Unit Anti Fraud Laporan GCG BVIC Tahun 2012

Good Corporate Governance 2012 Hal 2955 kegiatan publikasi mengenai aktifitas Bank dan memelihara kewajaran, konsistensi dan transparansi mengenai hal-hal terkait tata kelola perusahaan dan tindakan korporasi. Sekretaris Perusahaan juga bertanggung jawab memonitor kepatuhan Bank terhadap peraturan dan ketentuan pasar modal serta sebagai penghubung antara Bank Victoria dengan stakeholders. Sejak September 2010 Sekretaris Perusahaan dijabat oleh Susilowati melalui Surat Keputusan Direksi No. 001SK-DIR0910 tanggal 01 September 2010. Seorang Warga Negara Indonesia, memulai karir di Bank Victoria sejak tahun 2004, Sebagai Kepala Seksi Unit Kerja Akunting dan Pengawasan Keuangan dan pernah bertugas sebagai Kepala Bagian General Affairs pada Bank Swaguna entitas anak PT Bank Victoria International. Meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Tarumanagara pada tahun 2003 dan meraih gelar Magister Akuntansi dari Universitas Trisakti, Jakarta pada tahun 2009. Beliau mengundurkan diri sebagai Sekretaris Perusahaan pada tanggal 13 Februari 2013 digantikan oleh Ruly Dwi Rahayu sesuai dengan Surat Keputusan Direksi No. 021SK-DIR0113 tanggal 30 Januari 2013 efektif sejak tanggal 01 Februari 2013. Beliau adalah seorang Warga Negara Indonesia, memulai karir di bank sejak tahun 1991-1995 sebagai Staff Auditor PT Bank Panin, Kepala Satuan Kerja Audit Intern PT Bank Victoria International Tbk. 1995- 2006, Kepala Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan PT Bank Victoria International Tbk. 2006- 2011, Kepala Divisi Manajemen Risiko PT Bank Victoria International Tbk. 2011, Sarjana Kimia Universitas Indonesia 1990 Dalam menjalankan fungsinya tersebut, Sekretaris Perusahaan memiliki berbagai sarana antara lain melalui RUPS, paparan publik, pers release, laporan tahunan, dan situs Bank www.victoriabank.co.id. Menunjuk Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary bahwa dalam rangka perkembangan Pasar Modal di Indonesia serta untuk meningkatkan pelayanan Emiten atau Perusahaan Publik kepada masyarakat pemodal, maka kepada setiap Emiten atau Perusahaan Publik diwajibkan membentuk fungsi Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary yang antara lain bertugas: a. Mengikuti perkembangan Pasar Modal khususnya peraturan-peraturan yang berlaku di bidang Pasar Modal. b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat atas setiap informasi yang dibutuhkan pemodal berkaitan dengan kondisi Emiten atau Perusahaan Publik. c. Memberikan masukan kepada Direksi Emiten atau Perusahaan Publik untuk mematuhi ketentuan Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. d. Sebagai penghubung atau contact person antara Emiten atau Perusahaan Publik dengan Bapepam dan LK serta masyarakat. Berdasarkan Peraturan Bursa No. I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat Lampiran II Nomor Kep-305BEJ07-2004 tanggal 19 Juli 2004, Corporate Secretary selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam No. IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan juga wajib menjalankan tugas: a. Menyiapkan Daftar Khusus yang berkaitan dengan Direksi, Komisaris dan keluarganya baik dalam Perusahaan terctat maupun afiliasinta yang antara lain mencakup kepemilikan saham, hubungan bisnis dan peranan lain yang menimbulkan benturan kepentingan dengan Perusahaan tercatat. b. Membuat daftar pemegang saham termasuk kepemilikan 5 atau lebih. c. Menghadiri rapat direksi dan membuat minuta hasil rapat.Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham.

B. Unit Anti Fraud

Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia nomor 1328DPNP tanggal 9 Desember 2011 tentang Penerapan Strategi Anti fraud Bagi Bank Umum dan dalam rangka mencegah terjadinya kasus- kasus penyimpangan operasional pada perbankan, khususnya fraud yang dapat merugikan Good Corporate Governance 2012 Hal 3055 nasabah atau Bank maka diperlukan peningkatan efektifitas pengendalian intern, sebagai upaya meminimalkan risiko fraud dengan cara menerapkan strategi anti fraud. Kebijakan Anti fraud adalah bagian dari pelaksanaan penerapan Manajemen Risiko tidak dapat dipisahkan dari cakupan penerapan Manajemen Risiko secara umum dan cakupan penerapan Good Corporate Governance. 1. Peran dan Tanggungjawab Dewan Komisaris : Memastikan pengembangan budaya dan kepedulian terhadap Anti fraud untuk seluruh jenjang organisasi yang dilakukan Direksi termasuk penetapan deklarasi Anti fraud dan jalur komunikasi yang memadai untuk seluruh level organisasi tentang perilaku yang dikategorikan tindakan fraud. Pengawasan pelaksanaan penerapan Kode Etik yang terkait pencegahan terjadinya fraud. Pengawasan terhadap pelaksanaan Strategi Anti fraud yang ditetapkan Direksi secara menyeluruh. Menyetujui kaji ulang Kebijakan dan Prosedur Anti fraud yang telah ditetapkan oleh Direksi serta efektifitas pelaksanaan kebijakan. Menerima laporan dari Unit Khusus yang dibentuk Bank bilamana terdapat indikasi kejadian fraud yang diduga melibatkan jajaran Direksi. Memastikan pengembangan budaya dan kepedulian terhadap anti fraud untuk seluruh jenjang organisasi Bank. 2. Peran dan Tanggungjawab Dewan Direksi : Mengembangkan budaya dan kepedulian terhadap anti fraud pada seluruh jenjang organisasi melalui pembuatan statement deklarasi anti fraud dan penyediaan jalur komunikasi yang efektif kepada seluruh jenjang organisasi tentang perilaku yang termasuk tindakan fraud. Menyusun dan melakukan pengawasan atas penerapan kode etik terkait dengan pencegahan fraud kepada seluruh jenjang organisasi. Menyusun dan melakukan pengawasan secara intensif terhadap penerapan strategi anti fraud secara menyeluruh dan mengkaji ulang efektifitas strategi yang diterapkan. Pengembangan sumber daya manusia khususnya yang terkait dengan peningkatan awareness karyawan terhadap fraud termasuk pencegahannya dan pengendalian fraud. Mengembangkan jalur komunikasi yang efisien dan efektif di internal Bank agar seluruh karyawan mematuhi kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan, termasuk kebijakan pengendalian fraud. Penyempurnaan strategi anti fraud, secara khusus terhadap wewenang dan tanggungjawab yang tertuang dalam kebijakan dan SOP. Selain itu pembentukan pelaksana sistem pengendali intern yang berkompeten. Melakukan pengawasan dengan metode tertentu. Penyempurnaan struktur organisasi berbasis four eyes principle. Melakukan perlindungan efektif terhadap whistleblower. Melakukan pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut atas kejadian fraud. 3. Peran dan Tanggungjawab Karyawan : Seluruh karyawan Bank tanpa melihat golongan dan jabatan, memiliki kewajiban untuk memahami, mematuhi dan melaksanakan Kebijakan yang telah ditetapkan Bank dalam pencegahan terjadinya kejadian fraud yang dapat mempengaruhi kinerja operasional Bank dan tingkat reputasi Bank. Seluruh karyawan tanpa melihat golongan dan jabatan, berkewajiban menjaga integritasnya sebagai karyawan Bank dan bekerjasama untuk mencegah segala bentuk tindak kejahatan Bank dan meningkatkan kewaspadaan terhadap kegiatan Good Corporate Governance 2012 Hal 3155 transaksi-transaksi perbankan yang diterima Bank dan penyelesaian transaksi dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Seluruh karyawan berkewajiban memahami jenis-jenis fraud yang terjadi dan kejahatan perbankan yang lain termasuk modus-modus yang sering digunakan sebagai upaya kejahatan yang dapat merugikan Bank. Seluruh karyawan tanpa melihat golongan dan jabatan berkewajiban untuk melaporkan segala indikasi adanya kejadian fraud, baik yang diduga melibatkan karyawan lain, Direksi maupun pihak eksternal Bank kepada Unit Anti fraud melalu mekanisme pelaporan yang sudah ditetapkan. Seluruh karyawan tanpa melihat golongan dan jabatan wajib bekerjasama dan mendukung jika terjadi proses investigasi yang dilakukan oleh pihak -pihak yang telah ditunjuk oleh Bank, termasuk kesediaan memberikan kesaksian secara jujur demi kepentingan Bank dalam penanganan dan penyelesaian kejadian pelanggaran maupun kejadian fraud. C. Uniit – Unit Pengendalian Risiko Pengelolaan risiko kredit bank terutama diarahkan untuk mengantisipasi akibat kegagalan pasangan usaha counterparty memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai kegiatan fungsional bank seperti perkreditan penyediaan dana, tresuri dan investasi bank. Dalam rangka meningkatkan pengendalian terhadap risiko kredit, Bank melibatkan beberapa unit kerja yang terpisah organisasi manajemen risiko kredit untuk meningkatkan proses pengendalian dalam hal pemisahan wewenang dan tanggung jawab, yaitu sbb: 1. Divisi Bisnis adalah Unit bisnis yang melaksanakan aktivitas pemberian kredit atau penyediaan dana. 2. Divisi Credit Analyst adalah Unit yang melakukan review analisa terhadap setiap penyediaan dana dalam jumlah tertentu. 3. Divisi Sistem Prosedur dibentuk untuk pengembangan kebijakan dan prosedur dalam mendukung kegiatan operasional Bank. 4. Divisi Remedial adalah Unit pemulihan kredit yang melakukan penanganan kredit bermasalah. 5. Satuan Kerja Manajemen Risiko adalah Unit Manajemen Risiko yang independen, khususnya yang menilai dan memantau risiko kredit, dan 6. Komite Kredit yang memutuskan pemberian kredit dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebijakan Bank Rencana Bisnis tersebut telah disusun secara realistis, komprehensif serta memperhatikan prinsip kehati-hatian dan responsif terhadap perubahan internal dan eksternal. Rencana Bisnis disusun dengan pertimbanganpertimbangan sbb. : 1. Berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Rencana Bisnis Bank. 2. Memperhatikan faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi kelangsungan usaha Bank. 3. Memperhatikan prinsip kehati-hatian serta prinsip perbankan yang sehat. Bank telah memiliki kebijakan, sistem dan prosedur secara tertulis yang update dan lengkap mengenai penyediaan dana. Bank telah melakukan pemisahan fungsi antara kredit dan marketing terkait aktivitas pembiayaan kredit, maka dibentuk organisasi setingkat divisi yang disebut sebagai Divisi Credit Analyst. Untuk menjaga indepedency dari seluruh proses kredit yang ada, maka Divisi Credit Analyst akan bertanggung jawab langsung ke Direktur Utama dan Bank juga telah melakukan pemisahan-pemisahan wewenang dan tanggung jawab dalam rangka pengendalian risiko kredit, yaitu pemisahan antara fungsi pemutus penyaluran kredit dengan fungsi penyelesaian kredit bermasalah, hal tersebut tercantum dalam kebijakan dan tercermin dalam struktur organisasi Bank . Good Corporate Governance 2012 Hal 3255 Pemisahan Unit Operasional dengan Unit Bisnis Bank juga telah melakukan pemisahan fungsi Unit operasional dengan Unit Bisnis, sehingga pengendalian terhadap risiko operasional atas transaksi-transaksi yang dilakukan dapat dimitigasi dan dikelola dan berjalan secara efektif. IV PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN Dalam pengambilan keputusan dan tindakan untuk kepentingan Bank, Dewan Komisaris dan Direksi menghindari terjadinya benturan kepentingan, Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan Bank untuk Kepentingan pribadi, keluarga dan atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank. Setiap anggota Komisaris yang secara pribadi dengan cara apapun baik secara langsung maupun secara tidak langsung memiliki kepentingan dalam suatu transaksi, kontrak atau kontrak yang diusulkan, dalam mana bank menjadi salah satu pihaknya, wajib menjelaskan tentang sifat kepentingannya tersebut dalam Rapat Dewan Komisaris dan menyatakan untuk tidak berhak ikut dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan transaksi atau kontrak tersebut. Selama tahun 2012 tidak terdapat transaksi atau kondisi terkait yang mengandung benturan kepentingan. Dalam mencegah dan penanganan benturan kepentingan diantara elemen-elemen pada Bank telah diatur sebagai berikut :

A. Pembuatan pedoman Code of Conduct