Sistem informasi bisnis berbasis UML(Unified Modeling Language) untuk agroindustri biopelet limbah pelepah sawit

(1)

(Uni

SISTEM I

ified Mode

BIOPE

FAK

INFORMA

eling Lang

ELET LIM

AKHM

KULTAS T

INSTITUT

ASI BISN

guage)

UN

MBAH PE

SKRIPSI

MAD SYAI

F34104096

TEKNOLOG

T PERTANI

BOGOR

2011

NIS BERBA

NTUK AG

ELEPAH S

I

IFUDIN

6

GI PERTAN

IAN BOGOR

ASIS UM

ROINDU

SAWIT

NIAN

R

ML

STRI


(2)

A UML-BASED BUSINESS INFORMATION SYSTEM FOR

AGROINDUSTRY ON MIDRIB PALM OIL BIOPELLET

Akhmad Syaifudin*, Dwi Setyaningsih*, and Taufik Djatna*

*Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology

Bogor Agricultural University, Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java,

Indonesia

ABSTRACT

Development of palm oil midrib biopellet business needed complete, integrated and up to date information. The objectives of this work is to identify critical factors in biopellet midrib palm oil business, to design an UML-based business information systems for biopellet agro-industry, and to evaluate the results of business information systems. The modeling is based on the object-oriented system development using UML (Unified Modeling Language) which consisted of use case diagrams, activity diagrams, collaboration diagrams, sequence diagrams, class diagrams, and physical data model.

Critical factors in biopellet midrib palm oil business were the availability of raw materials or oil palm plantations, the balance of energy produced versus the energy required, the determination of industrial location, and scheduling the location of raw materials and investment feasibility. The developed business information system, more efficient in program code usage and easy to develop.

Keyword: UML, biopellet, business information system, object oriented system, petiole, midrib palm oil.


(3)

Akhmad Syaifudin. F34104096. Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML (Unified Modeling Language)

untuk Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit. Di bawah bimbingan Dwi Setyaningsih dan Taufik Djatna. 2011

RINGKASAN

Pelepah sawit merupakan limbah perkebunan kelapa sawit yang tersedia cukup melimpah. Salah satu pemanfaatan yang dapat dilakukan adalah dengan menjadikan bahan bakar padat biopelet

(biomass pellet). Pengembangan usaha bisnis agroindustri biopelet membutuhkan ketersedian

informasi yang lengkap, terintegrasi, mudah dan kekinian khususnya bagi para pelaku bisnis.

Sistem informasi bisnis agroindustri biopellet pelepah sawit (SIBBioPeS 1.0) merupakan sistem informasi yang diperuntukkan bagi pihak pelaku bisnis. SIBBioPeS 1.0 yang dikembangkan merupakan sistem yang menyediakan informasi untuk pengembangan bisnis biopellet. Informasi yang dibutuhkan untuk melakukan bisnis industri biopellet meliputi kondisi ketersedian bahan baku dan lokasi tempat industri. Proses pengolahan bahan baku limbah pelepah sawit menjadi biopelet, kebutuhan bahan baku produksi yang digunakan sebagai dasar untuk penjadwalan pengumpulan bahan baku pelepah sawit. Selain itu juga meyediakan informasi analisis finansial dengan pembiayaan syariah untuk melihat tingkat kelayakan finansial bisnis tersebut.

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu mengidentifikasi beberapa faktor kritis dalam bisnis agroindustri biopelet limbah pelepah sawit, merancang sistem informasi bisnis bagi agroindustri biopellet, dan melakukan evaluasi terhadap hasil sistem informasi bisnis yang dirancang. Sedangkan data sebagai verifikasi sistem adalah data perkebunan yang terdapat di propinsi Banten antara tahun 2005-2009.

Metode pengembangan sistem yang digunakan pada penelitian ini, adalah pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek. Pemodelan yang digunakan dalam pengembangan dengan pendekatan berorientasi objek adalah Unified Modeling Languange(UML). UML merupakan penggabungan dari tiga metode utama pengembangan sistem yaitu OOSE (Object Oriented Software Development), OOD(Object Oriented Design) dan OMT (Object.Modeling Technique).

Pada penentuan lokasi industri, hasil verifikasi didapatkan lokasi industri yang mempunyai total biaya transportasi bahan baku paling kecil adalah kecamatan Munjul dengan total biaya transportasi sebesar Rp. 308.266.200. Sedangkan hasil penentuan kelayakan investasi industri tersebut layak dijalankan dengan melihat nilai NPV sebesar Rp326.879.621, IRR sebesar 20,02 %, rasio b/c 1,08 dan PBP sebesar 8, 57 tahun.

Beberapa faktor kritis dalam pengembangan bisnis agroindustri biopellet pelepah sawit adalah bahan baku atau perkebunan kelapa sawit, keseimbangan energi yang dihasilkan dengan energi yang dibutuhkan, penentuan lokasi industri, penjadwalan bahan baku dan kelayakan investasi. Pengembangan sistem menggunakan motode berorientasi objek khususnya menggunakan pemodelan UML pada penelitian ini, mempunyai beberapa kelebihan antara lain sistem yang bekerja lebih natural, membutuhkan waktu lebih singkat dalam pengembangan. Selain itu juga lebih efisien dalam penggunaan bahasa pengkodean hal ini akan mempercepat dalam proses komputasi. Namum demikian, pengembangan lebih lanjut terhadap paket program SIBBioPeS 1.0 perlu dilakukan untuk menyempurnakan paket program tersebut seperti pengembangan sistem berbasis web berorientasi objek.Hal ini dikarenakan SIBBioPeS 1.0 telah menggunakan database MySQL berbasis jaringanweb untuk memudahkan dalam pengaksesan informasi.


(4)

SISTEM INFORMASI BISNIS BERBASIS

UML

(Unified Modeling Language)

UNTUK AGROINDUSTRI

BIOPELET LIMBAH PELEPAH SAWIT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

AKHMAD SYAIFUDIN

F34104096

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi

: Sistem Informasi Bisnis Berbasis

UML (Unified Modeling

Language)

untuk Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit

Nama

: Akhmad Syaifudin

NIM :

F34104096

Menyetujui,

Pembimbing I,

(Dr. Dwi Setyaningsih, STP, M.Si)

NIP 19700103 199412 2 001

Pembimbing

II,

(Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si)

NIP 19700614 199512 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)

NIP 19621009 198903 2 001


(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul Sistem

Informasi Bisnis Berbasis

UML (Unified Modeling Language)

untuk

Agroindustri Biopelet Limbah Pelepah Sawit adalah hasil karya saya sendiri,

dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor,

8

Februari 2011

Akhmad Syaifudin

F34104096


(7)

RIWAYAT HIDUP

Akhmad Syaifudin dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10

Juni 1987 sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara dari

pasangan H. Ardani dan Nasipah. Penulis menyelesaikan

pendidikan dasar di MIN Sucen Jurutengah pada tahun 1998,

dan pendidikan sekolah lanjutan pertama di MTsN Purworejo

pada tahun 2001. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMA N 1

Purworejo dan lulus tahun 2004.

Penulis masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur

UMPTN dan diterima pada departemen Teknologi Industri Pertanian. Selama kuliah

penulis pernah menjadi koordinator asisten praktikum penerapan komputer. Penulis

melaksanakan praktek lapang pada tahun 2009 di PT. Indo Bioenergy Alliace Bandar

Lampung dengan mempelajari Pengelolaan Proyek (

Project Management

) Jarak

Pagar (

Jatropha curcas).

Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Informasi Bisnis Berbasis

UML (Unified Modeling Language)

untuk Agroindustri Biopelet Limbah

Pelepah Sawit” untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian di bawah

bimbingan Dr.Dwi Setyaningsih,STP M.Si. dan Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, M.Si.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala pujian dan ungkapan rasa syukur penulis sampaikan kepada Alloh SWT. Karena atas segala kemudahan dan pertolonganNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sistem Informasi Bisnis Berbasis UML(Unified Modeling Language) untuk Agroindustri Biopelet Pelepah Sawit”.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan untuk kedua orang tua penulis sebagai peletak pendidikan yang pertama bagi penulis dengan doa dan dukungan yang tidak pernah terhenti dan tidak akan pernah tergantikan. Terima kasih juga untuk kedua kakak penulis, Ahmad Tohir yang telah mengantarkan dan mendukung penulis sampai IPB, Ahmad Musonif yang selalu mendukung penulis untuk tetap kuliah. Juga untuk adik-adik penulis Irfa Suharti, Nurul Badriyah, Ahmad Zuhri, dan Ahmad Rifai. Sungguh kasih sayang kalian sangat berarti dan Semoga Alloh menyatukan kita dalam cintaNYa dan mempertemukan kelak di SyurgaNya.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. Dwi Setyaningsih, STP, MSi selaku pembimbing utama yang telah menjadi “Ibu” bagi penulis selama di IPB, yang dengan sabar dan penuh pengertian mengarahkan penulis. 2. Dr.Eng. Taufik Djatna, STP, MSi yang telah mengarahkan penulis di akhir masa studi dan

mengajarkan penulis tentang disiplin dan kecepatan kerja.

3. Dr. Ir. Suprihatin selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk skripsi ini dan juga nasehat untuk kehidupan pasca kampus.

4. Sahabat Shiyatul Qulub (Danar Andri Prasetyo, Farid Machfudz, Listya Citra Suluhingtyas, Asif Aunillah, Rendi Irawan dan Ardiansyah Febriantoko) atas segala bantuan, dukungan, peringatan bahkan “kemarahan” untuk mengingatkan penulis.

5. Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang khususnya Bidang Perkebunan yang membantu dalam pengumpulan data dan ijin penelitian.

6. Dinas Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Lebak yang memberikan banyak arah mengenai kelapa sawit.

7. Sahabat penghuni LSI (Fitrah R Kautsar, Vrika Nurrohman, dan Tiwi) yang telah banyak memberi masukan selama penulisan,.

8. Rekan-rekan SBRC (Dr. Endang Warsiki, Dhani Satria W, Dipo Bariguna CB, Pak Heri, Ria Cahyaningsih, Windi Liliana, Sri Windarwati) atas kerja samanya.

9. Sudrajat Koco, Arif Budi Prasetyo, Nadiyah Khaeriyyah dan Ibu atas bantuannya. 10. Sahabat-sahabat TIN41.

11. Pegawai UPT TIN khususnya Pak Mul yang banyak membantu dalam pengurusan administrasi.

12. Serta semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.

Semoga semua kebaikan dan pertolangan di berikan balasan yang berlipat ganda. Segala bentuk koreksi dan saran sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga karya ini bermaanfaat bagi pembaca sekalian.

Bogor, Februari 2011 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 1

C. Ruang Lingkup ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Sistem Informasi. ... 3

B. Sistem Informasi Bisnis ... 3

C. Unified Modeling Languange ... 4

D. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ... 6

E. Biomassa dan Biomass pellet (Biopellet). ... 7

F. Peramalan Jumlah Potensi Bahan Baku ... 11

G. Pembiayaan Syariah. ... 12

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 15

A. Konsepsi Sistem Informasi Bisnis ... 15

B. Metode Pengolahan Data. ... 16

C. Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek ... 20

D. Tahapan Pengembangan Sistem ... 20

IV. ANALISIS SISTEM ... 23

A. Deskripsi Sistem ... 23

B. Konfigurasi Sistem. ... 23

C. Analisis Kebutuhan Informasi Pengguna ... 24

D. Hubungan Antar Pelaku ... 24

E. Kebutuhan Fungsional Sistem ... 25

V. PEMODELAN SISTEM ... 27

A. Use case diagram (diagram kasus). ... 27

B. Activity diagram (diagram aktifitas) ... 28

C. Collaboration diagram (diagram kolaborasi). ... 30

D. Sequence diagram (diagram urutan). ... 32

E. Class Diagram (Diagram Kelas) ... 34

VI. IMPLEMENTASI SISTEM ... 37

A. Tranformasi Desain ... 37

B. Pembuatan Perangkat Lunak ... 37

VII. PEMBAHASAN ... 43

A. Tampilan Paket Program ... 43

B. Verifikasi Sistem dan Faktor kritis Bisnis ... 48


(10)

v

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi kimia pelepah sawit berdasarkan umur tanaman ... 7

Tabel 2. Perbandingan Standar Biopellets beberapa negara ...11

Tabel 3. Produk lembaga pembiayaan syariah ...12

Tabel 4. Jumlah pelepah yang dipangkas berdasarkan usia tanaman. ...48

Tabel 5. Luas tanaman kelapa sawit kecamatanCigemblong. ...48

Tabel 6. Hasil Peramalan tahun kedua(2011) dan nilai MAPE. ...49

Tabel 7. Daftar wilayah terdapat perkebunan sawit. ...50

Tabel 8. Model penentuan lokasi. ...51

Tabel 9. Kebutuhan Modal Investasi ...53

Tabel 10. Kriteria Investasi. ...56

Tabel 11. Model Penentuan Jumlah Trip Kendaraan ...57

Tabel 12. Lokasi pengambilan bahan baku. ...58

Tabel 13. Jadwal lokasi pengambilan bahan baku ...59


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen sistem informasi ... 3

Gambar 2. Pemerkasa terbentuknya UML ... 5

Gambar 3. Bagian-bagian tanaman kelapa sawit... 6

Gambar 4. Struktur pelepah kelapa sawit ... 7

Gambar 5. Diagram alir pembuatan biopellet lps ... 9

Gambar 6. Flat die dan roller ...10

Gambar 7. Proses pencetakan Biopellet pada Pelleting Mill ...10

Gambar 8. Contoh produk biopellat pelepah sawit ...10

Gambar 9. Skema pembiayaan Mudharabah. ...13

Gambar 10. Skema pembiayaan Musyarokah ...14

Gambar 11. Diagram konsepsi SIB biopellet ...15

Gambar 12. Tahapan Penelitian ...20

Gambar 13. Diagram hubungan antar pelaku ...24

Gambar 14. Diagram kasus dari SIBBioPeS 1.0 ...27

Gambar 15. Diagram kasus sub-sistem analisis finansial ...28

Gambar 16. Diagram aktifitas Sub-sistem Analisis Finansial ...29

Gambar 17. Diagram kolaborasi subsistem analisis finansial ...31

Gambar 18. Diagram urutan sub-sistem analisis finansial. ...33

Gambar 19. Diagram kelas pada SIBBioPeS 1.0 ...35

Gambar 20. Kelas mesin dan Investasi ...36

Gambar 21. Model Data Konseptual SIBBioPeS 1.0 ...38

Gambar 22. Model Data Fisik SIBBioPeS 1.0 ...39

Gambar 23. Objek pada (a) diagram kelas dan (b) bahasa pemograman Pascal ...40

Gambar 24. Struktur antarmuka Pada SIBBIoPeS 1.0 ...41

Gambar 25. Splash Screen Paket Program SIBBioPeS 1.0 ...43

Gambar 26. Tampilan utama SIBBioPeS 1.0 ...43

Gambar 27. Tampilan halaman informasi bahan baku ...44

Gambar 28. Halaman Modul Analisis Finansial ...45

Gambar 29. Halaman penjadwalan pengambilan bahan baku ...46

Gambar 30. Halaman Modul Informasi Biopellet ...46

Gambar 31.Halaman modul Simulasi ...47

Gambar 32. Halaman Kendali admin : (a) Melalui SIBBioPeS, (b)Melalui Browser Internet ...47

Gambar 33.Output grafik peramalan potensi Bahan Baku ...49

Gambar 34. Peta Penyebaran Perkebunan Sawit ...50

Gambar 35. Proyeksi Laba Rugi ...56


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Kasus Sub-sistem Bahan Baku ...66

Lampiran 2. Diagram Use Case Penjadwalan Wilayah Bahan Baku ...67

Lampiran 3. Diagram Use Case Kendali Administrator dan Informasi Biopellet ...68

Lampiran 4. Diagram Use Case Sub-sistem Simulasi ...69

Lampiran 5. Diagram Aktifitas Sub-sistem Informasi Bahan Baku ...70

Lampiran 6. Diagram Aktifitas Sub-sistem Penjadwalan Lokasi Bahan Baku ...71

Lampiran 7. Diagram Aktifitas Sub-sistem Simulasi Bisnis ...72

Lampiran 8. Diagram Aktifitas Sub-sistem Info Biopellet ...73

Lampiran 9. Diagram Aktifitas Sub-sistem Kendali Administrator ...74

Lampiran 10. Diagram Kolaborasi Sub-sistem Bahan baku. ...75

Lampiran 11. Diagram Kolaborasi Penjadwalan Pengambilan Bahan Baku ...76

Lampiran 12. Diagram Kolaborasi Subsistem Kendali Administrator ...77

Lampiran 13. Diagram Kolaborasi Sub-sistem Simulasi Bisnis ...78

Lampiran 14. Diagram Urutan Sub-sistem Informasi Bahan Baku ...79

Lampiran 15. Diagram Urutan Penjadwalan Pengambilan Bahan Baku ...80

Lampiran 16. Diagram Urutan Sub-sistem Simulasi Bisnis ...81

Lampiran 17. Diagram Urutan Subsistem Kendali Administrator. ...82

Lampiran 18. Jarak antar wilayah potensi bahan baku (dalam Km). ...83

Lampiran 19. Nilai Asumsi analisis Finansial ...84

Lampiran 20. Mesin yang digunakan ...85

Lampiran 21. Proyeksi Laba rugi ...86

Lampiran 22. Proyeksi Arus kas ...88


(14)

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan menyebabkan timbulnya masalah-masalah lingkuangan, oleh karena itu pemerintah melalui PP no 30 tahun 2007 menganjurkan untuk melakukan diversifikasi energi khususnya energi yang ramah lingkunan. Pengembangan bahan bakar ramah lingkungan juga harus memperhatikan bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan hendaknya bersifat terbarukan dan tersedia dalam jumlah cukup banyak.

Salah satu limbah pertanian yang tersedia cukup melimpah adalah limbah pelepah sawit (lps). Pada pemanfaatannya, lps ini dapat dibentuk menjadi bentuk pelet (biopelet atau biomass pellet). Beberapa negara eropa seperti Jerman, Perancis, Spanyol, dan Swedia, telah memproduksi biopelet dengan skala besar. Salah satu negara yang mempunyai tingkat produksi cukup tinggi adalah negara Austria. Tingkat produksi dan konsumsi biopelet di negara Austria dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Pada tahun 1997 kebutuhan maupun produksinya kurang dari lima ribu ton, namun pada tahun 2009 telah mencapai diatas 600.000 ton pertahun.dengan harga jual bahan baku relatif stabil 200 euro per ton. Biopelet yang dihasilkan umumnya berasal dari sisa industri kayu, atau limbah pertanian dan hutan seperti ranting, kayu, dan rumput. Aplikasi biopelet di negara-negara tersebut umumnya digunakan sebagai bahan bakar penghangat ruangan serta subtitusi bahan bakar pada pada industri.

Indonesia mempunyai peluang pengembangan biopelet yang sangat besar karena mempunyai sumber bahan baku biomassa yang cukup melimpah salah satunya adalah lps. Menurut data Dirjen Pekebunan diperkirakan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2009 adalah 7,07 juta ha dan dapat menghasilkan lps lebih dari 90 juta ton/tahun, jumlah tersebut merupakan potensi yang cukup besar. Namun demikian, bisnis biopelet untuk tujuan sebagai bahan bakar belum berkembang di Indonesia meskipun secara umum teknologi biopelet telah dikuasai. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang lengkap, terstruktur dan terintegrasi yang berkaitan dengan bisnis biopelet. Pengembangan bisnis biopelet ini harus didukung oleh ketersediaan informasi yang lengkap, jelas, terintegrasi dan terstruktur agar mudah digunakan oleh pengguna. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengelola informasi-informasi tersebut adalah dengan menggunakan sistem informasi bisnis agroindustri biopellet.

Sistem informasi bisnis (SIB) agroindustri biopelet merupakan sistem informasi yang diperuntukkan bagi pihak pelaku bisnis. SIB yang dikembangkan merupakan sistem yang menyediakan informasi yang menyeluruh untuk pengembangan bisnis biopelet. Informasi yang dibutuhkan meliputi kondisi ketersedian bahan baku dan lokasi tempat industri. Proses pengolahan bahan baku limbah pelepah sawit menjadi biopellet, Informasi analisis finansial dengan pembiayaan syariah yang digunakan untuk melihat tingkat kelayakan bisnis tersebut. Selain itu juga informasi penjadwalan pengumpulan bahan baku pelepah sawit. Sehingga Pengembangan SIB biopellet ini diharapkan dapat menjadi jawaban permasalahan yang kemungkinan dihadapi dalam menjalankan bisnis biopellet lps yaitu kontinyuitas pasokan bahan baku. Hal ini dikarenakan pada umumnya lps tersebar di beberapa daerah, sehingga perlu sebuah pengaturan pengumpulan lps agar pasokan bahan baku relatif stabil.

B. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


(15)

1. Mengidentifikasi faktor kritis dalam bisnis agroindustri biopelet lps.

2. Merancang sistem informasi bisnis berbasis UML (Unified Modeling Language) untuk aplikasi bagi agroindustri biopelet.

3. Melakukan evaluasi terhadap hasil sistem informasi bisnis yang dirancang.

Penelitian tentang sistem informasi bisnis agroindustri biopelet diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak terutama pelaku bisnis pada industri ini, pengambil kebijakan regional di daerah, khususnya wilayah propinsi Banten, serta lembaga pembiayaan keuangan yang akan memberikan pinjaman dana untuk usaha tersebut.

C. Ruang Lingkup

Penulis membatasi kajian penelitian mengenai sistem informasi bisnis agroindustri biopellet berbahan baku lps meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Informasi yang terdapat dalam SIB bioepellet merupakan kumpulan dari sub-sub modul. Sub-modul tersebut meliputi: (a). Modul bahan baku yang berisi informasi ketersediaan bahan baku lps untuk melihat trend dan peramalan yang akan datang. (b) Modul penentuan lokasi industri berdasarkan kajian biaya transportasi bahan baku. (c) Modul modul penjadwalan produksi yang digunakan untuk menyusun jadwal pengambilan bahan baku dari tiap-tiap wilayah penghasil lps. (d) Modul analisis finansial yang digunakan untuk melihat kriteria invesatsi dan permodalan. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan pembiayaan syariah dalam perhitungan analisis finansial. (e) Modul simulasi investasi yang digunakan untuk melakukan simulasi investasi dengan parameter-parameter yang disesuaikan dengan keinginan pengguna.

2. Penyusunan sistem informasi bisnis industri biopellet, yang merupakan kumpulan dari modul-modul sebelumnya dalam bentuk sebuah perangkat lunak aplikatif berbasis komputer yang diberi nama SIBBioPeS 1.0. Sedangkan data-data yang digunakan untuk melakukan verifikasi sistem didapatkan dari provinsi Banten khususnya kabupaten Lebak dan Pandeglang.


(16)

A

B

A. Sistem In

Sistem maupun ja mendistribu data dapat d pengetahua Gamb komponen kerja yang informasi: 1. Man 2. Sum terd sum meli 3. Sum info 4. Pem peny

B. Sistem In

Bisnis dengan tuju

nformasi.

m informasi ad aringan komun

usikan data me disebut mengh an pengguna da

G bar 1 mengilus dan aktivitas s g menekankan

nusia, hardware mber daya man iri dari mesin mber daya data iputi media ko mber daya data ormasi bagi pem mrosesan infor

yimpanan dan

nformasi Bi

s adalah kegia uan dan target

II.

TINJA

dalah sekumpu nikasi yang be enjadi informa hasilkan inform ata terhadap da

Gambar 1. Kom strasikan mode sistem informa n pada empat e, software, da nusia meliputi dan media; sum a meliputi dasa

munikasi dan j diubah melalu makai akhir. rmasi terdiri

pengendalian (

isnis

atan atau usah yang diingink

AUAN PU

ulan elemen y ertujuan untuk asi (O’Brien, 2 masi jika setelah

ata tersebut.

mponen sistem i el sistem infor asi. Model sist hal yang dap ata dan jaringan i pemakai akh

mber daya sof ar data dan pe jaringan. ui aktivitas pem

dari aktivitas (O’ Brien, 200

ha yang dilaku kan dalam berb

USTAKA

yang teratur ba k mendapatkan 2008). Marimin h data tersebut

informasi (O’ B rmasi yang me tem informasi t pat diaplikasik n adalah sumbe hir sistem info

ftware terdiri d engetahuan, da mrosesan infor input dalam 08).

ukan untuk m bagai bidang, b

aik orang, har n, mengolah, n (2003) mena t diolah, memb

Brien, 2008) enggambarkan

tersebut memb kan pada sem er daya dasar s ormasi; sumber dari program m an sumber day rmasi menjadi m sistem, pem

memperoleh ke baik jumlah ma

rdware, softwa menyimpan d ambahkan bahw berikan tambah

hubungan ant berikan kerang mua jenis siste

istem informas r daya hardwa maupun prosedu ya jaringan yan berbagai produ mrosesan outpu euntungan sesu aupun waktuny are dan wa han tar gka em si. are ur, ng duk ut, uai ya.


(17)

Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial (Kasmir dan Jakfar, 2007).

Sementara Brown dan Petrello dalam Suwarman (1998), mendefinisikan bisnis sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pendirian suatu bisnis akan memberikan berbagai manfaat atau keuntungan terutama bagi pemilik usaha. Di samping itu, keuntungan dan manfaat lain dapat pula dipetik oleh berbagai pihak dengan kehadiran suatu usaha. Keuntungan dengan adanya kegiatan bisnis baik bagi perusahaan, pemerintah, maupun masyarakat, antara lain :

1. Memberikan keuntungan, terutama keuntungan keuangan bagi pemilik bisnis.

2. Membuka peluang kerja kepada masyarakat, baik bagi masyarakat yang terlibat langsung dengan usaha atau masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha.

3. Manfaat secara ekonomi seperti menambah jumlah barang dan jasa, meningkatkan mutu produk, serta meningkatkan dan menghemat devisa.

4. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan terutama bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha.

5. Membuka isolasi wilayah.

6. Meningkatkan persatuan dan membantu pemerataan pembangunan 7. (Kasmir dan Jakfar, 2007).

Sistem informasi bisnis adalah sistem informasi yang bertujuan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dalam suatu bisnis dalam mencapai tujuan bisnis. O’Brien (2008) menambahkan bahwa sistem informasi bisnis atau sistem fungsional bisnis adalah berbagai jenis sistem informasi (pemrosesan transaksi, informasi manajemen, pendukung keputusan, dan lain lain) yang mendukung berbagai fungsi bisnis seperti akuntansi, keuangan, pemasaran, manajemen operasi dan manjemen sumber daya manusia.

Perbedaan sistem informasi manajemen (SIM) dengan SIB terletak pada sumber data yang digunakan. SIM dalam operasinya lebih banyak menggunakan data dari internal perusahaan sedangkan SIB lebih banyak menggunakan data dari eksternal perusahaan. Selain itu juga informasi pada SIB ditujukan untuk pengambilan keputusan tingkat menengah ke atas. Sedagkan SIM lebih banyak digunakan untuk menengah ke bawah yang bersifat operasional atau manajerial.

Sedangkan perbedaan SIM dan sistem penunjang keputusan (SPK) adalah terletak pada tingkat pengambilan keputusan. Pada hasil keluaran SIM, digunakan untuk pengambilan keputusan yang bersifat manajerial atau operasional dan sebagian besar untuk lingkungan internal organisasi. Sedangkan keluaran dari SPK digunakan dalam menunjang pengambilan keputusan yang bersifat taktis dan strategis serta umumnya berkaitan dengan lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Selain itu juga masalah yang dihadapi oleh SPK lebih tidak terstruktur dan kompleks dibandingkan dengan masalah yang dihadapi oleh SIM yang lebih terstruktur dan tidak terlalu kompleks.

Menurut O’Brien(2008), terdapat tiga peranan mendasar sistem informasi dalam aplikasi bisnis yaitu:

1. Mendukung proses dan operasi bisnis

2. Mendukung pengambilan keputusan manajerial

3. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif.

C. Unified Modeling Languange

Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang telah menjadi standar dalam pemodelan untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak. (Yanti,


(18)

5 2003). Bennet (2001) menambahkan UML adalah bahasa visual yang menyediakan cara bagi orang untuk menganalisis dan mendesain sebuah sistem berorientasi obyek yang bertujuan untuk menvisualisasi, konstruksi, dan dokumentasi proses pembuatan sistem. Keunggulan utama yang dimiliki pemodelan ini adalah kemampuannya dalam memodelkan menyerupai kehidupan nyata, sehingga sistem yang dihasilkan mempunyai kelebihan sebagai berikut :

1. Mempunyai sifat lebih natural, karena umumnya manusia berfikir dalam bentuk objek 2. Pembuatan sistem memakan waktu lebih cepat.

3. Memudahkan dalam proses pemeliharaa sistem, karena jika ada kesalahan, perbaikan hanya dilakukan pada bagian tersebut, tidak perlu mengurutkan dari awal.

UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, sedangkan syntax UML mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch-OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh-OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson-OOSE (Object-Oriented Software Engineering).

Pada era tahun 1990-an banyak metodologi pemodelan berorientasi objek bermunculan, diantaranya adalah:(1) metodologi Booch, (2)metodologi Coad, (3) metodologi OOSE, (4) metodologi OMT, (5) metodologi Shlaer-Mellor, (6) metodologi Wirfs-Brock, dan sebagainya. Masing-masing metodologi membawa notasi sendiri-sendiri, yang mengakibatkan timbul masalah baru apabila kita bekerjasama dengan group/perusahaan lain yang menggunakan metodologi yang berlainan.

Oleh karena itu, pada bulan Oktober 1994 Booch, Rumbaugh dan Jacobson, yang merupakan tiga tokoh yang metodologinya banyak digunakan, mempelopori usaha untuk penyatuan metodologi pendesainan berorientasi objek. Pada tahun 1995 direlease draft pertama dari UML (versi 0.8). Sejak tahun 1996 pengembangan tersebut dikoordinasikan oleh Object Management Group (OMG). Tahun 1997 UML versi 1.1 muncul, dan saat ini telah mencapai versi 2.0. Sejak saat itulah UML telah menjadi standar bahasa pemodelan untuk aplikasi berorientasi objek.

Gambar 2. Pemerkasa terbentuknya UML (Yanti, 2003) Pada dasarnya UML memuat diagram-diagram pemodelan sistem yang terdiri dari 1. Use case diagram (diagram kasus).

2. Class diagram (diagram kelas). 3. Object diagram (diagram objek). 4. Statechart diagram (diagram keadaan). 5. Activity diagram (diagram aktivitas). 6. Sequence diagram (diagram urutan ).

Rumbaugh

Booch Jacobson

Odell

Shlaer and Mellor

Gamma

Meyer

OMG (Object Management


(19)

D

7. Com 8. Dep 9. Coll Namu dan komple

D. Kelapa S

Kelap familie pal asalnya, ter Kelap berpelepah di ketiak d bergerombo 3, dengan w

Tanam Divisi Kelas Ordo Famil Sub-fa Genus Spesie E. ole Bagia yaitu bagia bobot seki mendukung duri-duri, h daun dapat satu pohon dapat meleb

mponent diagra

ployment diagra

laboration diag un dalam prakt

eksitas sistem y

Sawit (Elaei

pa sawit (Elae lmae dan bera rmasuk Indone pa sawit menca daun dengan daun, bunga tu ol, buahnya m warna coklat tu

Gam man kelapa saw

i : E

: A

: M

li : A

famili

s : E

es : E

eifera (Kelapa s an pelepah saw an pangkal pele

tar 5 kg. Me g atau tempat helaian daun ( t mencapai 9 m n terdapat 40-5

bihi 60 pelepah

am (diagram ko am (diagram p gram (diagram teknya tidak se yang akan dike

is guineensis

is guineensis asal dari Afrika esia (Setyawiba apai tinggi hing

serabut, di bag unggal, berbulir membulat atau l

ua.

mbar 3. Bagian-wit dalam takso Embryophyta S Angiospermae Monocotyledon Arecaceae (Pal : Cocoi Elaeis Elaeis guineens sawit Amerika wit yang dimanf epah yang tida nurut Pahan ( duduknya hel (lamina), ujung m, tergantung u 50 pelepah dau

h. omponen). enyebaran). m kolaborasi). emua diagram embangkan (N

s Jacq)

Jacq) merupak a Barat. Mesk awa dan Widya

gga 30 m, den gian pangkalny r atau bertong lonjong, tidak b

-bagian tanama onomi tumbuha Siphonagama ne lmae) idae

sis Jacq (Kelap a latin)

faatkan sebaga ak ditumbuhi d (2007), pangk laian daun dan g daun, lidi, te umur tanaman un. Jika tidak d

harus dibuat,. ugraha, 2002)

kan tumbuhan kipun demikian

astusti, 1992). ngan daun di uj ya tangkai daun gkol. Perbuahan bertangkai. Bij

an kelapa sawi an dapat diklas

pa sawit Afrika ai bahan baku b daun dengan pa kal pelepah da n terdiri atas r

epi daun dan n. Pohon kelap dilakukan pem

disesuaikan de

n tropis yang t n, dapat tumbu ujungnya. Daun n berduri. Perb n terdiri atas 5 ji biasanya sat

t (Pahan, 2007 sifikasikan seb

a)

biopellet adala anjang sekitar aun adalah ba achis, tangkai daging daun. a sawit norma mangkasan, ma

engan kebutuh

tergolong dala uh diluar daer n tersusun spir bungaan tungg 500 - 3000 bu tu, kadang 2 at

7)

agai berikut:

ah bagian petio 1 - 1,5m deng agian daun yan

daun (petiolu Panjang pelep al dan sehat pa aka pelepah da

han am rah ral, gal, uah tau le, gan ng us), pah ada aun


(20)

E

Gam Ketera TL RA VL PE SP

E. Biomassa

Bioma mengalami sumber ene lainnya (S perkebunan tanaman ke Bioma kerapatan (Saptoadi, menyebabk dioksida da

mbar 4. (a) Stru angan:

= Sepasang = Rachis = Vestigal

= Petiole = Duri tipe

Tabel 1 Keterangan Bahan kerin Protein kasa Lemak kasa Serat kasar Abu (%) Gross Energ (Sumber: L

a dan Biom

assa meliputi s i pertumbuhan

ergi terbarukan Siemers, 2006)

n, biji dan lim ecil, limbah ind

assa tidak dap energi yang r 2006). Pengg kan timbulnya an bahan partik

uktur bagian pe

g ujung daun y

leafleat (duri t e pertama.

1. Komposisi k

ng (%) ar (%) ar (%) (%) gi (Kkal/Kg) Liliana, 2009)

ass pellet (B

semua bahan y n dan residuny n yang paling ). Bahan yan mbah pertania dustri, dan limb

pat langsung rendah dan p gunaan bahan

penyakit pern kulat (Yamada

(a)

(b) elepah kelapa s

sawit yang berbentuk

tipe kedua)

kimia pelepah s Umur Tanam 4 23,74 2,31 3,53 31,14 2,61 4061,1 4

Biopellet).

yang bersifat o ya (El Bassam g serbaguna di ng termasuk b an, kayu dan bah pemukima dibakar karen permasalahan p

bakar secara nafasan yang

et al. 2005).

sawit (Pahan, 2

oval

sawit berdasark man Sawit (tahu

8 12 20,82 31 2,89 2 3,44 1 32,80 33 3,47 5 4142,0 404

rganik yang be dan Maegaar ibandingkan su biomassa antar limbah kayu, an (Bergman da

na sifat fisikn penanganan, p langsung tan disebabkan o

2007) dan (b) P

kan umur tanam un) 2 16 ,45 43,62 ,60 3,48 ,60 4,33 ,48 34,67 ,45 3,12 7,6 3999,5

erasal dari mak d, 2004). Biom umber energi

ra lain sisa h limbah hewa an Zebre 2004) nya yang kura penyimpanan npa melalui p

leh karbon m

Petiole pelepah

man

khluk hidup at mass merupak terbarukan ya hasil hutan d an, tanaman a

).

ang baik sepe dan transporta pengolahan ak monoksida, sulf h tau kan ang dan air, erti asi kan fur


(21)

Bergman dan Zebre (2004) menambahkan bahwa konversi biomassa menjadi bentuk yang lebih baik dapat meningkatkan kualitasnya sebagai bahan bakar. Hal ini juga mempermudah dalam penanganan, transportasi, penyimpanan, peningkatan daya bakar, peningkatan efisisnsi bakar, bentuk lebih seragam, serta kerapatan energi yang lebih besar. Namun, konversi bahan bakar biomassa harus memiliki keseimbangan energi agar energi yang dapat digunakan lebih besar dari energi proses produksi (Hill et al. 2006). Menurut Palz (1985) komposisi komponen organik bukan abu pada biomassa cenderung seragam. Komponen utama adalah karbon, oksigen dan hidrogen. Beberapa biomassa juga mengandung sebagian kecil nitrogen.

Menurut White dan Paskett dalam umam(2006) penggunaan biomassa sebagai bahan bakar memiliki kekurangan dibandingkan dengan bahan bakar fosil, sebab

1. Pada umumnya biomassa memiliki kandungan panas yang rendah dibandingkan bahan bakar fosil.

2. Biomassa mengandung kadar air yang tinggi sehingga dapat menghambat proses pembakaran, menyebabkan kehilangan energi selama pembakaranan karena menjadi kalor laten uap.

3. Biomassa memiliki densitas yang sangat rendah, sehingga meningkatkan ukuran peralatan penanganan, penyimpanan dan pembakaran.

4. Biomassa memiliki bentuk yang tidak homogen sehingga menyulitkan untuk pemasukan secara otomatis ke dalam ruang pembakaran.

Pellet merupakan salah satu bentuk energi biomassa, diproduksi pertama kali di Swedia pada tahun 80-an. Pellet digunakan sebagai pemanas ruang skala kecil dan menengah. Pellet dibuat dari hasil samping terutama serbuk kayu. Pellet memiliki kadar air rendah (10%) sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembakaran (VE 2006). Pellet di Swedia memiliki diameter 6-12 mm dan panjang 10-20 mm (NUTEK, 1996 dalam Jonsson, 2006). Keunggulan utama dari pemakaian bahan bakar biomassa pellet adalah penggunaan kembali bahan limbah seperti serbuk kayu yang biasanya dibuang begitu saja. Serbuk kayu dapat teroksidasi dibawah kondisi tak terkendali membentuk metana atau gas rumah kaca (Cook, 2007).

Densifikasi limbah pertanian maupun kehutanan menjadi briket atau pellet adalah metode pengembangan fungsi suatu sumberdaya yang dapat meningkatkan kandungan energi tiap satuan volume dan juga dapat mengurangi biaya transportasi dan penanganan. Densitas biomassa briket diatas rentang densitas kayu yaitu antara 800-1.100 kg/m3 dan densitas kamba adalah 600-800 kg/m3 (untuk pengemasan dan pemuatan dalam alat transportasi) (Leach dan Gowen, 1987). Menurut Saptoadi (2006), proses pemampatan biomassa menjadi pellet atau briket dilakukan untuk

1. Meningkatkan kerapatan energi bahan.

2. Meningkatkan kapasitas panas (kemampuan menghasilkan panas dalam waktu yang lebih lama dan mencapai suhu yang lebih tinggi),

3. Mengurangi jumlah abu pada bahan bakar.

Pellet merupakan hasil pengempaan biomassa yang memiliki tekanan lebih besar dari briket (El Bassam dan Maegaard, 2004). Bahan bakar pellet memiliki diameter antara 3-12 mm dan panjang bervariasi antara 6-25 mm. Pellet dibuat oleh alat dengan mekanisme pemasukan bahan secara terus menerus serta mendorong bahan yang telah dikeringkan dan termampatkan melewati lingkaran baja dengan beberapa lubang yang memiliki ukuran tertentu. Proses ini menghasilkan bahan yang padat dan akan terpotong ketika mencapai panjang yang diinginkan (Ramsay, 1982).

Metode pembuatan pellet salah satunya adalah dengan menggunakan bahan kadar air antara 16-28%. Proses berlangsung pada suhu 163oC dan tekanan pada lempeng sebesar 178kN. Pellet yang dihasilkan memiliki diameter 3 mm dan panjang 13 mm. Selanjutnya pellet tersebut


(22)

9 dikeringkan dengan udara panas hingga mencapai kadar air 7-8% dan bobot jenis lebih dari 1 kg/cm3.

Menurut Ramsay (1982) proses pembuatan pellet menghasilkan panas akibat gesekan alat yang memudahkan proses pengikatan bahan dan penurunan kadar air bahan sampai dengan 5-10%. Panas juga menyebabkan suhu pellet ketika keluar mencapai 60-65oC sehingga dibutuhkan pendinginan.

Pembuatan biopellet lps secara umum ditunjukkan oleh Gambar 5.

Petiole Pelepah Sawit

Pencacahan

Pengeringan dengan mesin Penggilingan

Penctakan Pelet

Biopellet lps Pencampuran Bahan

Tambahan Bahan Tambahan

Pengeringan dengan Matahari

Pengayakan

(Liliana, 2009) Gambar 5. Diagram alir pembuatan biopellet lps

Proses pembuatan biopellet pelepah sawit dimulai dengan pengecilan ukuran bahan baku menjadi bentuk serbuk. Proses pengecilan ukuran ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pencacahan menggunakan slicer atau chipper kemudian bahan tersebut dikeringkan matahari selama 2-3 hari. Setelah itu bahan dihancurkan menggunakan disk mill atau Hammer mill dengan ukuran saringan 3mm. Selajutnya bahan yang telah menjadi serbuk, dikeringkan menggunakan mesin pengering sehingga kadar air mencapai sekitar 10-16%.

Tahap berikutnya adalah pencampuran dengan bahan tambahan. Bahan tambahan yang dimaksud dapat berupa bahan perekat misalnya pati atau bahan lainnya yang digunakan untuk meningkatkan nilai kalor seperti gliserol (Umam, 2007). Bahan tambahan bersifat opsional tergantung pada karakteristik bahan baku yang digunakan atau produk yang diinginkan.

Tahapan terakhir pada proses pembuatan biopelet adalah pencetakan pelet menggunakan mesin pelleting mill. Prinsip kerja pada tahap pencetakan dengan mesin pelleting mill adalah bahan dimasukkan secara terus menerus kemudian ditekan pada lempengan yang mempunyai lubang-lubang dengan diameter tertentu. Selanjutnya bahan tersebut ditekan menggunakan roller untuk melewati lubang-lubang yang menyebabkan bahan tersebut akan menjadi lebih padat karena


(23)

adanya tek mesin pelle Sedan Pada berperan un menurut Sa dimensi da penyusunny Lukman (2 dapat diben inilah yan kandungan dari akibat Biope kalor rata-r

kanan yang bes eting mill berup

ngkan Gambar

Gambar 7 proses penge ntuk menjaga k a’id (1996) ad ari sinamil al ya tanpa men 2008) menamba ntuk pada suhu g dimanfaatka lignin berkisa adanya tekana

Gamb ellet yang diha rata adalah 365

sar dan panas pa roller dan fl

Gambar 7 merupakan i

7. Proses pence empaan pembe keutuhan bentu dalah polimer a lkohol (turuna ngalami perub

ahkan lignin b u tinggi dan ke an dalam pem ar antara 15 -an y-ang besar d

bar 8. Contoh p asilkan mempu 50 Kcal/Kg (Li

yang timbul. G

flatdie.

6. Flat die dan ilustrasi proses

etakan Biopell entukan pellet uk biopellet ad aromatik komp an fenilpropan

ahan pada be ersifat termopl embali menjad mbentukan bio

22% (Sa’id, 1 dan gesekan ba

produk biopella unyai diameter iliana , 2009). K

Gambar 6 ini m

n roller (PHI, 2 s pembentukan

let pada Pelletin t, salah satu dalah adanya s

plek yang terb na). Lignin da entuk dasarnya lastik, artinya l di keras pada s opellet dari p 1994). Sedangk ahan dengan pe

at pelepah saw 8 mm dan pan Kemampuan su

merupakan bag

2009)

n biopellet pada

ng Mill (PHI, 2 komponen pa enyawa lignin bentu melalui p

apat dikonver a. Selain itu lignin dapat m suhu dingin. S pelepah kelap kan panas yan engempa.

wit (Liliana 200 njang 10 -25 m ubtitusi biopel

gian utama pa

a mesin biopele

2009) ada bahan ya

. Senyawa lign polimerisasi ti rsi ke monom Achmadi dala menjadi lunak d ifat termoplast a sawit deng ng timbul beras

09)

mm dengan ni llet terhadap ba

ada et. ang nin iga mer am dan tik gan sal lai atu


(24)

11 bara adalah 1:1,5 dengan asumsi nilai kalor rata-rata tiap satu kilogram batu bara adalah 5500 Kcal. Perbandingan beberapa standar biopellets dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Standar Biopellets beberapa negara Karakteristik

Biopellets Satuan

öNorm M 7135 (Austria) (a)

DIN 51731 (Jerman)(a)

DIN Plus (Pellet Association Germany)(a) Pellet Fuel Institute (b) ITEBE (c) (2001-2007)

Diameter Mm 4,0 - 10 ,0 4-10 .1 - 6,35 - 7,94 6,0 - 16

Panjang mm 5 x D (1) < 50 5 x D (1) < 38,1 10,0 – 50

Densitas kg/dm3 > 1,12 1,0 - 1,4 > 1.12 > 0,64 > 1,15

Kadar Air % < 10 < 12 < 10 - < 15

Kadar Abu % < 0,5 < 1,5 < 0,5 < 3 (Standar) <

1(premium) < 6

nilai kalor MJ/Kg > 18 17,5 - 19,5 > 18 > 19,08 > 16,9

S % < 0,04 < 0,08 < 0,04 - < 0,10

N % < 0,3 < 0,3 < 0,3 - < 0,5

Cl % < 0,02 < 0,03 < 0,02 < 0,03 < 0,07

Abrasi % < 2,3 - < 2,3 - -

Bahan

Tambahan % < 2 -2

< 2

- < 2

(PHI dalam Umam, 2007)

F. Peramalan Jumlah Potensi Bahan Baku

Metode kuantitatif merupakan metode yang menggunakan data numerik masa lalu untuk mendapatkan peramalan masa akan datang dengan asumsi pola pada masa lalu akan berulang di masa akan datang (assumption of continuity). Metode kuantitatif dibedakan menjadi dua yaitu teknik peramalan deret waktu (time series) dan teknik kausal. Teknik deret waktu adalah teknik peramalan terhadap masa datang yang dilakukan atas dasar nilai-nilai peubah dan atau galat masa lalu. Teknik ini bertujuan untuk mengungkapkan pola dari deret data masa lalu yang kemudian di ekstrapolarisasikan pola data tersebut ke masa datang. (Machfud, 1999).

Teknik peramalan deret waktu dikelompokkan mejadi empat kelompok yaitu (1) metode perataan (averaging methods), (2) metode pemulusan eksponensial (exponential smoothing), (3) metode dekomposisi dan (4) metode Box-Jenkis (autoregressive integrated moving average= ARIMA). Selanjutnya metode-metode tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kelompok lagi yang disesuaikan dengan kebutuhan peramalan (Machfud, 1999).

Penentuan metode peramalan yang tepat untuk suatu data harus memperhatikan sifat data tersebut. Sifat dan pola data dalam klasifikasi Pegels dibedakan menjadi sembilan macam yang merupakan kombinasi dari tiga pengaruh musiman dan tiga pengaruh kecenderungan. Pengarug musiman meliputi:(1) tidak ada pengaruh musiman, (2) Pengaruh musiman aditif dan (3) pengaruh musiman multiplikatif. Sedangkan pengaruh kecenderungan(trend) meliput: (1) tidak ada trend, (2) trend aditif, dan (3) trend multiplikatif (Makridakis 1995).

Makridakis (1995) menambahkan bahwa selain melihat pola data, harus dilihat pula sifat dari data yang akan digunakan. Untuk data yang bersifat stasioner, maka pemulusan eksponensial tunggal banyak digunakan dengan respon yang adaptif untuk meminumkan error. Sedangkan untuk data non-stasioner dapat digunakan metode pemulusan eksponensial linear satu parameter dari Brown atau dua parameter dari Holt dengan nilai pemulus antara 0,1 sampai 0,2.

Pada data yang bersifat musiman misalnya seperti kuartalan, semesteran ataupun bulanan, peramalan yang dapat dipilih adalah metode Winters. Namum metode ini memiliki beberapa kelemahan yaitu menggunakan tiga parameter yang menyebabkan banyak kombinasi yang timbul.


(25)

Pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah menghilangkan faktor musiman. Faktor musiman dihilangkan dengan cara plot rata-rata bergerak dari data menggunakan panjang periode rataan adalah panjang periode musiman (misal empat bulanan untuk kuartalan). Dengan demikian analis tinggal mkonsentrasi pada trend dan stasioner data (Makridakis 1995).

Menurut Machfudz (1999), dalam melakukan peramalan dari data masa lalu harus melihat nilai dari kecermatan peramalan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh mana selisih nilai-nilai hasil peramalan dengan data aktual. Selain itu juga untuk melihat kesesuaian teknik yang digunakan dengan pola data. Salah satu ukuran kecermatan yang dapat digunakan adalah ukuran relatif

Ukuran relatif merujuk kepada persentase galat atau kesalahan peramalan (Percentage Error =PE) yang dirumuskan sebagai berikut:

%

Sedangkan ukuran kecermatan peramalan yang sering digunakan adalah sebagai berikut: Rataan persen galat (Mean Percentage Error)

Rataan persen absolut galat (Mean Absolute Percentage Error)

|

|

G. Pembiayaan Syariah.

Menurut Wibowo dan Untung (2005) bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip ajaran Islam yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Alquran dan Hadits dengan menjauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur riba.

Berdasarkan fungsinya, lembaga keuangan syariah mempunyai produk-produk syariah seperti disajikan pada Tabel 3:

Tabel 3. Produk lembaga pembiayaan syariah Fungsi perbankan syariah Produk bank syariah Manajer investasi

Investor

Jasa layanan

Sosial

Penghimpunan dana :

Prinsip wadi’ah, Prinsip mudharabah Penyaluran dana :

Prinsip jual beli (murabahah, salam, istishna). Prinsip sewa (Ijarah, IMBT). Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah).

Produk jasa :

Wakalah, Kafalah, Sharf, Qardh. Hawalah, Rahn dsb.

Dana kebajikan :

Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan Penghimpunan dan penyaluran ZIS


(26)

13 (Khalid, 2009).

Produk lembaga keuangan syariah yang umum dan sering dijumpai dan merupakan salah satu fungsi bank syariah sebagai investor, adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yaitu

mudharabah dan musyarokah.

1.

Mudharabah

Mudharabah adalah salah satu bentuk pembiayaan syariah dimana akad kerja sama

antara dua pihak dengan salah satu pihak (bank atau lembaga keuangan) bertindak sebagai penyedia dana (sahib al-mal) dan nasabah bertindak sebagai penyedia keahlian(mudharib).

Pada kerja sama ini, semua kebutuhan dana disediakan oleh pihak bank dan jumlah bagi hasil keuntungan telah disepakati di awal sedangkan jika terjadi kerugian yang bukan karena kesalahan nasabah, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pihak bank (Karim,2007).

Gambar 9. Skema pembiayaan Mudharabah.

2.

Musyarokah.

Musyarokah adalah bentuk kerja sama dua pihak untuk menjalankan suatu usaha yang halal dengan masing-masing pihak menyetorkan dana. Apabila usaha tersebut mengalami keuntungan ataupun kerugian, maka ditanggung oleh kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang disepakati di awal (Karim, 2007). Bentuk kerjasama musyarokah ini dapat dilihat pada Gambar 10.


(27)

Gambar 10. Skema pembiayaan Musyarokah

Salah satu yang membedakan pembiayaan syariah dengan pembiayaan konvensional adalah pada pengembalian dana pinjaman. Pada pembiayaan konvensional pengembalian pinjaman disertai bunga pinjaman baik usaha tersebut mendapatkan laba ataupun tidak. Sedangkan pada pembiayaan syariah pengembalian pinjaman tidak disertai dengan bunga tetapi ditambahkan sebagian hasil usaha jika usaha tersebut mendapatkan laba. Jumlah distribusi hasil usaha dinyatakan dalam bentuk nisbah. Nisbah tersebut didasarkan atas kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat dalam usaha tersebut.

Metode pembagian hasil usaha dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) Bagi untung

(Profit Sharing) adalah pembagian hasil usaha yang dihitung dari pendapatan setelah

dikurangi biaya pengelolaan dana.(2) Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah pembagian hasil usaha yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Kebanyakan bank dan lembaga pembiayaan syariah di Indonesia menggunakan sistem revenue sharing karena lebih mudah dalam pengwasan dan perhitungannya (Fauziyah 2003).


(28)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsepsi Sistem Informasi Bisnis

Pengembangan industri pengelohan biomassa limbah pelepah sawit belum menarik minat para pelaku bisnis disebabkan kurangnya dukungan informasi bisnis yang lengkap, mudah, dan terintegrasi. Sehingga pembuatan sistem informasi bisnis agroindustri biopellet lps dirasakan perlu bagi pihak-pihak yang akan berinvestasi pada bisnis ini. Diagram konsepsi pembuatan SIB biopellet dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Diagram konsepsi SIB biopellet

Sistem informasi bisnis (SIB) yang dikembangkan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi para pelaku bisnis. Informasi-informasi yang tersedia merupakan informasi yang cepat, ringkas, lengkap dan kekinian. Sehingga diharapkan informasi tersebut menunjang dalam usaha bisnis dalam mencapai tujuannya.

Informasi utama yang terdapat dalam SIB merupakan informasi yang dibutuhkan pelaku bisnis untuk menjalankan usaha bisnis mereka. Informasi tersebut terutama pengetahuan tentang produk biopellet itu sendiri serta ketersediaan bahan baku di wilayah tersebut. Ketersedian bahan baku merupakan masalah utama dalam pengembangan industri berbasiskan hasil pertanian (agroindustri). Penentuan lokasi yang tepat juga menjadi faktor kritis dalam usaha pengembangan agroindustri biopellet.

Hal yang juga penting sebagai bahan pertimbangan pengembangan industri adalah kelayakan finansial karena merupakan tujuan secara umum kegiatan bisnis. Analisis finansial yang digunakan


(29)

pada sistem ini adalah dengan pembiayaan syariah. Selain itu pengembangan agroindustri juga perlu mempertimbangkan masalah pasokan bahan baku yang tidak stabil, karena bahan baku pertanian umumnya tersebar dan musiman. Oleh karena itu perlu disusun sebuah penjadwalan pengambilan bahan baku berdasarkan lokasi agar pemenuhan kebutuhan bahan baku relatif stabil.

Keluaran utama dari sistem informasi bisnis ini adalah berupa laporan baik berupa elektronik (softcopy) dan cetak (hardcopy) yang berguna sebagai acuan dalam menjalankan bisnis biopellet lps khususnya di propinsi Banten. Sistem informasi bisnis yang dikembangkan merupakan sistem informasi yang mempunyai tampilan antar muka yang userfriendly serta mudah untuk digunakan. Sistem ini juga dilengkapi dengan live-update database secara online, sehingga data informasi yang terdapat di dalamnya selalu kekinian (up to date).

B. Metode Pengolahan Data.

1.

Peramalan jumlah potensi bahan baku

Metode peramalan yang dipilih pada penilitian adalah dengan pendekatan rata-rata pada data musiman untuk menghilangkan sifat musiman. Selanjutnya digunakan metode pemulusan eksponensial Brown dan Holt untuk peramalannya. Dari kedua metode tersebut dipilih nilai MAPE yang terkecil sebagai hasil peramalan yang terbaik.

Metode linear Brown satu parameter

Metode linear Brown’s merupakan metode pemulusan eksponensial ganda yang serupa dengan metode perataan bergerak ganda, tetapi dengan proses pemulusan pada setiap periode. Secara matematika metode ini dorumuskan dengan:

Ft+m = at + bt(m), dimana

at = 2S’t – S’’t

bt =

S`t = αXt + (1-α)S`t-1 S``t = αS’t + (1- α)S``t-1

Pada metode ini, inisialisasi yang dilakukan adalah dengan menetapkan nilai-nilai sebagai berikut:

S``t = S’t = X1

a1 = X1

b1 =

keterangan:

Ft+m = Nilai peramalan pada periode t+m Xt = Data observasi periode t

m = Jumlah data permalan

α = Nilai pemulus parameter

S’t = Perataan bergerak pertama periode t S’’t = Perataan bergerak kedua periode t


(30)

17 Metode Linear Holt dua parameter

Metode linear Holt hampir sama dengan metode linear Brown, proses pemulusan terhadap trend dilakukan secara terpisah. Bentuk matematika dari metode ini adalah:

Ft+m = St + bt(m) dimana,

St = αXt + (1 – α)(St-1 + bt-1) bt = δ(St-St-1) + (1 - δ)bt-1 dan inisiasi nilai yang digunakan adalah;

S1 = X1

b1 =

keterangan:

α = nilai parameter pemulus pertama

δ = nilai parameter pemulus kedua

2.

Penentuan Lokasi

Persoalan penugasan (assignment problem) merupakan salah satu persoalan dalam tranportasi dan dapat dinyatakan dengan tersedianya n fasilitas untuk melaksanakan n pekerjaan. Pada penerapannya, model penugasan sangat luas. Fasilitas dan pekerjaan yang dimaksud bisa sangat beragam misalnya menentukan 5 mesin untuk mengerjakan 5 jenis produk atau sejumlah sumber bahan baku untuk didistribusikan ke sejumlah permintaan dengan jumlah kendaraan tertentu.(Supranto, 1988)

Secara matematis persoalan penugasan dalam transportasi dinyatakan sebagai matriks n baris dan n kolom dari biaya (cij), dimana cij adalah biaya tranportasi dari sumber i ke tujuan j. Kemudian carilah nilai xij sebagai variabel keputusan penugasan agar nilai,

Dengan fungsi kendala : Xij = X

2 ij

Selanjutnya persamaan tersebut diselsaikan dengan metode simpleks. Penentuan solusi awal pada penyelesaian dengan metode simpleks dilakukan dengan metode pendekatan Vogel (Vogel aproximation methode). Metode ini merupakan metode heuristik yang umumnya memberikan penyelesaian awal mendekati hasil optimum. Langkah-langkah penyelesaian dengan metode ini adalah sebagai berikut:

Evaluasi penalti setiap baris dan kolom dengan mengurangkan elemen biaya terkecil dalam baris (kolom) dari biaya terkecil berikutnya dalam baris( kolom) yang sama.

Identifikasi baris(kolom) dengan penalti terbesar, pilih nilai yang sama secara sembarang. Alokasikan sebanyak mungkin pada variabel pada sel yang mempunyai unit


(31)

biaya terendah dalam baris atau kolom yang terpilih. Jika suatu baris(kolom) dipenuhi secara bersamaan, hanya satu yang disilamngkan dan permintaan atau penawaran yang lainnya diberikan nilai nol. Penawaran atau permintaan yang bernialai nol tidak boleh digunakan lagi dalam penentuan penalti berikutnya.

Jika tepat satu baris (kolom) yang belum disilan, maka berhentialh.

Jika hanya satu baris (kolom) yang dengan penawaran yang belum disilang maka tentukan varaiabel darsar dalam baris atau kolom tersebut dengan biaya terendah.

Jika semua baris dan kolom yang belum disilang memiliki permintan atau penawaran nol, maka tentukan variabel dasar dengan metode least cost (Aminuddin 2005)

3.

Analisis Finansial dengan Pembiayaan Syariah

Analisis finansial pada penelitian ini menggunakan skema pembiayaan musyarokah. Metode pembagian hasil usaha dilakukan dengan metode revenue sharing. Bagi hasil dilakukan pada saat neraca laba rugi bernilai positif. Persentase bagi hasil usaha dihitung dengan rumus

.

.

%

Keterangan:

p.e = Ekpetasi penerimaan bank dari pembiayaan (%)

p.p = Persen pembiayaan (%)

lp = Lama Pinjaman (tahun)

Nisbah pengusaha = 100% - Nisbah bagi hasilPerbankan (BSM dalam Ramdhani 2009

Selanjutnya nisbah bagi hasil tersebut dikalikan dengan proporsi pembiayaan dan jumlah penerimaan pada tahun berjalan. Secara matematis ditulis sebagai berikut:

Pada pembiayaan syariah tidak mengenal penurunan nilai mata uang. Sehinggan nilai mata uang yang di dapat pada masa kini dianggap selalu sama. Selain itu juga, pada penentuan kriteria tidak menggunakan kriteria nilai masa mendatang (NPV) dan tingkat pengembalian internal (IRR). Namun, pada penentuan kriteria kelayakan finansial penelitian ini menggunakan perhitungan pembiayaan konvensional yang meliputi NPV, IRR, B/C, dan PBP. Penggunaan metode penentuan tersebut hanya digunakan pada saat telah didapatkan arus kas. Rumus matematika yang digunakan untuk menghitung masing-masing kriteria adalah sebagai berikut:


(32)

19 a. Net Present Value (NPV) adalah nilai dari investasi di masa akan datang yang

yang diukur pada masa sekarang.

Dimana

NPV = Net Present Value (RP)

Bt = Total penenerimaan Kas tahun ke-t (Rp)

Ct = Total Kas Keluar tahun ke-t (Rp)

i = tingkat suku bunga yang berlaku (%)

t = Tahun berjalan

b. Payback Period (periode pengembalian modal) adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal. Nilai PBP dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Dimana

NPV1 = Nilai NPV kumulatif bernilai negatif

NPV2 = Nilai NPV kumulatif bernilai positif

t1 = tahun saat NPV kumulatif negatif

t2 = tahun saat NPV kumulatif positif

c. Benefit Cost Ratio (B/C Rasio) ada perbandingan antara manfaat yang

diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

Bt = Total penerimaan pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Total Biaya pada tahun ke-t (Rp)

i = Tingkat suku bunga yang digunakan (%)

t = Tahun berjalan

n = umur proyek (tahun)

d. Internal Rate Return (IRR) atau arus pengembalian internal merupakan

tingkat kemampuan proyek menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang menyebabkab NPV arus kas yang penerimaan sama dengan arus kas keluar.


(33)

C. Metode Pengembangan Sistem Berorientasi Objek

Menurut O’brien (2008) proses pengembangan sistem informasi umumnya meliputi tiga tahapan proses, (1) Analisis sistem, yaitu studi mendalam mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir yang menghasilkan persyaratan fungsional dan digunakan sebagai dasar desain sistem informasi yang dibuat. (2) Desain Sistem merupakan serangkaian aktivitas-aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi sistem yang memenuhi persyaratan fungsional pada tahap analisis sistem. (3) Pengembangan pemakai akhir merupakan tahap merubah dari konsep desain pada tahap sebelumnya menjadi sebuah perangkat aplikatif yang sesuai kebutuhan pengguna akhir.

Pada penelitian ini, metode pengembangan sistem yang digunakan adalah pendekatan pengembangan sistem berorientasi objek yang dapat secara cepat dan jelas memodelkan dan membangkitkan solusi seperti di dunia nyata. Pemodelan yang digunakan dalam pengembangan dengan pendekatan berorientasi objek adalah Unified Modeling Languange(UML).

D. Tahapan Pengembangan Sistem

Tahapan pengembangan sistem informasi bisnis agroindustri biopellet berbahan baku lps seperti pada Gambar 12.

Gambar 12. Tahapan Penelitian

1.

Analisis sistem

Metode analisis sistem pada pengembangan sistem informasi bisnis biopellet ini adalah metode bottom-up, dimana pendekatan pengembangan dimulai dengan menganalisis kebutuhan pengguna akhir. Analisis sistem diawali dengan deskripsi sistem dan analisis kebutuhan informasi. Selanjutnya pembuatan persyaratan fungsional sistem yang meliputi kebutuhan data, perangkat lunak, perangkat keras, sumber daya manusia, serta pemeliharaan sistem.


(34)

21

2.

Desain sistem

Pada tahap desain sistem metode yang digunakan adalah UML. Pada tahapan ini dibuat berbagai diagram yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Diagram-diagram yang dibutuhkan meliputi:

a. Use case diagram (diagram kasus)

Diagram ini digunakan untuk menggambarkan fungsionalitas sistem dari sudut pandang pengguna. Diagram ini menekankan pada apa yang dikerjakan sistem. Diagram ini juga menggambarkan interaksi sistem dengan pelaku (aktor) diluar sistem.

b. Activity diagram (diagram aktivitas).

Diagram aktivitas digunakan untuk menggambarkan aliran kerja aktivitas di dalam sistem atau dengan kata lain adalah bagaimana sistem itu mengerjakan fungsionalitas tertentu.

c. Collaboration diagram (diagram kolaborasi).

Diagram kolaborasi menggambarkan objek-objek yang terlibat dalam menghasilkan suatu fungsionalitas. Dalam diagram tersebut ditampilkan objek-objek yang berperan, serta relasi dan pesan yang disampaikan antar objek-objek. d. Sequence diagram (diagram urutan ).

Sequencediagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam sistem berupa penyampaian message (pesan) yang dikaitkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequencediagram juga menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu.

e. Class diagram (diagram kelas)

Diagram kelas merupakan diagram utama dalam pemodelan berorientasi objek. Diagram kelas digunakan untuk memperlihatkan struktur statis sistem tersebut. Kelas adalah kumpulan objek yang mempunyai atribut dan tingkah laku (operasi) yang mirip.

3.

Tahap implementasi sistem.

Tahap implementasi sitem merupakan proses transformasi desain sistem menjadi sebuah sistem aplikatif atau perangkat lunak. Implementasi SIBBioPeS 1.0 pada tahap desain sistem menggunakan Microsoft Visio 2003(Microsoft 2002) dan Sybase Power Designer 12.0 (Sybase 2005) sedangkan pada tahap pembuatan paket program menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7(Borland 2002) dan Ulead Photoimpact 8.0 (Ulead 1999) untuk perancangan antarmuka (sistem manajemen dialog). Sedangkan Microsoft Acces 2007 (Microsoft 2005) dan MySQL (Oracle 2009) digunakan sebagai sistem manajamen basis data dinamis. Selain itu agar tampilan antar muka lebih menarik dan userfriendly, sistem ini juga menggunakan format swf (Shockwave flash) yang dibuat menggunakan perangkat lunak Swish MX 3.0 (Swish 2007)


(35)

4.

Verifikasi sistem

Verifikasi merupakan tahapan untuk mengetahui apakah program yang dibuat menghasilkan keluaran secara keseluruhan sesuai yang diinginkan. Proses verifikasi dilakukan selama pembuatan dan setelah selesai. Tahap verifikasi dilakukan dengan cara pengujian keluaran paket program dan pelacakan kesalahan sistem (testing and debuging).


(36)

23

IV.

ANALISIS SISTEM

A. Deskripsi Sistem

Sistem informasi bisnis agroindustri biopellet limbah pelepah sawit yang dibuat ini dinamakan SIBBioPeS 1.0. Sistem ini adalah sistem informasi bisnis berbasis komputer yang dirancang menggunakan UML untuk menyajikan informasi yang menunjang dalam merencanakan dan menjalankan bisnis biopellet lps khususnya di wilayah propinsi Banten.

Informasi yang dibutuhkan dalam aktifitas produksi meliputi ketersedian bahan baku, perencanaan produksi, serta penjadwalan pengambilan bahan baku. Sedangkan pada aktifitas keuangan menginformasikan kebutuhan modal serta tingkat kelayakan dalam menjalankan bisnis tersebut menggunakan skema pembiayaan syariah.

Sumber data yang digunakan pada SIBBioPeS 1.0 berasal antara lain dari PTPN VIII unit kelapa sawit propinsi Banten, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banten, Badan Pusat Statistik, dan sumber literatur lainnya yang relevan. Data-data yang dibutuhkan terutama meliputi kondisi umum wilayah, data perkebunan kelapa sawit, serta data kelayakan finansial. Selanjutnya data tersebut diolah oleh perangkat lunak aplikatif SIBBioPeS 1.0 untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang berguna dalam melaksanakan aktivitas bisnis biopellet lps.

B. Konfigurasi Sistem.

Konfigurasi sistem dari paket program SIBBioPeS 1.0 terdiri dari:

1.

Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem pengolahan terpusat berfungsi sebagai pengelola dan pengatur seluruh bagian atau komponen sistem yang menyusun paket program SIBBioPeS 1.0. Sistem pengolahan terpusat memungkinkan interaksi antara sistem satu dengan sistem yang lainnya. Sistem pengolahan terpusat pada SIBBioPeS 1.0, ditampilkan dalam bentuk menu utama yang dihubungkan dengan masing-masing fungsi.

2.

Sistem Manajemen Dialog

Sistem manajemen dialog adalah fasilitas yang digunakan untuk berkomunikasi antara pengguna sistem dengan sistem tersebut. Sistem manajemen dialog mengatur tamplian, fleksibilitas serta kemudahan dalam mengoperasikan paket program. Pembuatan sistem manajemen dialog yang user friendly akan memudahkan pengguna dalam menggunakan paket program. Perancangan sistem manajemen dialog pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak utama adalah Borland Delphi 7(Borland, 2002). Sedangkan yang digunakan sebagai perancangan tampilan pengguna (user interface), adalah perangkat lunak Ulead Photoimpact 8 (Ulead 2002)dan Swish Max 3.0 (Swish 2007).

3.

Sistem Manajemen Basis Data.

Sistem manajemen basis data (database manajemen sistem /DBMS) merupakan komponen penyusun sistem yang sangat penting karena berfungsi sebagai pemasukan, penghapusan, penyimpanan, pengolahan dan pengorganisasian data yang dibutuhkan bagi sistem tersebut. DBMS yang digunakan dalam pengembangan SIBBioPeS 1.0 ada dua yaitu


(37)

Microsoft Acces 2007 (Microsoft Corp, 2006).sebagai manajemen basis data lokal (offline),

sedangkan DBMS untuk basis data online adalah MySQL (Oracle, 2009).

C. Analisis Kebutuhan Informasi Pengguna

Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk mendapatkan jenis informasi yang dibutuhkan oleh pengguna yang sekaligus juga merupakan faktor kritis bisnis biopellet pelepah sawit. Berdasarkan analisis kebutuhan yang dilakukan, dapat diidentifikasikan beberapa informasi yang dibutuhkan oleh pelaku bisnis:

1. Informasi bahan baku yang meliputi ketersediaan, lokasi, serta peramalannya.

2. Informasi biaya investasi pendirian industri yang mencakup kebutuhan modal, serta kelayakan finansial dengan skema pembiayaan syariah.

3. Informasi lokasi pabrik yang tepat berdasarkan kajian biaya transportasi untuk mendukung rantai pasokan bahan baku.

4. Informasi kebutuhan produksi yang mencakup kebutuhan bahan baku dan penjadwalan pengumpulan bahan baku.

5. Informasi umum tentang pembuatan biopellet pelepah sawit yang meliputi proses pembuatan serta standar mutunya.

D. Hubungan Antar Pelaku

Pelaku yang berperan dalam sistem informasi ini digolongkan menjadi tiga yaitu pelaku sumber data, pengembang sistem, serta pengguna akhir. Sumber data pada SIBBioPeS 1.0 meliputi PTPN VII Unit kelapa sawit, Badan Pusat Statistik, Dinas Kehutunan dan Perkebunan, Departemen ESDM, perbankan syariah, serta sumber pustaka yang mendukung lainnya.

Pelaku SIBBioPeS 1.0 terdiri dari dua kelompok, yaitu pelaku internal dan pelaku eksternal sistem. Pelaku yang berperan secara langsung dalam pengembangan SIBBioPeS 1.0 adalah pelaku internal seperti analis, administrator dan pemrogram.


(38)

25

E. Kebutuhan Fungsional Sistem

Kebutuhan fungsional untuk menjalankan SIBBioPeS 1.0 meliputi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, kebutuhan tenaga, serta pemeliharaan sitem.

1.

Kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras.

Kebutuhan perangkat keras minimal adalah seperangkat komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:

 Prosesor pentium IV 1,66 GHz atau yang setara.

 RAM minimal adalah 512 MB.

 Ruang kosong pada hardisk sebesar 100 MB.

 Printer dan monitor sebagai media keluaran data.

 Serta perangkat masukan data seperti keyboard dan mouse.

 Koneksi internet untuk akses database online

Sedangkan kebutuhan perangkat lunak untuk menjalankan sistem ini adalah sistem operasi Windows XP SP2 (Microsoft 2002), flashplayer versi 9 (Adobe 2009), Microsoft Acces 2003 (Microsoft 2003) sebagai manajemen basis data. Serta jaringan internet sebagai perantara akses database online (MySQL). Komponen ODBC (open connection database)

yang berguna sebagai perantara untuk koneksi database MySQL (Oracle 2009).

2.

Kebutuhan tenaga

Kebutuhan tenaga pada SIBBioPeS 1.0 meliputi system analyst, administrator, pemrogram, pengumpul data serta pengguna atau operator yang masing-masing mempunyai tugas, wewenang dan spesifikasi keahlian minimum.

a. Analis sistem

Analis sistem (system analyst) adalah orang yang bertindak sebagai desainer dan konseptor sebuah sistem. Keahlian khusus yang harus dimiliki oleh analis sitem adalah mempunyai kepakaran dalam analisis sitem serta mempunyai pengetahuan tentang bisnis biopelet.

b. Administrator

Administrator adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keamanan data dan kebenaran informasi sistem. Keahlian yang harus dimiliki oleh administrator adalah memahami struktur data dari sistem:

c. Pemrogram

Pemrogram adalah orang yang bertindak mengimplementasikan sistem kedalam sebuah perangkat lunak. Keahlian khusus yang dimiliki administrator adalah mmpunyai kemampuan dalam bahasa pengkodean dan transformasi desain ke dalam perangkat lunak.

d. Pengumpul data

Pengumpul data adalah orang yang bertanggung jawab dalam pengumpulan dan pengujian kebenaran dari sumber data.

e. Pengguna akhir

Pengguna akhir dari SIBBioPeS 1.0 ini adalah para pelaku bisnis yang akan melakukan usaha pada biopellet dari pelepah sawit. Kemampuan dasar yang harus


(39)

dimiliki adalah mampu mengoperasikan sistem secara baik serta mengetahui pengoperasian komputer secara umum.

3.

Pemeliharaan Sistem.

Pemeliharaan sistem meliputi perbaruan dan pemeliharaan data serta merancang bangun ulang sistem yang ada guna memenuhi perubahan kebutuhan pengguna akhir. Rancang bangun ulang pada pemeliharaan sistem dilakukan karena beberapa alasan antara lain program mengalami kerusakan baik oleh pihak luar maupun karena kerusakan sistem karena


(40)

27

V.

PEMODELAN SISTEM

Pada perancangan paket program SIBBioPeS 1.0, tidak semua diagram yang terdapat pada UML dibuat, karena kebutuhan pemodelan sistem yang tidak terlalu kompleks. Diagram-diagram yang dibuat pada perancangan sistem ini meliputi diagram kasus (use case), aktivitas (activity), kolaborasi (collaboration), urutan (sequence) dan kelas (class). Pembuatan diagram tersebut dilakukan dengan alat bantu perangkat lunak Microsoft Visio 2003 (Microsoft, 2003) dan Sybase Power Designer 12.5. (Sybase, 2005)

A.

Use case diagram

(diagram kasus).

Langkah awal dalam perancangan sistem berorientasi obyek adalah dengan membuat diagram kasus. Diagram kasus menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem yang memperlihatkan apa yang akan dilakukan oleh sistem dan bukan bagaimana sistem itu melakukan. Diagram tersebut dihasilkan karena adanya interaksi pelaku (actor) yang berinterakai dengan sistem tersebut atau dapat juga dihasilkan dari kebutuhan pengguna terhadap sistem. Diagram kasus dapat digunakan sebagai prosedur awal pengujian sistem, membantu dalam menyusun kebutuhan sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan pihak lain, dan merancang test case semua fitur yang ada pada sistem.

Gambar 14. Diagram kasus dari SIBBioPeS 1.0

Diagram kasus terdiri dari tiga buah notasi utama yaitu actor (pelaku), case (kejadian/perilaku), dan relationship (hubungan). Sebuah sistem dibatasi oleh area berbetuk persegi yang diberi nama sesuai dengan nama sistem tersebut. Selanjutnya aktor yang berperan


(41)

terhadap sistem berada di luar area tersebut. Aksi atau perilaku yang dapat dilakukan sistem diletakkan dalam sebuah elips. Gambar 15 menyajikan contoh diagram kasus dari sub-sistem analisis finansial pada SIBBioPeS 1.0. (Diagram lengkap terdapat pada Lampiran 1 sampai dengan lampiran 6)

Berdasarkan diagram kasus pada Gambar 15, aktor utama pada SIBBioPeS 1.0 adalah pengguna, administrator, web service dan DBMS (database management system). Administrator merupakan subclass dari pengguna yang dapat bertindak sebagai pengguna tetapi mempunyai aksi tambahan atau khusus yaitu membuka sub-sistem kendali admin. Sedangkan aksi yang dapat dilakukan oleh sistem adalah seperti yang terlihat dalam elips, sebagai contoh adalah memilih database yang akan digunakan, pengaturan tampilan antar muka (customize user interface), dan memilih sub sistem yang ingin digunakan. Selanjutnya aksi yang dipilih pengguna, akan dihubungkan dengan sub-sistem yang bersangkutan.

Notasi <<extends>> menunjukkan bahwa aksi tersebut terdiri atas aksi-aksi yang lain sebagai contoh koneksi database terdiri atas koneksi database online dan database offline, dimana database online akan melibatkan aktor di luar sistem yaitu web services.

Gambar 15. Diagram kasus sub-sistem analisis finansial

Pada sub-sistem analisis finansial, pelaku yang berperan ada dua yaitu pengguna sistem dan DBMS. Aksi (case) yang dapat dilakukan sistem terhadap aktor pengguna tersebut adalah menentukan kelayakan investasi, menghitung kriteria kelayakan, menghitung proyeksi arus kas, proyeksi laba rugi, dan kebutuhan modal. Keterkaitan antar perilaku ditunjukkan dengan relasi <<uses>> yang menunjukkan bahwa suatu perilaku membutuhkan atau menggunakan perilaku yang lainnya. Sebagai contoh, perilaku penentuan kelayakan investasi akan menggunakan perilaku menghitung kriteria investasi (IRR, PBP, NPV dan B/C) dan dalam menjalankan perilaku menghitung kriteria investasi akan membutuhkan perilaku menghitung proyeksi arus kas.


(42)

29 Diagram aktifitas merupakan diagram alir untuk mendeskripsikan aliran kerja atau aktifitas di dalam sistem. Kelebihan diagram aktivitas dibandingkan dengan diagram alir biasa adalah adanya dukungan konkurensi (pelaksanaan aktivitas secara bersama), pengiriman pesan dan swimlane

(pelaku aktivitas). Gambar 16 adalah diagram aktifitas subsistem analisis finansial yang terdapat pada SIBBioPeS 1.0.

Gambar 16. Diagram aktifitas Sub-sistem Analisis Finansial

Diagram aktivitas diawali dengan lingkaran hitam, dan diakhiri dengan lingkaran hitam bertepi putih. Aktivitas digambarkan dengan bentuk persegi panjang bersudut lengkung. Setiap aktivitas dihubungkan dengan anak panah dari awal hingga akhir diagram aktivitas. Sama halnya dengan diagram alir biasa, diagram aktivitas pun memiliki simbol yang sama untuk menggambarkan keputusan. Keputusan digambarkan dengan bentuk diamond, namun deskripsi kondisi yang menyertai keputusan diletakkan di luar simbol tersebut.


(1)

84

Lampiran 19. Nilai Asumsi analisis Finansial

Komponen Nilai Satuan

Umur Proyek 10 Tahun

Lama Pinjaman 10 Tahun

Jenis Pembiayaan Musyarokah -

Nisbah Pembiayaan 50 %

Kapasitas Produksi 6 ton/hari

Harga Jual 2.100 Rp/kg

Biaya Bahan Baku 90 Rp/kg

Upah Tenaga Kerja 1.200.000 Rp/bln

Luas Bangunan 1.000 m2

Luas Tanah 1.500 m2

Harga Tanah 500.000 Rp/m2

Harga Bangunan 100.000 Rp/m2

Harga Mesin Pellet 1.081.618.136 Rp/unit

Kapasitas Mesin 1.000 Kg/jam

Konsumsi Daya Mesin 77 Kw

Perizinan 20.000.000 Rp/set

Harga Truck 242.100.000 Rp/Unit

Kapasitas Truck 10 Ton

Peralatan Kantor 15.000.000 Rp/set

Instalasi Listrik 20.000.000 Rp/set

Harga listrik 916 Rp/Kwh

Komposisi LPS 100 %

Gaji Manager 3.000.000 Rp/bln

Pajak 10 %

Perawatan 5 %

Pemasaran 10 %

Upah Sopir 1.000.000 Rp/bln

Jumlah Truck 3 Unit

Nilai Sisa bangunan 50 %

Discount Factor 18 % per tahun

Harga BBM 4.500 Rp/L

Jarak Tempuh/liter 5 Km/L

Nilai Sisa Mesin 10 %

Tenaga kerja

Posisi Jumlah Upah/bln

Manager 1 3.000.000

Operator mesin 12 1.200.000

Supir 6 1.000.000


(2)

Lampiran 20. Mesin yang digunakan

Jenis Type

Kapasitas

Daya

Harga

Pengecilan Ukuran

Combined Chipper and Hammer mill

FSP 50*60

194.458.960

Chipper

3000 kg/jam

45 Kw

Hammer mill

3000 kg/jam

40 KW

Pengeringan Bahan

Rotary Dryer

GJ 250

1000 Kg/jam

17 Kw

243.439.496

Pencetak Pellet

Flat Die Pellet Mills

ZLP 400

800kg/jam

90kw

503.804.960

Pengemasan

Semi Automated Packaging Machine

-

139.914.720


(3)

86

Lampiran 21. Proyeksi Laba rugi

Komponen Unit

Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Produksi Ton 1350 1440 1620 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 Terjual Ton 945 1080 1296 1620 1710 1710 1710 1710 1710 1710 Penerimaan Rp 1984500000 2268000000 2721600000 3402000000 3591000000 3591000000 3591000000 3591000000 3591000000 3591000000

Total Penerimaan Ton 1984500000 2268000000 2721600000 3402000000 3591000000 3591000000 3591000000 3591000000 3591000000 3591000000 Biaya Variabel 21%

Bahan Baku Ton 6429 6857 7714 8571 8571 8571 8571 8571 8571 8571 Biaya Bahan Baku LPS Rp 578610000 617130000 694260000 771390000 771390000 771390000 771390000 771390000 771390000 771390000

Bahan bahan bakar Ton 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Biaya Bahan Tambahan Rp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Transportasi Rp 17893800 17893800 17893800 17893800 17893800 17893800 17893800 17893800 17893800 17893800

Kelistrikan

Mesin Pellet Unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Rp 169276800 169276800 169276800 169276800 169276800 169276800 169276800 169276800 169276800 169276800 Operasional Rp 10992000 10992000 10992000 10992000 10992000 10992000 10992000 10992000 10992000 10992000 Total Biaya Variabel 776772600 815292600 892422600 969552600 969552600 969552600 969552600 969552600 969552600 969552600

Biaya Tetap

Tenaga Kerja Rp 291000000 291000000 291000000 291000000 291000000 291000000 291000000 291000000 291000000 291000000 Perawatan Rp 101145907 101145907 101145907 101145907 101145907 101145907 101145907 101145907 101145907 101145907 Pemasaran Rp 198450000 226800000 272160000 340200000 359100000 359100000 359100000 359100000 359100000 359100000 Depresiasi Rp 174062631 174062631 174062631 174062631 174062631 174062631 174062631 174062631 174062631 174062631 Pengembalian Pinjaman Rp 241908293 241908293 241908293 241908293 241908293 241908293 241908293 241908293 241908293 Total Biaya Tetap Rp 764658538 1034916831 1080276831 1148316831 1167216831 1167216831 1167216831 1167216831 1167216831 1167216831


(4)

Total Biaya Produksi Rp 1541431138 1850209431 1972699431 2117869431 2136769431 2136769431 2136769431 2136769431 2136769431 2136769431 Biaya Produksi/Ton 1141801 1284868 1217716 1176594 1187094 1187094 1187094 1187094 1187094 1187094 Margin 83,92% 63,44% 72,45% 78,48% 76,90% 76,90% 76,90% 76,90% 76,90% 76,90%

Laba Sblm Bagi Hasil Rp 443068862 417790569 748900569 1284130569 1454230569 1454230569 1454230569 1454230569 1454230569 1454230569 Bagi Hasil Pembiayaan Rp 40372062 43063532 47100739 42614954 35512462 28409969 21307477 14204985 7102492 Laba Sblm Pajak Rp 443068862 377418507 705837037 1237029830 1411615615 1418718107 1425820600 1432923092 1440025584 1447128077 Pajak Rp 81113772 67983701 133667407 239905966 274823123 276243621 277664120 279084618 280505117 281925615 Laba Stlh Pajak Rp 361955090 309434806 572169630 997123864 1136792492 1142474486 1148156480 1153838474 1159520467 1165202462 zakat Rp 9048877 7735870 14304241 24928097 28419812 28561862 28703912 28845962 28988012 29130062 Laba Bersih Rp 352906213 301698936 557865389 972195767 1108372680 1113912624 1119452568 1124992512 1130532455 1136072400


(5)

88

Lampiran 22. Proyeksi Arus kas

Komponen Tahun

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kas Masuk

Penerimaan penjualan 1.984.500.000 2.268.000.000 2.721.600.000 3.402.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 Modal sendiri 2.177.174.633

Sumber Pembiayaan 2.177.174.633

Total Kas Masuk 4.354.349.266 1.984.500.000 2.268.000.000 2.721.600.000 3.402.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000 3.591.000.000

Kas Keluar

Pengeluaran Modal 4.354.349.266

Pengeluaran tunai 1.850.209.431 1.972.699.431 2.117.869.431 2.136.769.431 2.136.769.431 2.136.769.431 2.136.769.431 2.136.769.431 2.136.769.431 Bagi hasil 40.372.062 43.063.532 47.100.739 42.614.954 35.512.462 28.409.969 21.307.477 14.204.985 7.102.492 Pajak 81.113.772 67.983.701 133.667.407 239.905.966 274.823.123 276.243.621 277.664.120 279.084.618 280.505.117 281.925.615 Zakat 9.048.877 7.735.870 14.304.241 24.928.097 28.419.812 28.561.862 28.703.912 28.845.962 28.988.012 29.130.062 Total Kas Keluar 4.354.349.266 90.162.649 1.966.301.064 2.163.734.611 2.429.804.233 2.482.627.320 2.477.087.376 2.471.547.432 2.466.007.488 2.460.467.545 2.454.927.600

Neraca kas 0 1894337351 301698936 557865389 972195767 1108372680 1113912624 1119452568 1124992512 1130532455 1136072400

Neraca Kas Awal 0 -4354349266 -2460011915 -2158312979 -1600447590 -628251823 480120857 1594033481 2713486049 3838478561 4969011016 Neraca Kas Akhir -4354349266 -2460011915 -2158312979 -1600447590 -628251823 480120857 1594033481 2713486049 3838478561 4969011016 6105083416


(6)

Lampiran 23. Perhitungan Kriteria Investasi

Tahun

Arus Kas Bersih

Arus Kas Kumulatif

df

PV

PV kumulatif

0 -4.354.349.266 -4.354.349.266 1

-4.354.349.266

-4.354.349.266

1 1.894.337.351 -2.460.011.915

0,847

1.604.503.736

-2.749.845.530

2 301.698.936

-2.158.312.979

0,718

216.619.836

-2.533.225.694

3 557.865.389

-1.600.447.590

0,609

339.740.022

-2.193.485.672

4 972.195.767

-.628.251.823

0,516

501.653.016 -1.691.832.656

5 1.108.372.680 480.120.857

0,437

484.358.861

-1.207.473.795

6 1.113.912.624 1.594.033.481

0,37

412.147.671

-795.326.124

7 1.119.452.568 2.713.486.049

0,314

351.508.106

-443.818.018

8 1.124.992.512 3.838.478.561

0,266

299.248.008

-144.570.010

9 1.130.532.455 4.969.011.016

0,225

254.369.802

109.799.792

10 1.136.072.400 6.105.083.416

0,191

216.989.828

326.789.620

Kritteria

Finansial

Nilai

PBP

8,57 Tahun

B/C

1,08

IRR

20,02%