10. Progress
Elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang ditunggu masyarakat. Kesudahan invasi AS ke Irak misalnya, tetap ditunggu
masyarakat. Bagaiaman masyarakat Irak seusai perang tersebut membangun pemerintahannya adalah elemen berita yang ditunggu masyarakat. Bagaimana
upaya negara-negara yang terkena wabah SARS, pemberitaanna masih diminati masyarakat. Santana, 2005:18-20
2.1.4 Analisis Framing
Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita story telling
media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil
akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing ini adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media merekonstruksi realitas. Analisis framing juga
dipakai untuk bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Tiap hari bisa disaksikan dan dibaca bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh
media. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagaimana realitas peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses
konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertetnu atau wawancara
dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari
teknik jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Eriyanto, 2002:3
Frame pada awalnya dimaknai sebagai konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik kebijakan, dan wawancara yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974 yang mengandalkan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku strips of
behaviour yang membimbing individu dalam membaca realitas Sobur,
2001:162. Realitas itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan, sehingga berbagai hal yang terjadi seperti faktor dan orang didistribusikan menjadi
peristiwa yang kemudian disajikan untuk khalayak. Menurut pandangan G.J. Aditjondro framing adalah sebagai metode
penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan
terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.
Sudibyo dalam Sobur, 2001:165 Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah
cara-cara ideologi media saat mekonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar menjadi
lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya, dengan kata lain,
framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menetukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Nugroho, Eriyanto, Surdiasis dalam Sobur, 2001:162
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksi. Paradigma ini memandang realitas
kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan
cara apa konstruksi itu dibentuk. Ada dua karateristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama, pendekatan kostruksionis menekankan pada politik
pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah sesuatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan
dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana
pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa pesan bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima
pesa.Eriyanto, 2002:40 Dalam ranah studi komunikasi analisis framing mewakli tradisi yang
mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau akyivitas komunikasi yang ada. Perspektif komunikasi framing dipakai untuk
mebedakan cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Karena itu konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan
bagaimana menonjolkan aspek dari isu atau realitas tersebut dalam berita.
Disini framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu tersebut mendapatkan alokasi yang besar dari pada
isu-su yang lain. Framing ini pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di
hadapan pembaca. Melalui framing inilah dapat ditentukan bagaimana realitas itu harus dilihat, dianalisis dan diklasifikasikan dalam kategori tertentu. Dalam
hubungannya dengan penelitian berita, framing dapat mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menhasilkan berita yang secara radikal berbeda
apabila wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan menuliskan pandangannya dalam berita, karena asumsi dasar dari
framing adalah bahwa individu wartawan selalu menyertakan pengalaman hidup, pengalaman sosial, dan kecenderungan psikologinya ketika menafsirkan
pesan datang kepadanya. Melalui analisis framing akan dapat diketahu siapa mengendalikan
siapa, iuntungkan dan siapa dirugkan, sipa menindas dan siapa tertindas. Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mungkin di peroleh karena analisis
framing merupakan suatu seni-kreativitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu. Eriyanto,
2002:vi.
2.1.5 Konsep Framing Gamson dan Modigliani