Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ikan patin merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis dan merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling banyak dibudidayakan petani baik dalam budidaya pembenihan, pembesaran dikolam pekarangan, maupun dilahan marjinal lahan yang tidak memiliki sumber daya air terus menerustanpa irigasi.Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat dan gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolestrolnya rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak. Ikan ini dapat memakan hewan-hewan yang hidup atau mati, sisa tumbuhan yang mati dan limbah rumah tangga Kordi, 2005. Ketersediaan pakan yang efektif, efisien, ramah lingkungan dan dengan harga yang terjangkau perlu diperhatikan.Hal ini disebabkan peranan pakan cukup besar baik dilihat sebagai penentu pertumbuhan maupun dilihat dari sisi biaya.Pakan mempengaruhi aspek biologis seperti kehidupan, pertumbuhan dan reproduksi ikan yang dipelihara.Pada budidaya ikan biaya produksi terbesar 40 - 60 adalah biaya untuk pengadaan pakan. Pembudidaya mengharapkan dapat memperoleh pakan yang relatif murah 2 sesuai dengan kemampuan daya belinya Winarno, 1980. Menurut Mudjiman 1992 bahwa ikan patin dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan nutrisi seimbang.Untuk mencapai hal ini perlu diusahakan alternatif sumber bahan pakan buatan yang murah tetapi memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan mudah diperoleh.Salah satunya dengan menggunakan limbah hasil olahan makanan yang masih dapat dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan pakan ikan, salah satunya ialah onggok singkong. Onggok singkong adalah limbah padat berupa ampas dari pengolahan singkong menjadi tapioka.Menurut Amri 2006, bahwa dari proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah sekitar 23 bagian atau sekitar 75 dari bahan mentahnya. Di Indonesia dihasilkan kurang lebih 1,2 juta ton per tahun. Tepung onggok singkong ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk campuran pakan ternak ruminansia, sehingga sampai sekarang belum ada pemanfaatan lain untuk penggunaan tepung onggok singkong menjadi pakan ikan. Tepung onggok singkong banyak di jual di toko-toko seperti toko penjual bahan pakan ikan, pakan ternak, dan pakan burung sehingga tepung onggok singkong mudah diperoleh. Onggok singkong yang telah diolah menjadi tepung onggok singkong berdasarkan hasil penelitian Supriyati et al. 1998 kandungan nutrisi onggok adalah sebagai berikut: 3 Tabel 1.1 Kandungan Nutrisi Pada Tepung Onggok Singkong Komponen Kandungan Nutrisi Karbohidrat 51,8 Protein 2,2 Serat Kasar 31,6 Abu 2,4 Nutrien lain yang harus diperhitungkan apabila onggok digunakan sebagai bahan pakan ikan adalah rendahnya protein dan tingginya serat kasar yang sulit dicerna oleh tubuh ikan. Namun demikian, pemanfaatan limbah padat ini masih sangat rendah.Oleh karena itu, perlu dilakukan teknik pengolahan yang dapat mengubah kandungan nutrisi pada tepung onggok. Melalui proses fermentasi diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi kandungan protein pada tepung onggok singkong. Penggunaan kapang sebagai inokulum fermentasi sudah banyak dilakukan karena pertumbuhannya cepat dan mudah.Pertumbuhannya pun mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas berwarna putih Fardiaz, 1989. Rhizopus oryzae merupakan kapang dari genus Rhizopus, famili Mucoraceae dan ordo Mucorales. Kapang ini banyak digunakan dalam pembuatan tempe. Fermentasi dengan Rhizopus oryzae mampu meningkatkan kandungan protein dari 2 menjadi 8 dan dapat menurunkan serat kasar 4 Tisnadjaja, 1996 serta menghasilkan beberapa vitamin seperti asam pentotenat, inositol, tiamin, piridoksin, biotin dan vitamin B12. Pernyataan tersebut sangat mendukung penggunaan tepung onggok singkong sebagai bahan baku pakan ikan patin.

B. Rumusan Masalah