Kompas telah menjadi surat kabar terbesar di Indonesia saat ini dengan berkembangnya teknologi cetak jarak jauh harian ini dapat diterima pagi oleh
pembacanya di daerah. Berkembangnya media baru yaitu internet. Kompas juga tidak ketinggalan ikut menyajikan media online yang dikenal dengan
www.kompas.com, Kompas cyber media, rata-rata dikunjungi 100.000 orang. Akurasi dan aktualisasi berita yang disajikan oleh harian ini telah berhasil menarik
pembaca kalang menengah ke atas dengan pembaca terbanyak adalah mahasiswa, ibu rumah tangga, para politisi, ilmuwan dan pengusahan.
4.1.2.1. Sebaran dan Profil Pembaca Kompas
Jumlah oplah yang diantaranya menunjukkan kepercayaan masyarakat pembacam sejak harian terbit menunjukkan peningkatan signifikan. Berdasarkan
hasil audit independent Prasetyo Utomo Co. Jakarta dan perhitungan yang tertera pada publikasi Audit Bureau of Circulation ABC di Sidney Australia,
Kompas mengawali oplah rata-rata sebesar 7-39 eksemplar setiap hari. Dalam kurun waktu lima tahun kemudian 1970, melaonjak sepuluh kali lipat, mencapai
angka 77.390 eksemplar. Masa selanjutnya justru terjadi peningkatann oplah spektakuler, sampai mencapai angka diatas 600.000 eksemplar setiap hari.
Predikat sebagai harian nasional, Kompas tersebar di seluruh propinsi Indonesia. Melihat proporsi sebaran, DKI Jakarta beserta kawasan Bogor,
Tangerang dan Bekasi menduduki peringkat tertinggi, mencapai 63. Bagaimana dengan jumlah pembaca? Merujuk hasil survey lembaga riset AC Nielson 1999
dari perkiraan 2.762.223 anggota populasi dikawasan Jabotabek, Bandung, Semarang, Medan, Palembang dan Makassar tercatat 2.270.000 orang pembaca
harian ini. Berdasarkan paparan sepintas diatas, dapat disimpulkan harian ini berada pada jajaran terdepan dalam jumlah pembaca, oplah dan sebaran median
cetak sejenis. Selain persoalan oplah dan sebaran pembaca yang juga tak kalah menarik
adalah siapa dan berasal dari kalangan manakah pembaca Kompas? Berbagai survey yang dilakulkan lembaga riset independent maupun lembaga riset intern.
Berikut ini adalah data litbang Kompas 1998 tentang pendidikan pembaca Kompas:
- Lulus SD : 0,7
- Lulus SLTP : 2,49
- Lulus SLTA : 2,49
- Akademi D1D2 : 2,49 - Sarjana Muda
: 8,20 - Sarjana S1
: 45,64 - Sarjana S2S3
: 7.50 Dari data tingkat pendidikan yang ada diatas membuktikan bahwa
sebagian besar pembaca adalah kalangan masyarakay dikelompokkan dalam kelas social ekonomi menengah keatas. Kesimpulan itu antara lain terlihat dari tingkat
kemmpuan ekonomi rumah tangga dan jenjang pendidikan pembaca. Sedangkan dari segi penghasilan pembaca Kompas berdasarkan data AC Nielson Media
Index, 1999 adalah sebagai berikut: - Rp. 1.500.00
: 33,2 - Rp. 1.000.000 – 1.500.000
: 20,9
- Rp. 700.000 – 1.000.000 : 16,7
- Rp. 500.000 – 700.000 : 16,3
- Rp. 350.000 – 500.000 : 6,7
- Rp. 250.000 – 350.000 : 5,1
- Rp. 250.000 : 1,1
Sedangkan dari segi pengeluatan pembaca Kompas pada tahun 1999 berdasarkan data AC Nielson Media Index, 1999 adalah:
- Rp. 1.500.00 : 14,1
- Rp. 1.000.000 – 1.500.000 : 15,8
- Rp. 700.000 – 1.000.000 : 22,8
- Rp. 500.000 – 700.000 : 23,83
- Rp. 350.000 – 500.000 : 12,3
- Rp. 250.000 – 350.000 : 7,4
- Rp. 250.000 : 3,8
Dari data-data diatas membutikan bahwa sebagian besar pembaca kompas adalah kalangan masyarakat yang dikelompokkan dalam kelas social ekonomi
menengah keatas. Kesimpulan itu antara lain terlihat dari tingkat kemampuan ekonomi dan jenjang pendidikan pembaca. Dari sisi penghasilan, misalnya riset
AC Nielson 1999 menyatakan, proporsi terbesar 33,23 responden pembaca berpenghasilan diatas Rp. 1,5 juta per bulan. Sementara dari sisi pengeluaran,
lebih dari separuh responden pembaca memiliki pengeluaran minimal Rp. 700.00 per bulan.
Dari sisi pendidikan, hasil beberapa angket pembaca yang dilakukan Kompas menempatkan kalangan berpendidikan tinggi sebagai basis pembaca.
Sekitar 46 pembaca mamiliki latar belakang pendidikan Sarjana S1 dan 7,5 reponden pembaca tamatan pasca sarjana. Berdasarkan gambaran ini, harian ini
memang lekat pada kalangan menengah Indonesia, Kelompok masyarakat yang selama ini identik sebagai agen perubahan dan ujung tombak demokratisasi
bangsa. Pada tahun 1993, PT. Cisi Raya Utama pernah mengkalkulasi PT. Kompas
Media Nusantara, penerbit harian Kompas telah mencapai angka RP 240 miliar, laba bersih Rp. 30 miliar. Semengtara asetnya deperkirakan sekitar Rp. 150 miliar
– 160 miliar. Tahun 1994, lembaga riset ini memperkirakan kenaikan pendapatan Kompas rata-rata 10-11.
Saat ini tak kurang terdapat delapan divisi yang membawahi unit-unit usaha di bawah kelompok Kompas Gramedia KKG, meliputi pers daerah, surat
kabar, majalah, perdagangan, percetakan, property, penerbitan dan divisi lembaga keuangan. Kepesatan laju perkembangan Kompas dalam bisnis media ini tidak
lepas dari kepiawaian pak Ojong dan Jacob Oetama dalam memimpin hingga menjadikan Komaps sebahai Koran terbesar, baik dari segi oplah maupun
pemasukan iklan. Khusus bisnis medianya, kelompok Kompas komplit merambah beerbagai
peluang yang menjadikannya sebagai sebuah konglomerasi, disamping harian Bola, Otomotif, Hopla, Pramuka, dan Info Komputer serta majalah Hai, Jakarta
Jakarta, Tiara, Intisari, Kontan, harian Bernas Yogyakarta, Sriwijaya Pos,
Serambi Indonesia Aceh, Harian Pos Malukum Tifa Jayapura, majalah Kawanku, Bobo, Angkasa, Fotomedia, Nikita, Senior.
Tantangan bagi Kompas terbentang jelas. Masyarakat dan khyalayak pembaca memerlukan informasi yang menarik, sekaligus berarti dan bermakna.
Ikut membantu menjelaskan duduk perkara.. bukan sekedar kumpulan berita, kejadian, maupun persoalan. Tetapi lebih kepada menyajikan informasi tentang
kejadian dan masalah, sehingga jelas arah dan maknanya. Cakrawala kehidupan khalayak luas, semakin kaya dan bevariasi ke dalam
dan semakin kaya serta beragam keluhan. Orang suka membaca yang menarik yang memperkaya kehidupan, yang menggetarkan rasa kemanusiaan dan rasa
setia kawan. Orang suka membaca yang menarik, menarik huruf dan grafiknya, menarik fotonya, menarik raut wajahnya. Tata wajah Koran seluruh dunia
berubah. Tujuan pembaharuan tata wajah ialah, memperkuat ekspresi jati diri surat kabar itu sendiri. Kompas juga mencoba melakukan secara bijak sesuai
dengan masukan keterlibatan khyalayak pembaca.
4.1.2.2. Kebijakan Redaksional.