16
udangan kecil, siput, cacing dan jentik nyamuk Santoso, 1996. Dalam budidaya  ikan  secara  intensif  menurut  tersedianya  pakan  dalam  jumlah
yang  cukup    tepat  waktu,  dan  kontinyu  dengan  mengandalkan  pakan alami  kadang  kala  banyak  dipengaruhi  faktor-faktor  alam  dan
lingkungan  seperti  cahaya,  suhu,  hama  penyakit,  bahan  beracun,  dan lain-lain  Mujiman,  1987.  Pembuatan  pakan  didasarkan  pada
pertimbangan  kebutuhan  nutrien  ikan,  kualitas  bahan  baku,  dan  nilai ekonomisnya.
Penggunan  pakan  buatan  dapat  memperoleh  banyak  keuntungan, antara  lain  dapat  meningkatkan  produksi  melalui  metode  padat
penebaran  yang  tinggi  dengan  waktu  pemeliharaan  yang  lebih  pendek serta dapat memanfaatkan limbah industri pangan seperti tepung onggok
singkong,  tepung  ikan,  tepung  kanji,  dedak,  minyak  jelantah,  daun singkong yang dapat digunakan sebagai pakan campuran.
B. Onggok Singkong
Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat  setelah proses pengepresan. Onggok  yang diolah  menjadi
tepung  onggok  singkong  jumlahnya  melimpah,  memiliki  harga  yang  relatif murah,  ketersediaannya  berkelanjutan,  dan  sampai  saat  ini  masih  belum
dimanfaatkan  sebagai  bahan  baku  pakan  ikan.  Penggunaan  tepung  onggok singkong  dalam  pakan  dibatasi  oleh    beberapa  hal,  yaitu  kandungan  protein
17
yang  rendah  2-5,  kandungan  serat  kasar  yang  cukup  tinggi  12-20.
Onggok singkong dan tepung onggok singkong dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.2Onggok singkong Kiri dan tepung onggok singkong Kanan
Sumber:www.onggoksingkong.html Komposisi nutrisi padatepung onggok singkong dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Pada Tepung Onggok Singkong
No Komponen
Kandungan Nutrisi A
B C
1 Protein
3,6 1,88
1,28 2
Lemak 2,3
0,25 0,55
3 Karbohidrat
65,9 81,10
87,24 4
Serat 8,1
15,62 8,92
5 Abu
4,4 1,15
2,01 6
Air 20,31
20 8,27
Sumber :Hasibuan 2002
18
Keterangan kode A, B, C pada Tabel 2.1 : A.
Ningrum 2007 B.
Wizna 2008 C.
Basuki 2013
C. Fermentasi
Fermentasi  merupakan  suatu  proses  yang  melibatkan  reaksi  oksidasi reduksi  sehingga  terjadi  perombakan  kimia  terhadap  suatu  senyawa  kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh makhluk hidup. Senyawa kompleks yang berupa karbohidrat, protein, dan lemak akan diubah menjadi glukosa, asam
amino,  asam  lemak,  dan  gliserol.  Proses  fermentasi  dapat  diterapkan  dalam pembuatan  pakan  ikan.  Setelah  fermentasi,  bahan  yang  sebagian  besar
komponennya  sudah  berupa  senyawa  sederhana  dapat  diberikan sebagai  pakan ikan sehingga  ikan  tidak perlu mencerna  lagi, melainkan sudah dapat langsung
menyerapnya.Organ pada ikan dapat memanfaatkan karbohidrat hasil fermentasi secara  lebih  baik  sebagai  sumber  energi.Pada  prinsipnya  fermentasi  dapat
mengaktifkan  pertumbuhan dan  metabolisme  mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga  membentuk  produk  yang  berbeda  dengan  bahan  bakunya  Santoso,
1996. Pada  fermentasi  terjadi  proses  yang  menguntungkan  di  antaranya  dapat
menghilangkan  bau  yang  tidak  diinginkan,  meningkatkan  daya  cerna, menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentah, dan menghasilkan
19
warna  yang  diinginkan.  Mikroba  yang  banyak  digunakan  sebagai  inokulum fermentasi  adalah  kapang,  bakteri,  dan  khamir.Pertumbuhan  kapang  mudah
dilihat  karena  penampakannya  yang  berserabut  seperti  kapas  berwarna  putih Sukarminah, 2008.
Menurut  Fajarudin  2014  waktu  dalam  proses  fermentasi  yang  semakin lama akan mengakibatkan penurunan kadar air. Semakin lama waktu fermentasi
maka  akan  banyak  glukosa  yang  dihasilkan  sehingga  mikroorganisme berkembangbiak  menjadi  semakin  banyak,  kemampuan  mikroba  Rhizopus
oryzae memecah glukosa untuk menghasilkan metabolit primer asam laktat dan alkohol dan metabolit sekunder semakin banyak.
Keuntungan  lain  dari  proses  fermentasi  adalah  meningkatnya  gizi  dan daya  simpan  pakan  karena  proses  fermentasi  akan  merombak  senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah diserap oleh tubuh.  Protein,  lemak,  dan  polisakarida  dapat  dihidrolisis  sehingga  bahan
pangan setelah difermentasi mempunyai daya cerna yang lebih tinggi. Selain itu, selama  proses  fermentasi  berlangsung,  akan  terjadi  penurunan  pH  yang  akan
menghambat  pertumbuhan  bakteri  pembusuk  sehingga  daya  simpan  pakan buatan  lebih  lama.  Selama  proses  fermentasi,  perombakan  senyawa  kompleks
akan  menghasilkan  senyawa  volatil  yang  mempunyai  aroma  khas.  Senyawa volatil  inilah  yang  akan  memperbaiki  aroma  dan  cita  rasa  pakan  buatan  hasil
fermentasi  sehingga  ikan  akan  terangsang  untuk  mengkonsumsi  pakan  lebih banyak.  Hasil  akhir  fermentasi  sangat  bergantung  pada  bahan  dasarnya
20
substrat,  macam  mikroba  atau  inokulum,  dan  kondisi  lingkungan  sangat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba Mudjiman, 1992.
D. Rhizopusoryzae