Exploratory and Manipulative Play

37 dengan bonekanya seolah-olah sebagai ibu dan anaknya, atau anak laki-laki bermain dengan mobil-mobilannya yang memerankan sebagai sopir, kondektur, penumpang, sekaligus kernet bus. Turner dan Helms dalam Tedjasaputra 2001:33-36 memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisai anak, memberi kesempatan kepada anak untuk saling mengenal, dan belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Secara garis besar mereka membedakan kegiatan bermain menjadi 3 kategori yaitu: 1. Exploratory and Manipulative Play 2. Destruktive Play

3. Imaginative atau Make-believe Play

1. Exploratory and Manipulative Play

Kegiatan bermain menjelajah dan manipulasi sudah dapat diamati semenjak masa bayi. Anak merasa senang dengan menyadar akan kemampuannya melalui penjelajahan yang dimulai dari dirinya sendiri seiring dengan perkembangannya anakpun akan menjelajahi lingkungan di sekitar yang semakin meluas. Anak merasa senang dengan kegiatan bermain ini mulai dari bermain dengan mulutnya, menghisap jempol kakinya atau jari tangannya sampai dengan mampu berpindah tempat baik dengan merayap, merangkak, berjalan maupun berlari. Kegiatan ini sering dilakukan anak dengan senangnya hal ini akan mempercepat tumbuhny kesadaran dirinya serta pembentukan konsep diri anak. Anak menyadari bahwa jari jemari, tangan, kaki, adalah bagian dari dirinya dan mampu menggunakannya. Seiring dengan peningkatan perkembangan kecerdasan dan kemampuan motorik anak maka selama penjelajahan terhadap diinya dan lingkungannya, anak pun melakukan manipulasi. Anak semakin senang untuk bermain dan semakin tertarik untuk merasakan berbagai benda dengan kemampuan motorikya, misalkan 38 dengan meraba, menggenggam, menghisap, menendang dan sebagainya anak merasakan halus kasarnya benda, mungkin berat ringannya, atau lunak kasarnya benda dapat dikenali atau dirasakan. Melalu bermain ini juga memberi pengalaman pada anak mengenai warna, bentuk, ukuran, suhu, suarabunyi, dan sebagainya. Selain itu juga memperoleh pengalaman tentang peristiwa hubungan sebab-akibat, contoh sewaktu anak tergeletak dalam tempat tidur yang di atasnya tergantung mainan secara tak sengaja anak tersebut menggerakkan tangan dan kakinya dan menyentuh mainan tersebut yang berakibat bergoyang dan berbunyi, aktivitas ini selalu diulang-ulang karena senang dan lama kelamaan mengetahui konsep sebab-akibat. Peningkatan kemampuan motorik anak semakin membantu anak untuk bermain menjelajahi lingkungan yang semakin jauh dan luas serta bervariasi. Anak merasa tertantang untuk mengetahui atau melakukan kegiatan bermain dalam rangka memenuhi kebutuhan keingintahuannya sehingga selalu mengamati ap saj yang menarik perhatiannya. Penjelajahan ini juga membantu sikap mandiri anak sebab suatu saat anak dalam rangka penjelajahan berada jauh dari orang tuanya.

2. Destruktive Play