Berikut adalah penjelasan dari gambar diatas: 1.
Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karateristik pekerja komunikasi, latar belkang personal dan profesional.
2. Pengaruh rutinitas media, apa yang dihasilkan oleh media massa
dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk tenggat waktu deadline dan rintangtan waktu
yang lain, keterbatasan tempat space, kepercayaan reporter pada sumber- sumber resmi dalam berita yang dihasilkan
3. Pengaruh organisasional, salah satu tujuan yang penting dari media adalah
mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan media akan berpengaruh pada isi yang diberitakan.
4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pseudoevent dari kelompok
kepentingan terhadap isis media. Pseudoevent dari praktisi public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.
5. pengaruh ideologi, ideologi merupakan pengaruh yang paling menyeluruh
dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang memeprsatukan di
dalam masyarakat. Sobur, 2004:138-139
2.2 Kerangka Berfikir
Artalyta sebagai suruhan dari Syamsul Nursalim untuk menyuap Ketua tim penyidik kejaksaan dalam Kasus Bank BDNI, tidak licin dalam menjalankan
kerjanya karena dapat dicium rencana buruknya oleh KPK, sehingga
tertangkaplah Artalyta dan Jaksa Urip dengan bukti uang suap yang berjumlah USD660.000. karena kasus tersebut Artalyta dikenai kurungan selama 5 tahun dan
denda 250 juta. Setelah berjalannya waktu Artalyta mulai dilupakan oleh masyarakat dan ditutup oleh beberapa kasus besar yang menutupi berita tentang
Artalyta, masyarakat diingatkan kembali oleh Ratu suap ini karena adanya penemuan Sel mewah di Rutan tempat Artalyta menjalani hukuman.
Ditemukannya sel mewah Artalyta oleh Satgas Anti Mafia Hukum Di Rutan Pondok Bambu Jakarta merupakan kasus yang sangat menggelitik masyarakat
karena kasus ini membuktikan kebobrokan hukum di negara Indonesia. Fasilitas yang diberikan setara dengan kamar hotel berbintang seperti adanya televise, AC,
spring bed, baby wolker dan barang-barang yang setara dengan hotel berbintang. Sangat mencolok perbedaan yang terjadi dengan para tahanan yang lain, seperti
fasilitas yang diberikan. Setelah ditemukannya kasus ini pemerintah tidak tinggal diam dalam menghadapi kasus ini. Pemerintah mencopot Karutan Pondok Bambu
Sarju Wibowo dan digantikan oleh Catur Budi Patayatin dan untuk Artalyta ruangan sel mewahnya di kembalikan kepada fungsi semula serta memindah
Artalyta ke Lapas Tangerang dengan tidak ada fasilitas mewah seperti dia ada di Rutan Pondok Bambu.
Peristiwa tersebut mendapatkan perhatian oleh media dalam berbagai sudut pandang diantaranya media kompas dan Jawa Pos dimana pada kedua media
ini terdapat perbedaan dalam menuliskan, mengisahkan dan menceritakan tentang peristiwa ini. perbedaan ini tidak lepas dari ideologi yang telah di bangun di
masing-masing media, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui frame yang
dilakukan oleh masing-masing media dengan mengambil jenis penelitian analisis framing.
Di bawah ini adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini :
Gambar 2.2. Kerangka berpikir
Berita ditemukannya sel mewah Artalyta
Di Rutan Pondok Bambu Jakarta
Pembingkaian di surat kabar
harian Jawa Pos dan Kompas
Analisis framing William A.
Gamson dan Modigliani
Hasil pembingkaian
Frame Central organizing idea for making senses of relevants events, suggesting, what is at issues
Framing Devices Reasoning Devices
perangkat framing : perangkat penalaran :
1. Methapors 1. Roots
2. Catchphrases 2. Appeals to Principle
3. Exemplaar 3. Concequences
4. Depiction 5. Visual Images
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penlitian
Metode penelitian yang dipakai ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk
mengetahui bagaimana realitas peristiwa,aktor,kelompok, dan lainsebagainya dikontruksi oleh media dengan cara tekhnik apa peristiwa ditekankan dan
ditonjolkan. Apakah dalam berita ittu ada bagian yang dihilangkan, tepat atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan semua elemen tersebut tidak hanya
bagian dari teknisi jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan Eriyanto,2005:3
Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana cara media membingkai atau mengkontruksi berita-berita mengenai “sel mewah Artalyta di Rutan Pondok
Bambu” Media yang digunakan oleh peneliti untuk mengkontruksi berita ini terambil dari Jawa Pos dan Kompas.
3.1.1 Definisi Operasional
Berita yang di telit oleh peneliti dalam medi Jawa Pos dan Kompas menggunakan analisiss teks media, frame utama yang mengandung simbol-simbol
dalam pesannya, diuraikan dengan menggunakan perangkat framing metaphors, exepmplars, catchphrases, depitcion, visual image
dan berangkat penalaran root, appleals to principles, consequences
.