40 b. arah dan kebijakan peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kabupatenkota dalam
keseluruhan moda transportasi; c. rencana lokasi dan kebutuhan Simpul kabupatenkota; dan
d. rencana kebutuhan Ruang Lalu Lintas kabupatenkota. Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan: fungsi dan intensitas lalu lintas
guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan; dan daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor.
Pengelompokan jalan menurut kelas jalan terdiri atas: Jalan Kelas I, Kelas II, Kelas III; dan ada juga Jalan Kelas Khusus.
Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan Jalan berupa: Rambu Lalu Lintas; Marka Jalan; Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas;
alat penerangan Jalan; alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan; alat pengawasan dan pengamanan Jalan; fasilitas untuk sepeda, Pejalan Kaki, dan penyandang cacat; dan fasilitas
pendukung kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berada di Jalan dan di luar badan Jalan. Penyediaan perlengkapan Jalan diselenggarakan oleh: Pemerintah untuk jalan nasional;
pemerintah provinsi untuk jalan provinsi; pemerintah kabupatenkota untuk jalan kabupatenkota dan jalan desa; atau badan usaha jalan tol untuk jalan tol.
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan danatau gangguan fungsi Jalan. Selain itu, juga dilarang setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan Jalan. Gayut dengan ketentuan tentang jalan, maka pemasangan jaringan utilitas dalam ruang
milik jalan dapat dilakukan tetapi jangan sampai menimbulkan gangguan terhadap fungsi jalan dan fungsi perlengkapan jalan serta memperhatikan terwujudnya pelayanan lalu lintas dan
angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain.
3.2.5 UU No. 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, PP Nomor 23 Tahun 2014.
Dalam Bagain Menimbang terkandung pokok-pokok pikiran yang menyatakan bahwa, tenaga listrik mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan
pembangunan nasional maka usaha penyediaan tenaga lishik dikuasai oleh negara dan penyediaannya perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar
tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata, dan bermutu. Penyediaan tenaga listrik
41 bersifat padat modal dan teknologi dan sejalan dengan prinsip otonomi daerah dan demokratisasi
dalam tatanan kehidupan berrnasyarakat, berbangsa, dan bernegara maka peran pemerintah daerah dan masyarakat dalam penyediaan tenaga listrik perlu ditingkatkan. Tenaga listrik selain
bermanfaat, tetapi juga dapat membahayakan sehingga penyediaan dan pemanfaatannya harus memperhatikan ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.
Di dalam Batang Tubuh ada ditentukan bahwa, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dalam melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik, untuk kepentingan umum, berhak
untuk: a. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan;
b. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan; c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;
d. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk sementara waktu; e. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah tanah;
f. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau di bawah tanah; dan g. memotong danatau menebang tanaman yang menghalanginya.
Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dalam melaksanakan haknya menggunakan tanah dilakukan dengan memberikan ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi kepada pemegang hak
atas tanah, bangunan, dan tanaman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ganti rugi hak atas tanah sebagaimana diberikan untuk tanah yang dipergunakan secara langsung
oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dan bangunan serta tanaman di atas tanah. Kompensasi diberikan untuk penggunaan tanah secara tidak langsung oleh pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik yang mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomis atas tanah, bangunan, dan tanaman yang dilintasi transmisi tenaga listrik. Dalam hal tanah yang digunakan
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik terdapat bagian-bagian tanah yang dikuasai oleh pemegang hak atas tanah atau pemakai tanah negara, sebelum memulai kegiatan, pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik wajib menyelesaikan masalah tanah tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Dalam hal tanah yang digunakan
pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik terdapat tanah ulayat, penyelesaiannya dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan dengan memperhatikan
ketentuan hukum adat setempat.
42 PP Nomor 23 Tahun 2014 menentukan bahwa, usaha penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum dilaksanakan setelah mendapat izin usaha penyediaan tenaga listrik. Izin usaha penyediaan tenaga listrik diberikan oleh:
a. Menteri untuk badan usaha yang: 1. wilayah usahanya lintas provinsi;
2. dilakukan oleh badan usaha milik negara; dan 3. menjual tenaga listrik danatau menyewakan jaringan tenaga listrik kepada pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik yang izinnya diberikan oleh Menteri. b. Gubernur untuk badan usaha yang:
1. wilayah usahanya lintas kabupatenkota; dan 2. menjual tenaga listrik danatau menyewakan jaringan tenaga listrik kepada pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik yang izinnya diberikan oleh gubernur. c. Bupatiwalikota untuk badan usaha yang:
1. wilayah usahanya dalam kabupatenkota; dan 2. menjual tenaga listrik danatau menyewakan jaringan tenaga listrik kepada pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik yang izinnya diberikan oleh bupatiwalikota. Penggunaan tanah oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dalam
melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik dilakukan setelah memberikan ganti rugi hak atas tanah atau kompensasi kepada pemegang hak atas tanah, bangunan, dan tanaman. Ganti rugi
diberikan untuk tanah yang dipergunakan secara langsung oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dan bangunan serta tanaman di atas tanah, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan. Dengan demikian, pemasangan jarinan utilitas kelistrikan untuk penyediaan tenaga listrik
dapat melintasi sungai atau danau dan laut, melintasi jalan, menggunakan tanah, melintas di atas atau di bawah bangunan, masuk ke tempat umum atau perorangan serta dapat memotong
danatau menebang tanaman yang menghalangi. Namun hal itu harus dilakukan dengan seizing pihak yang berwenang dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3.2.6 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang
Izin Lingkungan.
43 UU ini dibentuk berlandaskanpada pokok pikiran filosofis dan sosiologis, seperti terdapat
pada Bagian Menimbang. Landasan filosofisnya adalah bahwa, lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal
28H UUD 1945. Pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan NKRI telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Landasan sosisologisnya adalah Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku
kepentingan. Di dalam batang tubuhnya ditentukan antara lain bahwa, setiap orang berhak: atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia; mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; mengajukan usul danatau keberatan terhadap rencana usaha danatau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup. Selain itu, juga berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Di samping memiliki hak, setiap orang juga berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Setiap
orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban: memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan
tepat waktu; menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup danatau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Bahkan,
terdapat pula ketentuan larangan. Setiap orang dilarang, antara lain melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup.
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial; b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; danatau
44 c. penyampaian informasi danatau laporan.
Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, danatau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan danatau mengelola limbah B3, danatau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung
jawab di bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha danatau kegiatan yang menyebabkan pencemaran danatau kerusakan
lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup. Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri danatau untuk
kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar
hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi
lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa
adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan menentukan bahwa, setiap usaha danatau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan, yang diperoleh melalui tahapan kegiatan yang
meliputi: penyusunan Amdal dan UKL-UPL; penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan. Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban:
a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam Izin Lingkungan dan izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
b. membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau bupatiwalikota; dan
c. menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
45 Peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup mengisyaratkan
pemasangan jaringan utilitas jangan sampai mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Tatapi sebaliknya dengan tetap memelihara kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup.
3.2.7 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan Permendagri No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
UU No. 12 Tahun 2011 dan Permendagri No. 1 Tahun 2014 merupakan instrument Hukum Perundang-undangan yang mengantur mengenai pembentukan peraturan perundang-
undangan termasuk pembentukan peraturan daerah. Jenis, materi muatan, bentuk dan teknik penyusunan peraturan daerah ditentukan secara normatif di dalam kedua peraturan perundang-
undangan tersebut. Pasal 116 Permendagri No. 1 Tahun 2014 menentukan bawa, teknik penyusunan produk hukum daerah yang bersifat pengaturan dan penetapan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Undang- undang yang dimaksudkan adalah UU No. 12 Tahun 2011. Karena itu teknik penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pemasangan Utilitas Terpadu, baik mengenai Judul, Pembukaan, Batang Tubuh, dan Penutup harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Lampiran II
UU No. 12 Tahun 2011.
3.2.8 Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009
– 2029. Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 menentukan bahwa,ruang merupakan komponen
lingkungan hidup yang bersifat terbatas dan tidak terperbaharui yang harus dimanfaatkan secara berkelanjutan sebagai satu kesatuan ruang dalam tatanan yang dinamis berlandaskan kebudayaan
Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu sesuai dengan falsafah
Tri Hita Karana
. Sementara itu, perkembangan jumlah penduduk yang membawa konsekuensi pada perkembangan di segala
bidang kehidupan, memerlukan pengaturan tata ruang agar pemanfaatan dan penggunaan ruang dapat dilakukan secara maksimal berdasarkan nilai-nilai budaya.
Penataan ruang wilayah provinsi bertujuan untuk mewujudkan: a. ruang wilayah provinsi yang berkualitas, aman, nyaman, produktif, berjatidiri, berbudaya
Bali, dan berwawasan lingkungan berlandaskan Tri Hita Karana; b. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupatenkota;
46 c. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi; d. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kabupatenkota dalam
rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya Bali akibat pemanfaatan ruang;
Rencana tata ruang wialayah Provinsi Bali RTRWP mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi menurut ketentuan peraturan
perundangundangan. RTRWP secara administrasi terdiri dari 9 sembilan wilayah kabupatenkota, mencakup: Kabupaten Jembrana; Kabupaten Tabanan; Kabupaten Badung;
Kabupaten Gianyar; Kabupaten Klungkung; Kabupaten Bangli; Kabupaten Karangasem; Kabupaten Buleleng; dan Kota Denpasar.
Pemasangan jaringan utilitas di Kabupaten Badung tunduk terhadap ketentuan RTRWP karena secara administratif wilayah Kabupaten Badung merupakan salah satu bagian dari ruang
lingkup rencana tata ruang wilayah Provinsi Bali.
3.2.9 Perda Kabupaten Badung No. 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah yang