Asas atau Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma.

14

2.1.4 Asas atau Prinsip yang Terkait dengan Penyusunan Norma.

Asas-asas hukum adalah prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai dasar atau fundamen hukum. Asas-asas ini dapat disebut juga pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik tolak berpikir tentang hukum. 18 J.J.H. Brugink menyatakan asas sebagai sejenis meta kaidah berkenaan dengan kaidah perilaku. Asas hukum berlaku sebagai fondasi dari sistem hukum positif dan sebagai batu uji kritis terhadap sistem hukum positif 19 . Dalam konsep negara hukum yang demokratis keberadaan peraturan perundang-undangan, termasuk Peraturan Daerah dalam pembentukannya harus didasarkan pada beberapa asas untuk dapat menghasilkan peraturan daerah yang baik. Van der Vlies membedakan 2 dua kategori asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut beginselen van behoorlijk regelgeving , yaitu asas formal dan asas material. 20 Asas-asas formal meliputi: 1. Asas tujuan yang jelas het beginsel van duidelijke doelstelling 2. Asas lembaga yang tepat het beginsel van het juiste orgaan 3. Asas perlunya pengaturan het noodzakelijkheid beginsel 4. Asas dapat dilaksanakan het beginsel van uitvoorbaarheid 5. Asas Konsensus het beginsel van de consensus Asas tujuan yang jelas, terdiri atas tiga tingkat yaitu; kerangka kebijakan umum peraturan yang akan dibuat, tujuan tertentu dari peraturan yang akan dibuat dan tujuan dari berbagai bagian dalam peraturan. Asas organ atau lembaga yang tepat memberi penjelasan tentang perlunya kejelasan kewenangan organ atau lembaga yang menetapkan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Menurut Attamimi, mengenai lembaga atau organ yang tepat itu perlu dikaitkan dengan materi muatan peraturan perundang-undangan karena menyatu dengan kewenangan masing-masing organ atau lembaga yang membentuk jenis peraturan perundang- undangan yang bersangkutan, atau dapat juga sebaliknya, kewenangan masing-masing organ atau lembaga tersebut menentukan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibentuknya. 18 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Jogyakarta: Kanisius,1995, hlm.81. 19 J.J.H.Brugink, Refleksi Tentang Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hlm.123,132-133. 20 Van der Vlies, Buku Pegangan Perancangan Peraturan Perundang-undangan, diterjemahkan oleh Linus Doludjawa dari buku Handboek Wetgeving Jakarta: Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan hak Asasi Manusia , hlm. 258-280. 15 Asas perlunya pengaturan terkait dengan perlunya pengaturan untuk menyelesaikan suatu persoalan. Sedangkan asas dapat dilaksanakan, memuat jaminan bagi dapat dilaksanakannya sebuah peraturan. Asas Konsensus adalah asas yang memuat adanya konsensus antara para pihak dengan pemerintah mengenai pembuatan suatu peraturan beserta isinya. Asas-asas material meliputi asas: 1. Asas kejelasan Terminologi dan sistematika het beginsel van de duiddelijke terminologie en duidelijke systematiek . 2. Asas kemudahan untuk dikenali Het beginsel van den kenbaarheid. 3. Asas Kesamaan hukum Het rechts gelijkheids beginsel . 4. Asas kepastian hukum Het rechtszekerheids beginsel . 5. Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual Het beginsel van de individuelerechtsbedeling 21 Van der Vlies, -. Asas-asas tersebut bukan merupakan suatu norma hukum, tetapi merupakan pertimbangan etik yang dituangkan dalam norma hukum. Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan ini penting untuk dipahami dan diterapkan, karena dapat terjadi pembentuk peraturan perundang-undangan berdasarkan kepentingan sesaat, sesua dengan kepentingan politik tertentu, tidak didasarkan pada kebutuhan masyarakat. Pada prinsipnya asas pembentukan peraturan perundang-undangan sangat relevan dengan asas umum administrasi publik yang baik general principles of good administration . Pasal 5 UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menegaskan tentang asas pembentukan peraturan perundang-undangan yaitu: a. kejelasan tujuan; b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; d. dapat dilaksanakan; e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; f. kejelasan rumusan; dan g. keterbukaan. Dalam penjelsan pasal tersebut diterangkan bahwa yang dimaksud dengan “asas kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus 21 Ibid , hlm.286-303. 16 mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. “Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat” adalah bahwa setiap jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang berwenang. Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang. “Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan perundang-undangan harus benar benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan. Selanjutnya yang dimaksud dengan “Asas dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas Peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. “Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundangundangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Asas kejelasan rumusan” adalah bahwa setiap Peraturan Perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan Peraturan Perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya, dan “Asas keterbukaan” adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Selain asas pembentukan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, juga terdapat asas-asas terkait dengan materi muatan peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam Pasal 6 UU No.12 Tahun 2011 yakni: a. pengayoman; b. kemanusiaan; c. kebangsaan; d. kekeluargaan; e. kenusantaraan; f. bhinneka tunggal ika; g. keadilan; 17 h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; i. ketertiban dan kepastian hukum; danatau j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Dalam Penjelasan Pasal 6 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan “asas pengayoman” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat. “Asas kemanusiaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundangundangan harus mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. “Asas kebangsaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundangundangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. “Asas kenusantaraan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundangundangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. “Asas bhinneka tunggal ika” adalah bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. “Asas keadilan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- unda ngan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara. “Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial. Sedangkan “Asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang- undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum. “Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara. Selain asas tersebut juga memperhatikan asas asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang- undangan yang bersangkutan. 18 Dalam penyusunan rancangan peraturan daerah Kabupaten Badung mengenai penempatan jaringan utilitas terpadu maka asas-asas tersebut merupakan sesuatu keniscayaan; prinsip-prinsip yang sangat relevan untuk mengkaji pembentukan peraturan daerah dalam rangka mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan daerah. Peraturan Daerah sebagai salah satu jenis peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat, dalam pembentukannya juga harus memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik good legislation . Selain asas-asas pembentukan dan materi muatan peraturan perundang-undangan, terkait dengan penempatan jaringan utilitas pada ruang milik jalan juga berdasarkan asas-asas tertentu. Dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang jalan, ditentukan bahwa penyelenggaraan jalan berdasarkan pada asas: kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan kemitraan. Asas kemanfaatan berkenaan dengan semua kegiatan penyelenggaraan jalan yang dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya, baik bagi pemangku kepentingan stakeholders maupun bagi kepentingan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Asas keamanan berkenaan dengan semua kegiatan penyelenggaraan jalan yang harus memenuhi persyaratan keteknikan jalan, sedangkan asas keselamatan berkenaan dengan kondisi permukaan jalan dan kondisi geometrik jalan. Asas keserasian penyelenggaraan jalan berkenaan dengan keharmonisan lingkungan sekitarnya; asas keselarasan penyelenggaraan jalan berkenaan dengan keterpaduan sektor lain; dan asas keseimbangan penyelenggaraan jalan berkenaan dengan keseimbangan antarwilayah dan pengurangan kesenjangan sosial. Asas keadilan berkenaan dengan penyelenggaraan jalan termasuk jalan tol yang harus memberikan perlakuan yang sama terhadap semua pihak dan tidak mengarah kepada pemberian keuntungan terhadap pihak-pihak tertentu dengan cara atau alasan apapun. Asas transparansi berkenaan dengan penyelenggraan jalan yang prosesnya dapat diketahui masyarakat dan asas akuntabilitas berkenaan dengan hasil penyelenggaraan jalan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Asas keberdayagunaan berkenaan dengan penyelenggaraan jalan yang harus dilaksanakan berlandaskan pemanfaatan sumberdaya dan ruang yang optimal dan asas keberhasilgunaan berkenaan dengan pencapaian hasil sesuai dengan sasaran. Asas kebersamaan 19 dan kemitraan berkenaan dengan penyelenggaraan jalan yang melibatkan peran serta pemangku kepentingan melalui suatu hubungan kerja yang harmonis, setara, timbal balik, dan sinergis.

2.2 Kajian Empiris