perubahan pendapatan UMKM. Rincian pendapatan UMKM agribisnis berdasarkan jarak lokasi usaha dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Rincian Pendapatan UMKM Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit
Berdasarkan Jarak Lokasi Usaha
No Uraian
Nilai Rata-Rata Sebelum Kredit Rp
Nilai Rata-Rata Setelah Kredit Rp
1
1 km-20 km a.
Penerimaan b.
Biaya c.
Pendapatan a-b d.
RC Ratio a:b 254.250.000
70.751.250 183.498.750
3,59 477.250.000
121.550.000 355.700.000
3,92
2
20 km a.
Penerimaan b.
Biaya c.
Pendapatan a-b d.
RC Ratio a:b 49.225.000
29.875.000 19.350.000
1,64 109.125.000
62.585.000 46.540.000
1,74
3
a. Total Penerimaan
b. Total Biaya
c. Total Pendapatan a-b
d. RC Ratio Total a:b
303.475.000 100.626.250
202.848.750 3,01
586.375.000 184.135.000
402.240.000 3,18
Sumber : Data Primer Diolah
Nilai RC Ratio UMKM berdasarkan jarak lokasi usaha pada Tabel 28 menjelaskan bahwa masing-masing jarak tersebut layak diberikan bantuan kredit.
Hal ini dikarenakan nilai RC Ratio meningkat antara sebelum kredit dan setelah kredit, yaitu dari 3,01 menjadi 3,18. RC Ratio untuk usaha yang berjarak kurang
dari 1 km hingga 20 km bernilai 3,59 sebelum kredit dan meningkat menjadi 3,92 setelah kredit. Sedangkan untuk UMKM yang berjarak lebih dari 20 km RC ratio
sebelum kredit 1,64 mengalami peningkatan menjadi 1,74 setelah menerima kredit dari Kospin Jasa.
6.7. Pendapatan UMKM Agribisnis Berdasarkan Skala Usaha
UMKM agribisnis yang menjadi Kospin Jasa dikelompokkan menjadi tiga skala usaha, yaitu mikro dengan jumlah kekayaan bersih tidak lebih dari Rp
50.000.000, usaha kecil dengan jumlah kekayaan dari Rp 50 juta-Rp 500 juta, dan usaha menengah dengan jumlah kekayaan antara Rp 500 juta-Rp 10 miliar.
UMKM agribisnis anggota Kospin Jasa dengan tiga kelompok skala usaha ini juga dihitung penerimaannya. Rincian penerimaan dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Rincian Penerimaan UMKM Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit
Berdasarkan Skala Usaha Usaha
No Skala Usaha
Penerimaan Rata- Rata Sebelum
Kredit Rp Penerimaan Rata-
Rata Sesudah Kredit Rp
Perbedaan Penerimaan Rp
1 Mikro
21.900.000 36.500.000
+ 14.600.000 2
Kecil 110.862.500
234.562.500 + 123.700.000
3 Menengah
1.200.000.000 2.000.000.000
+ 800.000.000
Total Penerimaan 1.332.762.500
2.271.062.500 + 938.300.000
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa UMKM agribisnis dengan skala usaha menegah penerimaannya meningkat paling banyak, yaitu sebesar Rp
800.000.000, disusul oleh usaha kecil sebesar Rp 123.700.000, dan terakhir usaha mikro sebesar Rp 14.600.000. Perubahan juga terjadi pada biaya yang harus
dikeluarkan UMKM. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30.
Rincian Biaya yang Harus Dikeluarkan UMKM Sebelum dan Sesudah
Menerima Kredit Berdasarkan Skala Usaha
No Skala Usaha
Biaya Rata-Rata Sebelum Kredit
Rp Biaya Rata-Rata
Sesudah Kredit Rp
Perbedaan Biaya Rp
1 Mikro
7.200.000 9.840.000
+ 2.640.000 2
Kecil 69.138.750
120.405.000 + 51.266.250
3 Menengah
70.000.000 95.000.000
+ 25.000.000
Total Biaya 146.338.750
225.245.000 + 78.906.250
Sumber : Data Primer Diolah
Peningkatan penerimaan pada UMKM agribisnis berdasarkan skala usaha juga diikuti oleh peningkatan biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 30, dimana untuk usaha mikro biaya meningkat sebesar Rp 2.640.000, usaha kecil meningkat sebesar Rp 51.266.250, dan usaha menengah meningkat
sebesar Rp 25.000.000. Pendapatan UMKM agribisis berdasarkan skala usaha juga meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Rincian Pendapatan UMKM Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit
Berdasarkan Skala Usaha
No Uraian
Nilai Rata-Rata Sebelum Kredit Rp
Nilai Rata-Rata Setelah Kredit Rp
1 Mikro
a. Penerimaan
b. Biaya
c. Pendapatan a-b
d. RC Ratio a:b
21.900.000 7.200.000
14.700.000 3,04
36.500.000 9.840.000
26.660.000 3,70
2 Kecil
a. Penerimaan
b. Biaya
c. Pendapatan a-b
d. RC Ratio a:b
110.862.500 69.138.750
41.723.750 1,60
234.562.500 120.405.000
114.157.500 1,94
3 Menengah
a. Penerimaan
b. Biaya
c. Pendapatan a-b
d. RC Ratio a:b
1.200.000.000 70.000.000
1.130.000.000 17,14
2.000.000.000 95.000.000
1.905.000.000 21,05
4 a.
Total Penerimaan b.
Total Biaya c.
Total Pendapatan a-b d.
RC Ratio Total a:b 1.332.762.500
146.338.750 1.186.423.750
9,1 2.271.062.500
225.245.000 2.045.817.500
10,08 Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 31 menjelaskan bahwa skala usaha UMKM kelas menengah mempunyai nilai RC Ratio yang tinggi, dari 17,14 sebelum kredit menjadi 21,05
setelah kredit. Peningkatan RC Ratio juga terjadi pada skala usaha mikro dan kecil. Nilai RC Ratio skala usaha mikro meningkat dari 3,04 sebelum kredit
menjadi 3,70 setelah kredit. Sedangkan skala usaha kecil meningkat dari sebelum kredit sebesar 1,60 mejadi 1,94 setelah kredit. Secara keseluruhan, nilai RC Ratio
UMKM berdasarkan skala usaha meningkat dari 9,1 sebelum kredit menjadi 10,08 setelah kredit. Artinya, skala usaha mikro, kecil, dan menengah sangat layak
untuk diberikan bantuan kredit. Secara keseluruhan perubahan RC Ratio masing- masing karakteristik dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Perubahan RC Ratio Masing-Masing Karakteristik
No Karakteristik
RC Ratio Sebelum Kredit
RC Ratio Setelah Kredit
Persentase Perubahan
1 Jenis Usaha
Budidaya Pengolahan
Retail 2,14
1,51 1,28
1,97 1,91
1,42 - 4,1
+ 11,6 + 5,1
2 Usia
20 tahun - 40 tahun 40 tahun
1,69 5,07
2,05 5,3
+ 9,6 + 2,2
3 Pendidikan Terakhir
SMU Sederajat D3
1,58 4,09
1,81 4,50
+ 6,7 + 4,7
4 Lama Usaha Dijalankan
1 tahun – 2 tahun
2 tahun 1,62
3,95 2,06
3,99 + 11,9
+ 0,5 5
Jenis Agunan Sertifikat
BPKB 6,76
3,35 8,27
3,66 + 10
+ 4,4 6
Jarak Lokasi
Usaha dengan Kospin Jasa
1 km – 20 km
20 km 3,59
1,64 3,92
1,74 + 4,3
+ 2,9 7
Skala Usaha Mikro
Kecil Menengah
3,04 1,60
17,14 3,70
1,94 21,05
+ 9,7 + 9,6
+ 10,2 Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 32 menjelaskan bahwa masing-masing karakteristik responden memiliki nilai RC ratio yang baik, karena nilainya lebih dari 1. RC Ratio
Budidaya menurun sebesar 4,1 persen, akan tetapi jika dibandingkan dengan skala usahanya, RC rationya meningkat sebesar 9,7 persen untuk budidaya yang
berskala usaha mikro dan 9,6 persen untuk jenis usaha budidaya yang berskala usaha kecil. Nilai RC ratio yang berbeda nyata juga ditunjukkan pada lama usaha
yang dijalankan. Lama usaha yang dijalankan lebih dari 2 tahun RC rationya hanya meningkat sebesar 0,5 persen, akan tetapi jenis usaha pengolahan yang juga
terdapat usaha yang dijalankannya lebih dari 2 tahun nilai RC rationya meningkat sebesar 11,6 persen dan RC ratio lama usaha dijalankan lebih dari 2 tahun dengan
skala usaha menengah juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 10,2 persen. Nilai RC ratio yang sedikit mengalami peningkatan juga
terjadi pada anggota yang berusia di atas 40 tahun, yaitu sebesar 2,2 persen. Akan tetapi, usia anggota yang di atas 40 tahun lebih banyak menggunakan sertifikat
sebagai jenis agunannya, sedangkan jenis agunan sertifikat nilai RC rationya meningkat cukup besar, yaitu 10 persen dari 6,76 menjadi 8,27.
Secara keseluruhan, jenis usaha pengolahan dengan peningkatan RC ratio paling tinggi diantara jenis usaha budidaya dan retail, yaitu meningkat
sebesar 11,6 persen juga memiliki sebaran RC ratio yang merata dilihat dari karakteristik lainnya. Jenis usaha pengolahan dengan tingkat usia 20 tahun-40
tahun mengalami peningkatan RC ratio sebesar 9,6 persen. Jenis usaha pengolahan dengan lama usaha dijalankan 1 tahun
–2 tahun mengalami peningkatan RC ratio sebesar 11,9 persen. Usaha pengolahan yang menggunakan
sertifikat sebagai agunannya mengalami peningkatan RC ratio sebesar 10 persen dan dengan skala usaha kecil dan menengah mengalami peningkatan RC ratio
masing-masing sebesar 9,6 persen dan 10,2 persen. Artinya, jenis usaha pengolahan merupakan jenis usaha yang dimiliki anggota koperasi yang paling
produktif dalam memanfaatkan kredit yang diberikan, sehingga jenis usaha pengolahan diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan
kredit secara efektif kepada jenis usaha budidaya dan retail, agar peningkatan pendapatan dan peningkatan RC ratio dapat merata antar tiap anggota. Sehingga
tiap-tiap UMKM agribisnis anggota Kospin Jasa ini dapat mengembangkan usahanya dan merasakan manfaat kredit secara efektif.
Nilai RC ratio tiap-tiap karakteristik menjelaskan bahwa semua UMKM agribisnis yang menjadi anggota Kospin Jasa layak untuk diberikan bantuan
kredit, karena nilai RC ratio yang lebih dari 1. Perbedaan nilai RC ratio yang terjadi disebabkan sebaran responden yang tidak merata untuk masing-masing
karakteristik. Akan tetapi, untuk pemerataan pendapatan dan nilai RC ratio masing-masing UMKM, Kospin Jasa hendaknya melakukan peningkatan
pelatihan bagi masing-masing anggota agar mampu memanfaatkan kredit secara tepat.
Selama ini, Kospin Jasa telah melakukan berbagai pelatihan dan pembinaan kepada anggotanya, seperti kegiatan tabungan safari yang mengajak
anggotanya berekreasi bersama untuk memperlancar komunikasi para pengurus dan anggotanya, sehingga informasi mengenai pemanfaatan kredit dapat diketahui
oleh semua anggotanya. Selain itu, pembinaan anggota Kospin Jasa juga
dilakukan dengan penerbitan Majalah Masa yang ditangani langsung oleh manajemen koperasi. Majalah Masa ini diharapkan mampu menjadi sarana
komunikasi dan informasi bagi anggota Kospin Jasa, sehingga wawasan anggota dalam pemanfaatan kredit dan peningkatan usahanya dapat meningkat.
6.8. Pengembangan UMKM Agribisnis Anggota Kospin Jasa