BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Badung adalah salah satu dari kabupatenkota di wilayah Provinsi Bali, yang berkembang dari sistem pemeritahan kerajaan sebelum era kolonial. Pada awal kemerdekaan,
dibentuk pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Badung berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-
daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1655 dengan ibukota adalah Denpasar. Di era pemerintahan Orde Baru, Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dipisahkan dengan kota Denpasar karena diundangkannya Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3465. Kemudian, ibukotanya dipindahkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2009 Tentang Pemindahan Ibu Kota
Kabupaten Badung dari Wilayah Kota Denpasar ke Wilayah Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Provinsi Bali Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 168,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5081. Ibu Kota Kabupaten Badung diberi nama Mangupura Pasal 3.
Pemerintahan Kabupaten Badung merencanakan pembangunan berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Perda No. 2 Tahun 2009: RPJPD Lembaran Daerah Kabupaten Badung Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Badung Nomor 2;
dengan visi mewujudkan masyarakat Kabupaten Badung yang aman, tentram, rukun dan makmur berlandaskan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia dan manusia dengan lingkungan. Visi tersebut dirumuskan menjadi Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Badung Tahun 2005-2025, diantaranya adalah mewujudkan sarana prasarana
wilayah dan infrastruktur yang merata dan berkualitas. Misi tersebut dibarengi dengan misi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mantap dan mampu bersaing di pasar bebas; dan
mewujudkan lingkungan yang asri dan lestari.
2 Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bali. Profil
wilayah Kabupaten Badung terletak pada posisi 08
o
1417- 08
o
5057 Lintang Selatan LS dan 115
o
0502- 15
o
15 09 Bujur Timur BT. Luas wilayah Kabupaten Badung adalah 418,52 km2 7,43 dari luas Pulau Bali. Bagian utara Kabupaten Badung relatif sejuk berbatasan dengan
Kabupaten Buleleng sedangkan wilayah bagian selatan merupakan wilayah berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Sisi timur wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan
Kota Denpasar. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Kondisi Kabupaten Badung dapat digambarkan sebagai daerah beriklim tropis yang terdiri dari: musim kemarau
April –Oktober dengan suhu udaranya berkisar 25
o
C – 30
o
C dan musim hujan Nopember –
Maret dengan curah hujan berkisar rata-rata 893,4 – 2.702,6 mm per tahun. Dengan dua kondisi
tersebut, kelembapan udara rata-rata mencapai 79.
1
Jumlah penduduk Kabupaten Badung semakin meningkat dari tahun 2010 hingga tahun 2013. Jumlah penduduk dalam tahun 2010 adalah 546.700 jiwa; tahun 2011 jumlah penduduk
bertambah menjadi 560.900 jiwa; dalam tahun 2012 penduduk sebanyak 575.000 jiwa; dan dalam tahun 2013 jumlah penduduk bertambah menjadi 589.000 jiwa.
2
BPS-Badung, 2015c Jumlah penduduk tersebar di 6 enam kecamatan; paling banyak terdapat di Kecamatan Kuta
Selatan yakni 134.500 jiwa, sebaliknya paling sedikit terdapat di Kecamatan Petang yaitu 26.200 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi yakni mencapai 1.407 jiwaKm
2
; kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Kuta yakni 5.426 jiwaKm
2
, sedangkan terendah di Kecamatan Petang yaitu 227 jiwaKm
2
. Peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2010 sampai dengantahun 2013 rata-rata sebanyak 14.100 jiwa
3
BPS-Badung, 2015g. Jumlah penduduk yang semakin meningkat tersebut berimplikasi terhadap pertambahan kebutuhan atas infrastruktur.
Pesatnya pembangunan di Wilayah Kabupaten Badung banyak didukung oleh industri pariwisata selain di dukung oleh sektor pertanian, peternakan dan lain sebagainya. Industri
pariwisata didominasi oleh pelayanan yang berkaitan dengan penyedian akomodasi seperti pelayanan hotel, penginapan, villa, apartemen, dan jenis akomodasi wisata lainnya. Dari data
yang dimiliki oleh Produk Domestik Regional Bruto PDRB per kapita Kabupaten Badung
1
http:www.badungkab.go.id.
2
Badan Pusat
Statistik Kabupaten
Badung, Statistik
Penduduk ,
http:badungkab.bps.go.idweb5103frontendlinkTabelStatisviewid21 , diunduh Sabtu, 4 April 2014, hlm. 2.
3
Badan Pusat
Statistik Kabupaten
Badung, Badung
dalam Angka
2014 ,
http:badungkab.bps.go.idweb5103frontendindex.php ,
diunduh Sabtu, 4 April 2014, hlm. 53.
3 merupakan PDRB per kapita tertinggi pada tahun 2009 sebesar Rp. 30,35 juta dibandingkan
PDRB per kapita terendah Kabupaten Karangasem sebesar Rp. 9,48 juta.
4
. Distribusi PDRB Kabupaten Badung atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
dari tahun 2000-2013 didominasi oleh pengangkutan dankomunikasi sebesar 37,75 serta dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 34,59 ditahun 2013BPS-Badung, 2015a.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Kabupaten Badung didukung oleh sumber daya manusia penduduk yang
dinamis terdiri dari pelaku ekonomi baik selaku individu maupun kelompok. Ekonomi Kabupaten Badung di dukung oleh jumlah penduduk adalah 388.514 jiwa
data Bappeda Badung 2009
dengan laju pertumbuhan 1,21 dan kepadatan rata-rata 928 jiwa km². Tercatat bahwa Mengwi sebagai kecamatan terpadat dengan penduduk sejumlah 108.469 jiwa, sebaliknya
jumlah penduduk terendah adalah Petang, yaitu 28.392 jiwa. Kepadatan tertinggi ada di Kecamatan Kuta Utara, memiliki kepadatan tertinggi yaitu1.783 jiwa km², sebaliknya kepadatan terendah
sebesar 247 jiwa
km² ada
di Kecamatan Petang.
5
Pertumbuhan ekonomi Bali secara umum dapat diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto PDRB pada Triwulan II - 2014 mencapai 2,80 persen dibandingkan
Triwulan I - 2014 yang kontraksi -0.39 persen
quarter to quarterq-to-q
. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 4,94 persen BPS-Badung, 2015f. Hal
ini menunjukan bahwa sector dominan: pengangkutan dan komunikasi perdagangan, hotel dan restoran 72,34 adalah sektor dengan jenis pelayanan terkait akomodasi pariwisata dan
perdagangan yang sangat tergantung dari ketersedian tenaga listrik, telekomunikasi, energy gas dan air minum. Telah dicatat pula bahwa belanja listrik wajib dilakukan sementara ketersedian
listrik sangat terbatas dan catatan khusus terdapat sekitar 55 listrik bersubsidi juga dinikmati oleh hotel-hotel mewah berbintang. Dari data pemakaian listrik di provinsi Bali tercatat bahwa
Kabupaten Badung memiliki jumlah pelanggan listrik terbesar kedua setelah Kota Denpasar yakni sekitar 119,756 pelanggan dari total pelanggan sekitar 729,153.
6
Selain listrik, pasokan air bersih PDAM, saluran telekomunikasi, dan jaringan-jaringan khusus lainnya juga sangat fital
diperlukan oleh hotel-hotel dan villa-villa. Energi listrik yang dibutuhkan turut meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Dalam tahun 2013 banyaknya energi listrik yang dijual oleh PT PLN Persero mencapai
4
datakesra.kemenkopmk.go.id, 2011.
5
Pemkab, 2014.
6
Katalog-BPS:1102001.51, 2012.
4 65.419.090 MWh. Peningkatan kebutuhan air minum pun menyertai. Produksi air minum oleh
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirta Mangutama sebanyak 36.812.000 M
3
, sedangkan yang terjual mencapai 35.485.230 M3.
7
Sambungan telepon untuk konsumen yang dilayani oleh Kantor Daerah Telekomunikasi Denpasar sebanyak 52.184 sambungan. Jumlah pelanggan paling
banyak terdapat di Kecamatan Kuta STO Kuta, Seminyak yaitu sebanyak 26.181 sambungan. Sedangkan pelanggan paling sedikit terdapat di Kecamatan Petang STO Tabanan sebanyak 75
sambungan BPS-Badung, 2015b. Oleh sebab itu semua bentuk jaringan infrastruktur merupakan bentuk pelayanan pihak pemerintah kepada masyarakat. Seluruh jaringan
infrastruktur yang dipasang baik oleh swasta maupun pihak pemerintah pada saatnya nanti akan menjadi ibah yang limpahkan kepada pemerintah dan atau kepada masyarakat secra umum
kembali. Infrastruktur atau disebut juga sebagai prasarana merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses yang mengacu pada sistem fisik penyediaan fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial, bahkan juga
politik. Infrastruktur yang diperlukan tersebut berupa fasilitas antara lain: transportasi, air bersih, air limbah, perumahan, bangunan publik, pengolahan gas, pengaturan banjir, drainase,
dan irigasi; dan fasilitas publik lain. Secara spesifik infrastruktur yang dimaksudkan antara lain: jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan
listrik, jaringan telepon. Di Kabupaten Badung, sebagaimana halnya juga di seluruh Indonesia, infrastruktur
merupakan masalah struktural yang berat. Karena fasilitas infrastruktur yang memadai yang dapat membantu baik dalam sisi ekonomi, sosial budaya, politik, dan lain-lain masih sangat
kurang ketersediaannya
8
. Selain itu, kebutuhan sarana utilitas tersebut tidak disertai dengan investasi jaringan jangka panjang sehingga selalu ada penambahan maupun pembangunan
jaringan utilitas baru. Misalnya jalan: bahwa jalan yang ada di Kabupaen Badung panjangnya 628,7 Km. Dari segi jenis permukaan terdiri dari Aspal
Hotmix
sepanjang 510,3 Km,
Paving Stones
sepanjang 10,9 Km,
Rigid Pavement
sepanjang 1,4 Km, dan batu
limestone
tanah
7
Badan Pusat
Statistik Kabupaten
Badung,
Badung dalam
Angka 2014
, http:badungkab.bps.go.idweb5103frontendindex.php
,
diunduh Sabtu, 4 April 2015, hlm. 262.
8
Wikipedia, Infrastruktur, http:id.wikipedia.orgwikiInfrastruktur
, diunduh Sabtu, 3 April 2015, hlm. 1.
5 sepanjang 5,3 Km. Dari segi kondisi jalan, maka jalan dengan kondisi baik sepanjang 498,3 Km,
kondisi sedang sepanjang 121,2 Km dan jalan rusak panjangnya 9,3 Km
9
BPS-Badung, 2015e Jalan secara fisik merupakan salah satu prasarana transportasi yang berperan sangat
penting dalam kehidupan masyarakat untuk mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan berupa pertumbuhan ekonomi dan kesejahteran yang adil dan merata bagi seluruh rakyat; serta
sarana pendukung kehidupan sosial budaya, kehidupan politik, lingkungan serta pertahanan dan keamanan. Selain itu, jalan sebagai wahana membuka wawasan masyarakat untuk berinteraksi,
membangun toleransi serta menjalin hubungan budaya antar-suku bangsa. Jalan juga mampu mendukung kehidupan dan pembangunan secara berkelanjutan dengan memperhatikan aspek
lingkungan hidup yang harmonis. Sebaliknya, sarana jalan darat dapat berpeluang merusak tatanan kehidupan masyarakat, khusus diketemukan pada kondisi jalan yang rusak sebagai akibat
penggalian ruas jalan yang kurang tertib dalam rangka penempatan jaringan utilitas
10
. Penggalian yang merusak ruas jalan tersebut dapat menimbulkan tuntutan pidana
11
Jaringan utilitas yang dibangun untuk infrastruktur air bersih, listrik, telepon, air limbah dan gas dilakukan dengan penempatan di bawah tanah berupa pipa dan kabel tanam, ada pula di
udara berupa kabel udara, dan di dalam laut. Selama ini pelaksanaan pemasangan janringan utilitas tersebut belum terkoordinasi dengan baik, bahkan sering terjadi bongkar pasang di ruang
milik jalan yang berdampak pada gangguan lalulintas dan kerusakan konstruksi jalan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444 selanjutnya disebut dengan UU No. 38 Tahun 2004 dengan tegas
melarang setiap orang melakukan perbuatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi jalan di dalam ruang manfaat jalan, di dalam ruang milik jalan, di dalam ruang pengawasan jalan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20PrtM2010 Tentang Pedoman Pemanfaatan Dan Penggunaan Bagian-Bagian Jalan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
selanjutnya disebut dengan Permen PU No. 20PrtM2010 mewajibkan adanya izin dari
9
Badan Pusat
Statistik Kabupaten
Badung, Statistik
Jalan ,
http:badungkab.bps.go.idweb5103frontendlinkTabelStatisviewid10 diunduh Sabtu, 4 April 2014, hlm. 2.
10
Bali Post 2012; Bali Post 2013; Bali Post 2013.
11
Purwadi, E.
2009. Pelaksana
Pemasangan Utilitas
Dapat Dipidanakan.
from http:umum.kompasiana.com20090731pelaksana-pemasangan-utilitas-dapat-dipidanakan-9430.html
.,
diunduh Sabtu, 4 April 2015, hlm. 1.
6 penyelenggara jalan sesuai kewenangannya untuk pemanfaatan ruang manfaat jalan dan ruang
milik jalan selain peruntukannya meliputi bangunan dan jaringan utilitas, iklan, media informasi, bangun
–bangunan, dan bangunan gedung di dalam ruang milik jalan. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung Nomor 12 Tahun 1998 tentang
Penggalian Jalan, Merubah Trotoar dan Pemancangan Tiang di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dengan jelas menentukan pada Bagian Menimbang bahwa, Penggalian Jalan,
Merubah Trotoar dan Pemancangan Tiang di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung yang dilakukan oleh Unit Kerja dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas dan angkutan jalan. Karena itu ditentukan bahwa, penggalian jalan, perubahan trotoar dan pemancangan tiang meliputi: pemasangan baru danatau perbaikan pipa-pipa air minum, pipa-
pipa minyak dan gas serta pipa-pipa limbah, kabel tanam listrik, telepon dan sejenisnya; memasang dan atau memperbaiki kabel-kabel dan tiang-tiang listrik maupun kabel tanam listrik,
telepon dan sejenisnya; menurunkan dan atau merubah bentukkonstruksi trotoar harus mendapatkan izin lebih dahulu dari Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung. Pelanggaran
terhadap ketentuan ini diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000 Lima puluh ribu rupiah.
Tetapi Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1998 tersebut tidak berlaku secara efektif. Sebab di dalam Perda tersebut tidak terdapat ketentuan pendelegasian wewenang penegakan kepada
Satuan Polisi Pamong Praja, selain ketentuan tentang wewenang penyidikan oleh penyidik pada umumnya dan penyidik pegawai negeri sipil. Selain itu, ancaman pidana kurungan dan denda
yang sangat rendah sehingga pelaku pelanggaran lebih memilih membayar denda, dan dengan bebas dapat melakukan penggalian yang melanggar perda. Di situ tampak bahwa, kesadaran
hukum pihak unit-unit kerja untuk mematuhi perda masih rendah dan kesadaran hukum masyarakat untuk turut mengawasi pelanggaran perda juga kurang.
1.2 Identifikasi Masalah