3.6 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis framing. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan
pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk mrnggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.
Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan institusi sosial, dalam hal ini media
khususnya wartawan sebagai anggota atau bagian dari institusi media, ketika melakukan praktik penyeleksian isu dan menulis berita. Fakta mana ayng akan
ditonjolkan atau dihilangkan, serta hendak dibawa ke arah mana berita tersebut. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan mendominasi keberadaan
subjek sebagai suatu legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tidak terelakkan. Sobur, 2002 : 162.
Metode analisis framing yang dipakai pada penelitian ini adalah model framing Gamson dan Modigliani, yaitu melihat bagaimana cara suatu media
bercerita story line yang berkesinambungan saat mengkonstruksi dan memaknai suatu isu, yang digambarkan oleh media sebagai suatu frame dari sebuah ide atau
gagasan utama core frame. Berita-berita mengenai sel mewah Artalyta di Rutan Pondok Bambu yang
dimuat Jawa Pos dan Kompas sebagai gagasan utama, kemudian dianalisis berdasarkan perangkat framing dari Gamson dan Modigliani dengan melalui
langkah-langkah analisis framing.
3.7 Langkah-langkah Analisis Framing
Dengan menggunakan perangkat framing pada model Gamson dan Modigliani, peneliti hendak menguraikan langkah-langkah yang digunakan untuk
penelitian ini. Berita-berita dalam surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas yang memuat berita sel mewah Artalyta di Rutan Pondok Bambu ini akan dianalisis
dengan mengikuti langkah-langkah dari perangkat framing Gamson dan Modigliani yang diuraikan sebagai berikut :
Pertama, menentukan frame dari gagasan utama core frame, isu yang
diajukan sebagai sentral penelitian, yaitu berita yang memaparkan tentang sel mewah Artalyta di Rutan Pondok Bambu dari masing-masing media yang diteliti,
yaitu surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas.
Kedua, yaitu dengan melihat simbol-simbol yang ditampilkan oleh kedua
media, mengenai ide sentral yang terbentuk. Kemudian simbol-simbol tersebut diidentifikasikan menggunakan perangkat framing dari Gamson dan Modigliani,
yang terdiri dari : framing devices yaitu dengan melihat methapors, catchprases, exemplars, depictions dan visual images, juga diperkuat dengan perangkat
penalaran reasoning devices yang meliputi roots, appeals to principle dan consequences.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Jawa Pos dan Kompas 4.1.1 Sejarah Perkembangan Jawa Pos
Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada 1 juli 1949 oleh suatu perusahaan yang bernama PT Jawa Pos Ltd yang bertempat di jalan kembang
jepun 166-169. Perusahaan ini didirikan oleh WNI keturunan kelahiran bangka yang bernama The Cung Ser alias Soesno Tedjo pada tanggal 1 juli 1949. Soesno
Tedjo merupakan perintis berdirinya Jawa Pos ini. Pada awalnya Soesno Tedjo ini bekerja di kantor film Surabaya. Pada mulanya dia bertugas menghubungi surat
kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar. Awal inilah soesono Tedjo mengetahui banyak tentang seluk beluk surat kabar. Dari pengalaman inilah ia kemudian
mendirikan surat kabar bernama Java Post pada tanggal 1 juli 1949. Harian Java Post saat itu dikenal sebagai harian melayu Tionghoa, perusahaan penerbitnya
waktu itu PT. Java Post Concern Ltd yang bertempat di jalan Kembang Jepun. Pemimpin redaksinya adalaah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-
orang republik yang tak pernah goyah. Pada saat The Cung Sen dikenal sebagai Raja Koran karena memiliki tiga
buah surat kabar yang diterbitkan dalam tiga bahasa yang berbeda. Surat kabar yang pertama berbahasa indonesia bernama Java Post, yang kedua berbahasa
Tiong hoa bernama Huang Chiau Wan, sedangkan yang ketiga berbahasa Belanda adalah De Vrije Pers.