18
bagaimana memecahkan suatu masalah dengan menekankan bahwa suatu masalah tersebut terasa nyata.
2.1.5.2 Karakteristik PMRI
Treffers dalam Wijaya, 2012: 27 merumuskan lima karakteristik pendidikan matematika realistik, yaitu:
1. Penggunaan Konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa permasalahan di
dunia nyata namun bias dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bias dibayangkan dalam
pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks siswa dapat dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.hasil eksplorasi
ini tidak menemukan hasil akhir dari permasalahn, tetapi untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bias
digunakan. Manfaat lainnya adalah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika Kaiser dalam De Lange,
1987. 2.
Penggunaan model untuk matematisasi progresif Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan bridge dari pengetahuan
dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal. Model tidak merujuk pada alat peraga, tetapi merupakan alat
“vertikal” dalam matematika yang tidak bias dilepaskan dari proses
19
matematisasi yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Model tersebut ada dua yaitu model of dan model for.
3. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Freudenthal mengungkapkan bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap pakai tetapi sebagai suatu konsep
yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siwa ditempatkan sebagai subjek. Siswa memiliki kebebasan untuk
mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi dan digunakan sebagai landasan
pengembangan konsep matematika. Pemanfaatan hasil kontruksi siswa juga dapat membantu siswa memahami konsep matematika saja tetapi
sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa. 4.
Interktivitas Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan
juga secara bersamaan merupakan suatu proses sosial. Jika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka, maka belajar akan
menjadi lebih singkat dan bermakna. Selain itu, kemampuan afektif dan kognitif siswa akan lebih berkembang secara simultan.
5. Keterkaitan
Konsep-konsep dalam matematika tidak bersifat tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Maka
konsep matematika tersebut tidak dikenalkan secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan matematika realistik menempatkan keterkaitan
20
dalam proses matematika. Melalui keterkaitan ini, satu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu
konsep matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan walau ada konsep yang
dominan. Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik
Pendidikan Matematika Realistik PMRI adalah penggunaan konteks, penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil
kontruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan.
2.1.6 Buku Ajar