56 Dengan demikian jangkauan berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang
Penempatan Jaringan Utilitas Terpadu yang akan dibentuk meliputi: a. pemasangan jaringan utilitas pada bagian-bagian jalan, di atas tanah, di dalam tanah dan di
udara sepanjang jalan kabupaten dan jalan desa. b. pemasangan jaringan utilitas terpadu mencakup sistem perkotaan; sistem jaringan
transportasi; sistem jaringan energi; sistem jaringan telekomunikasi; sistem jaringan sumber daya air; kawasan lindung; kawasan budi daya; dan kawasan strategis.
c. pemasangan jaringan utilitas yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Badung dengan sarana pemasangan jaringan utilias terpadu berlaku di wilayah Kecamatan Kuta.
5.2. Arah Pengaturan
Pembentukan rancangan peraturan daerah Ranperda ini menjadikan pemasangan jaringan utilitas terpadu sebagai sasaran yang hendak diatur. Ranperda ini diarahkan oleh
landasan filosofis, sosiologis dan yuridis. Landasan filosofisnya yaitu tatanan nilai yang dijiwai oleh Pancasila dan
Tri Hita Karana
yang mencerminkan perikehidupan kebersamaan, keteraturan dan keharmonisan hubungan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,
sehingga pemasangan jaringan utilitas pun sepatutnya dijiwai oleh tatanan nlai-nilai tersebut. Ladasan sosiologis yaitu kebutuhan hukum masyarakat Kabupaten Badung yang menuntut
adanya jaminan ketertiban, kenyamanan dan keselamatan dalam berlalu lintas di jalan pada saat dilaksanakan pemasangan jaringan utilitas.
Landasan yuridisnya adalah adanya permasalahan yuridis dalam pengaturan pemasangan jaringan utilitas. Perda No. 12 Tahun 1998 merupakan satu-satunya Perda yang berkaitan dengan
pemasangan jaringan utilitas menemukan kendala dalam penerapannya. Kendala dari aspek substansi hukum yaitu materi muatan lemah karena hanya menekankan pada penggalian jalan,
merubah trotoar dan pemancangan tiang di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Badung. Dalam Perda itu tidak ada ketentuan koordinasi dalam pemasangan jaringan utilitas. Selain itu,
tindak pidananya adalah pelanggaran dengan ancaman pidana paling lama 3 tiga bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000,00 lima puluh ribu rupiah. Ketentuan sanksi tersebut sudah
tidak sesuai dengan perkembangan, seperti yang ditentukan di dalam Pasal 15 UU No. 12 Tahun 2011. Ketentuan pidana dalam Perda berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 enam
bulan atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.
57 Sesuai dengan sasaran yang hendak diatur dan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
tersebut di atas, Ranperda ini diarahkan untuk: a. Menegakan hukum dalam pemasangan jaringan utilitas. Penegakan hukum berkaitan dengan
koordinasi dalam pemasangan jaringan utilitas dilakukan melalui pemberian sanksi yang sesuai dengan tindak pidana yang dlakukan bagi unit-unit kerja yang dengan sengaja
melanggar ketentuan peraturan pemasangan jaringan utilitas terpadu. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud koordinasi antara unit-unit kerja sehingga melakukan pemasangan
jaringan utilitas secara terpadu. b. Keterpaduan dalam pemasangan jaringan utilitas. Upaya Pemerintah Kabupaten Badung
untuk meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat adalah dengan penataan dan reorganisir jaringan utilitas di atas dan di bawah badan jalan yang lebih tertib, terencana,
terintergrasi, terukur penempatannya disebut dengan jaringan Utilitas Terpadu JUT. Didifinisikan sarana dan atau integrasi untuk terhadap perencanaan, penempatan dan
pelaksanaan jaringan utilitas terpadu diatas dan dibawah tanah. Prinsip jaringan utilitas terpadu adalah
1 Adanya intergrasi perencanaan, penempatan dan pelaksanaan jaringan utilitas baik diatas dan atau dibawah tanah dari berbagai instansi.
2 Setelah adanya Sistim Jaringan Utilitas terpadu yang dilaksanakan oleh Pemerintah kabupaten badung, semua utilitas diarahkan pada sistim Utilitas Terpadu.
Untuk mencapai tujuan tersebut adalah menyamakan persepsi dan integrasi serta koordinasi inter dan antar instansi, maka :
1 Setiap Instansi diwajibkan menyampaikan program tahunan perencanaan dan kebutuhan penempatan utilitas yang meliputi lokasi jaringan dan kebutuhan, dimensi dan metode
kerja kepada kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan 2 Penyampaian program tersebut adalah untuk menciptakan keterpaduan perencanaan
penempatan jaringan utilitas dibawah atau dan diatas tanah. 3 Penempatan jaringan tersebut dengan menggunakan sarana jaringan utilitas terpada yang
disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung 4 Untuk jaringan lama dan yang beru terpasang investasi dianggap sebagai jaringan
utilitas sementara dan bila adanya pengembangan dan pasangan utilitas baru diarahkan menggunakan jaringan utilitas terpadu.
58 c. Mewujudkan ketertiban dan kenyamanan serta situasi kondusif dalam pemasangan jaringan
utilitas di ruang milik jalan. Pemasangan jaringan utilitas yang dilakukan secara terpadu menjamin ketertiban, kenyamanan dan situasi kondusif sehingga lalu lintas dan angkutan
jalan tidak terganggu sebagai salah satu potensi memberikan rasa nyaman dan aman bagi wisatawan yang berkunjung ke obyek-obyek wisata di wilayah Kabupaten Badung.
d. Menentukan adanya pengawasan dan pembinaan dalam pemasangan jaringan utilitas. Pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh pihak otoritas yang berwenang, tetapi
pengawasan dapat pula dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat untuk mengawasi penegakan hukum Perda ini nanti adalah suatu keniscayaan dalam suatu Negara hukum yang
demokratis. e. Memberikan jaminan kepastian hukum. Kepastian hukum secara normatif dimaknai sebagai
kepastian aturan hukum, dalam arti bahwa suatu peraturan perundang-undangan dibuat dan diundangkan secara pasti karena pengaturan dilakukan secara jelas dan logis. Pengaturan
secara jelas maksudnya bahwa tidak menimbulkan keragu-raguan, tidak bersifat multi-tafsir. Pengaturan secara logis artinyaperaturan perundang-undangan terebut menjadi suatu sistem
norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Karena itu, pembentukan Perda Jaringan Utilitas Terpadu harus dilakukan secara jelas dan
logis untuk memberikan kepastian hukum bagi unit-unit kerja yang akan melakukan pemasangan jaringan utilitas dan juga kepada masyarakat pada umumnya, khususnya
pengguna jalan. Kepastian hukum dapat dimaknai lebih luas lagi, yakni kepastian terhadap yang sesuai dengan aturan hukum, kepastian perilaku terhadap hukum. Dalam hal ini
kepastian hukum mengilustrasikan perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi, terikat dan berada dalam bingkai yang sudah digariskan oleh aturan
hukum.Peraturan perundang-undangan dientuk untuk menyelesaikan perilaku bermasalah yang ada dalam masyarakat.Perilaku manusia secara sosiologis merupakan refleksi dari
perilaku yang dibayangkan dalam pikiran pembuat peraturan perundang-undangan.Karena itulah keberadaan NA suau keniscayaan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,
yan dmaksudkan sebagai suatu pedoman untuk menghindari timbulnya dan menyelesaikan permasalahan. Pembentukan Perda Jaringan Utilitas Terpadu dimaksudkan untuk
menyelesaikan permasalahan yakni tidak adannya koordinasi dalam pemasangan jaringan utilitas oleh unit-unitkerja yang berekses sebagai perilaku bermasalah.Perda yang akan
59 terbentuk nanti sebagai pedoman pemasangan jaringan utlitas agar dilakukan secara terpadu
sehingga terlaksana dengan tertib dantidak mengangu kelancaran dan kenyamanan lalu lintas serta tidak membahayakan keselamatan pegguna jalan.
5.3. Ruang Lingkup Materi Muatan