tahun ke-3 90 kapasitas maksimum. Setelah tahun ke-3 beroperasi dengan kapasitas maksimum.
i. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan undang-undang no.17 tahun 2000.
j. Harga bahan baku yang digunakan diasumsikan tetap selama operasional.
Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan pada saat akan mendirikan suatu industri. Biaya ini meliputi biaya yang diperlukan untuk keperluan fisik industri
seperti bangunan, mesin dan peralatan serta biaya modal kerja yaitu biaya yang dibutuhkan untuk produksi pertama kali. Perhitungan modal kerja bergantung pada
kebijakan perusahaan. Asumsi yang digunakan adalah biaya yang dibutuhkan pada tahun pertama terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap.
Modal kerja pada agroindutri biopellet lps ini terdiri atas biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan penunjang, dan biaya utilitas. Biaya modal kerja secara rinci dapat
dilihat pada Lampiran 20. Sedangkan secara ringkas, komposisi biaya investasi yang dibutuhakan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kebutuhan Modal Investasi
Komponen Jumlah Biaya
Satuan Total
Perizinan 1
20.000.000 20.000.000
Tanah 1500
500.000 750.000.000
Bangunan 1000
100.000 100.000.000
-Penyimpanan Bahan baku 400
- -Ruang Produksi
200 -
-Penyimpanan Produk 300
- -Kantor
100 -
Mesin Pellet 1
1.081.618.136 1.081.618.136
Truck 3
242.100.000 726.300.000
Peralatan Kantor 1
15.000.000 15.000.000
Instalasi Listrik dan Air 1
20.000.000 10.000.000
Modal Kerja tahun-1 1
1.542.466.139 1.542.466.139
54
TOTAL INVESTASI 4.355.384.275
SUMBER MODAL Jenis Pembiayaan
Musyarokah Nisbah Pembiayaan
50 Modal Sendiri
2.177.692.138 Modal Pembiayaan
2.177.692.138
Proyeksi laba rugi.
Proyeksi laba rugi digunakan untuk melihat tingkat keuntungan suatu usaha. Bagi hasil usaha untuk lembaga pembiayaan dihitung dari persen penerimaan hasil usaha
menggunakan sistem revenue sharing, dipatkan dengan mengalikan nisbah bagi hasil dengan proporsi saldo pembiayaan. Nisbah bagi hasil dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
. .
Keterangan: p.e =
Ekpetasi penerimaan bank dari pembiayaan p.p =
Persen pembiayaan lp =
Lama Pinjaman tahun Nilai p.e yang digunakan adalah 19 nilai ini adalah hasil penilaian pihak bank
terhadap usaha tertentu. Sehingga berdasarkan perhitungan yang terdapat pada lampiran 28, total pembiayaan sebesar Rp
4.355.384.275
dan rata-rata penerimaan laba pertahun adalah Rp1.160.840.647 sehingga nisbah bagi hasil untuk perbankan adalah
. .
.
. .
. = 3,57
Selanjutnya untuk menghitung jumlah penerimaan lembaga pembiayaan perbankan nilai tersebut dikalikan dengan proporsi saldo pembiayaan. Untuk tahun 2 proyek
tahun 1 cicilan, penerimaan bagi hasil usaha untuk lembaga pembiayaan sebesar:
,
. .
. .
. .
. .
. .
.
Untuk tahun kedua, proporsi pembiayaan berkurang karena dikurangi oleh cicilan pengambalian hutang sebesar Rp241.965.793 sehingga proporsi pembiayaan menjadi
. .
.
. .
. .
. . jika dihitung bagi hasil usaha pada
tahun kedua adalah:
55 ,
. .
.
. .
.
. .
. .
. Bagi hasil untuk tahun-tahun berikutnya dihitung dengan cara tersebut. Pada Tabel 10
ditambilkan proyeksi jumlah penerimaan bagi hasil usaha selama umur proyek selain itu juga dibandingkan dengan sistem bunga. Bunga bank yang digunakan sebesar 18
dikalikan jumlah pinjaman. Tabel 10. Jumlah penerimaan bank sistem bagi hasil dan konvensional Rp
Tahun Saldo Pembiayaan
Penerimaan BaHas
Penerimaan dengan Bunga
1 2.172.967.138 -
- 2 1.931.526.345
40.419.462
43.553.843 3 1.690.085.552
43.114.093
43.553.843 4 1.448.644.759
47.156.039
43.553.843 5 1.207.203.966
42.664.988
43.553.843 6 965.763.173
35.554.157
43.553.843 7 724.322.380
28.443.325
43.553.843 8 482.881.587
21.332.494
43.553.843 9 241.440.794
14.221.663
43.553.843 10 -
7.110.831
43.553.843 Total Penerimaan Bank
280.017.053 391.984.585
Berdasarkan Tabel 10, dari sisi pengusaha peminjam maka akan lebih menguntungkan jika menggunakan pembiayaan syariah. Hal ini karena pembagian
hasil usaha akan memperhitungkan jumlah penerimaan laba dan proporsi saldo pembiayaan. Pembiayaan syariah akan tidak menguntugkan jika keuntungan yang
diperoleh melebihi suku bunga bank yang berlaku karena pada peneriman syariah akan bergerak secara progresif mengikuti laba yang diterima sedangkan pada
penerimaan konvensional bersifat tetap tanpa melihat kondisi keuangan peminjam. Bagi hasil usaha diberikan kepada lembaga pembiayaan jika pada neraca laba rugi
bernilai positif. Namun jika pada akhir proyek, ternyata pada neraca kas terjadi kerugian maka kerugian tersebut dibagi berdasarkan nisbah modal dalam kasus ini
nisbah permodalan adalah 50:50. Pajak dihitung berdasarkan UU no.17 tahun 2000 dengan mengalikan persentase
pajak dengan laba setelah dikurangi bagi hasil. Setalah dikurangi dengan pajak, dilakukan perhitungan zakat sebesar 2,5 dari nilai hasil perhitungan sebelumnya.
Laba bersih perusahaan adalah laba operasional dikurangi dengan bagi hasil, pajak dan zakat. Keluaran hasil perhitungan proyeksi laba rugi disajikan pada Gambar 30
dan perhitungan secara detail terdapat pada Lampiran 22.
56 Gambar 35. Proyeksi Laba Rugi
Kriteria Investasi.
Kriteria investasi digunakan untuk melihat kelayakan secara finansial pendirian suatu industri. Perhitungan kriteria-kriteria investasi menggunakan perhitungan kelayakan
konvensional didasarkan pada proyeksi arus kas yang disajikan pada Lampiran 23. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam menentukan kelayakan invesatasi adalah
meliputi NPV, PBP, BC, dan IRR. Hasil verifikasi perhitungan untuk masing masing kriteria investasi industri biopellet pelepah sawit disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Kriteria Investasi. Kriteria
Nila PBP
8, 57 Tahun Rasio bc
1,08 IRR
20,02 NPV
Rp326.879.621 Berdasarkan nilai NPV, industri tersebut layak dijalankan karena NPV bernilai lebih
dari nol positif yang berarti bahwa proyek industri tersebut masih mempunyai nilai di masa yang akan datang. Nilai PBP yang dihasilkan sebesar 8, 57 tahun dan nilai
tersebut lebih kecil daripada umur ekonomis proyek tersebut yaitu 10 tahun. Proyek industri tersebut layak dijalankan berdasarkan nilai PBP karena waktu yang
diperlukan untuk pengembalian modal lebih kecil daripada umur ekonomis proyek yang berarti pula bahwa industri tersebut telah menghasilkan keuntungan sebelum
umur ekonomi proyek tersebut habis. Perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan ditunjukkan dengan nilai bc rasio. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa nilai bc rasio sebesar 1,08 lebih dari satu yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan sehingga proyek industri tersebut layak dijalankan. Sedangkan untuk nilai tingkat pengembalian internal IRR didapatkan nilai sebesar 20,02. Jika
diasumsikan bunga bank berlaku adalah 18, maka industri tersebut layak dijalankan
57 karena nilai IRR lebih besar dari pada bunga bank. Hal ini juga berarti industri
tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyimpan uang di bank. Dengan melihat semua nilai-nilai dari masing-masing kriteria investasi, dapat
disimpulkan bahwa secara finansial, proyek industri tersebut layak dilaksanakan karena memenuhi semua kriteria-kriteria investasi. Namun demikian berdasarkan
analisis sensitifitas, nilai yang didapat kan relatif kecil yaitu sebesar 3,75 untuk
kenaikan harga bahan baku, dan sebesar 14,4 untuk penurunan harga jual. Sehingga kenaikan harga bahan baku sebesar 3,75 atau penurunan harga jual sebesar 14,4
dapat menyebabkan industri tersebut menjadi tidak layak. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor kritis dalam bisnis biopelet.
4. Penjadwalan Lokasi Pengambilan Bahan Baku.