Good Corporate Governance 2012
Hal 3955
a. Pengawasan aktif oleh Komisaris dan Direksi 1.
Pengawasan Aktif Komisaris
Menyetujui kebijakan Manajemen Risiko termasuk strategi dan kerangka Manajemen Risiko yang ditetapkan sesuai dengan tingkat risiko yang diambil risk appetite dan
toleransi risiko risk tolerance Bank. Memantau dan mengevaluasi Kebijakan Operasional Bank yang dilakukan oleh Direksi.
Konsisten untuk menyelenggarakan Rapat Berkala dengan Direksi untuk mengevaluasi pencapaian tindak lanjut setiap rencana kerja action plan.
Memastikan bahwa pendelegasian wewenang dan tanggung jawab berjalan dengan efektif sesuai jenjang organisasi.
Optimalisasi fungsi Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi Nominasi dengan memberikan masukansaran kepada Dewan Komisaris melalui proses
penelaahan sesuai rencana kerja. Memastikan saran rekomendasi setiap Laporan Hasil Pemeriksaan LHP Auditor Internal
Eksternal telah ditindaklanjuti.
2. Pengawasan Aktif Direksi
Menyusun kebijakan, strategi, dan kerangka Manajemen Risiko dengan memperhatikan tingkat risiko yang diambil risk appetite dan toleransi risiko risk tolerance Bank.
Memantau, mengevaluasi dan memastikan Rencana Bisnis Bank, Strategi, dan Action Plan telah dilakukan sesuai rencana melalui rapatpertemuan berkala dan kunjungan ke
jaringan kantor. Memastikan Standar Operasional Prosedur SOP, Kebijakan dan Prosedur telah dipahami
dan dilaksanakan dengan benar oleh seluruh karyawan. Memastikan bahwa pendelegasian wewenang dan tanggung jawab berjalan dengan efektif
sesuai jenjang organisasi. Memastikan dan melaksanakan langkah perbaikan atau rekomendasi dari Audit Internal
maupun Ekternal telah dilaksanakan dengan efektif. Melakukan kunjungan mendadak ke jaringan kantor untuk mengetahui dan menyakini
proses kegiatan operasional berjalan dengan baik dan sesuai kebijakan dan prosedur Bank. Mengembangkan budaya manajemen risiko dan meningkatkan kesadaran risiko pada
seluruh jenjang organisasi. Pengawasan aktif Direksi tersebut dilakukan melalui unit kerja masing-masing Direktur
bidang.
b. Kecukupan Kebijakan Prosedur dan Penetapan Limit
Penetapan mengenai kebijakan, prosedur serta limit risiko yang ditetapkan oleh Bank sejalan dengan visi, misi, dan strategi bisnis Bank. Penyusunan kebijakan dan prosedur tersebut dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal antara lain jenis, kompleksitas kegiatan usaha, profil risiko, dan tingkat risiko yang diambil serta peraturan Bank Indonesia yang berlaku.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Bank dalam pemenuhan kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit adalah sebagai berikut :
1.
Pembentukan Divisi Sistim Prosedur yang memiliki tugas dan tanggung jawab utama untuk membuat, mengembangkan, dan mengupdate seluruh kebijakan dan prosedur terkait aspek
operasional dan kredit. 2.
Mensosialisasikan SOP melalui internal training. 3.
Memastikan bahwa otorisasi limit-limit telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan batas wewenang yang telah ditetapkan.
c. Kecukupan Proses Identifikasi Pengukuran Pemantauan Sistem Informasi Manajemen Risiko
Bank memiliki kebijakan manajemen risiko sesuai ukuran dan kompleksitas serta risiko usaha. Prosedur berbasis risiko pada semua produkaktivitas yang mengandung risiko dan dievaluasi
sesuai kebutuhan.
Good Corporate Governance 2012
Hal 4055
Bank melakukan identifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko Bank terhadap aktivitas dan produk baru sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan-peraturan
lainnya. Dengan uraian sebagai berikut : 1.
Memastikan setiap produk dan aktifitas baru telah dilakukan kajian kepatuhan dan manajemen risiko.
2. Memastikan bahwa proses pelaporan keuangan dan kegiatan operasional telah akurat dan
tepat. 3.
Memberikan perhatian yang lebih pada potensi risiko yang dinilai tinggi pada aktivitas Bank seperti kegiatan operasional dan perkreditan.
d. Sistem Pengendalian Internal
Bank telah memiliki sistem pengendalian intern yang mencakup pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, DivisiBiro dan unit kerja terkait, dimana masing-masing maupun fungsi kontrol
utamanya melekat pada masing-masing Pejabat risk owner secara berjenjang, sebagai berikut : 1.
Mengevaluasi Struktur Organisasi dan kecukupan jumlah Sumber Daya Manusia karyawan dan melengkapi wewenang, uraian tugas dan tanggung jawab seluruh karyawan dan limit-limit
berdasarkan jenjang organisasi. 2.
Audit Internal melakukan pemeriksaan berdasarkan metodologi Risk Based Bank dan melakukan pemeriksaan terhadap unit-unit kerja dan cabang.
3. Internal Kontrol melakukan pemantauan secara harian terhadap transaksi harian.
4. Menerapkan sistem pengendalian internal yang terintegrasi pada setiap jenjang organisasi dan
berfungsinya divisi independen, seperti SKAI, Satuan Kerja Manjemen Risiko SKMR, Divisi Kepatuhan, dan Internal Control. Selain itu dukungan teknologi informasi online serta keterampilan karyawan di
semua bidang, diharapkan dapat mengidentifikasi dan memitigasi risiko operasional.
5. Meningkatkan dan mengefektifkan hasil rapat Komite Manajemen Risiko KMR dengan cara
menindaklanjuti setiap hasil pertemuan KMR kepada unit-divisi terkait dan melakukan evaluasi hasil perbaikan atau mitigasi yang telah dilakukan secara efektif.
6. Mendorong divisi risk taking unit untuk selalu mempunyai budaya risiko dalam bertidak dan
berperilaku dengan memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi dalam setiap pengambilan keputusan
7. Memasukkan penilaian oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko SKMR dalam opini Direktur Kepatuhan
dalam proses pencairan kredit dan transaksi treasury untuk jumlah tertentu 8.
Melakukan pemantauan risiko likuiditas yang dilakukan dengan berbagai teknik seperti maturity gap, daily cashflow, LDR dan stress-test ataupun simulasi terhadap perkembangan likuiditas Bank.
Selama tahun 2012, Bank telah melakukan usaha perbaikan dan mitigasi terhadap potensi risiko-risiko yang bisa merugikan Bank baik di bidang risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko reputasi, risiko strategik dan risiko kepatuhan.
Risiko Kredit Risiko akibat kegagalan debitur danatau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko
ini bersumber dari beberapa aktivitas seperti perkreditan penyediaan dana, transaksi treasury serta investasi yang dilakukan Bank. Dalam upaya memperkuat aspek pengendalian risiko Bank telah
meningkatkan fungsi Satuan Kerja Manajemen Risiko sebagai pihak independen dalam proses penyediaan dana dengan memberikan opini atas kredit dan transaksi tresuri dalam jumlah tertentu,
serta memantau eksposur kredit yang signifikan. Masukan diberikan kepada risk taking unit secara langsung dalam Rapat Komite Manajemen Risiko yang dilakukan secara rutin setiap bulan.
Risiko Pasar Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan
secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank seperti
kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana, dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang.
Untuk mengelola risiko pasar, Bank melakukan identifikasi dan pemantauan dan mengembangkan early warning system untuk memantau perubahan atau dampak perkembangan tingkat suku bunga
secara harian, mingguan ataupun bulanan yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga surat berharga dan pendapatan bunga bersih portofolio aktiva produktif Bank.
Good Corporate Governance 2012
Hal 4155
Risiko Likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas danatau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:
1.
Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau
gangguan pasar market disruption 2.
Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.
Adanya ketidaksesuaian antara jangka waktu penghimpunan dana pihak ketiga dengan jangka waktu penyaluran kredit yang diberikan dapat menyebabkan masalah likuiditas yang mempengaruhi
kemampuan Bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Untuk mengantisipasi hal tersebut Bank melakukan beberapa strategi antara lain meningkatkan simpanan pada jangka waktu yang lebih
panjang, mengintensifkan penagihan kepada debitur bermasalah dan terhadap kelebihan dana yang dimiliki diinvestasikan pada surat-surat berharga yang mempunyai imbal hasil yang tinggi serta rating
yang baik.
Pemantauan risiko likuiditas juga dilakukan dengan berbagai teknik seperti maturity gap, daily cahflow, LDR dan stress-test ataupun simulasi terhadap perkembangan likuiditas bank. Selain itu untuk
mengelola risiko likuiditas selama 2012 Bank juga menambah money market line yang ada dan membuka line baru dengan beberapa Bank dengan prinsip saling menguntungkan.
Risiko Operasional
Risiko akibat ketidakcukupan danatau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, danatau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional
Bank. Risiko operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem
informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia. Seiring dengan pertumbuhan Bank, pengelolaan risiko operasional juga menjadi perhatian Bank.
Untuk mencegah kerugian karena adanya risiko operasional maka Bank melakukan pelatihan kepada segenap jenjang karyawan secara berkala untuk memahami sistem dan prosedur.
Efektivitas pengawasan melekat oleh supervisor terhadap bawahan merupakan hal yang menjadi perhatian Direksi dan Komisaris Bank. Selain itu melalui penerapan sistem pengendalian intern yang
terintegrasi pada setiap jenjang organisasi dan berfungsinya divisi independen seperti SKAI, Satuan Kerja Manjemen Risiko SKMR dan Divisi Kepatuhan. Selain itu dukungan teknologi informasi on line
serta ketrampilan karyawan disemua bidang, diharapkan dapat mengidentifikasi dan memitigasi risiko operasional.
Risiko Hukum
Risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis. Untuk meminimalkan risiko hukum, Bank selalu memperhatikan kelengkapan aspek hukum terutama yang berkaitan dengan transaksi
perikatan perjanjian dengan nasabah dan debitur serta kelengkapan dokumen.
Risiko Reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Optimalisasi fungsi unit pengaduan nasabah, merupakan salah satu
usaha yang dilakukan Bank untuk meningkatkan pengelolaan risiko reputasi. Unit ini berfungsi untuk menerima dan menyelesaikan keluhan dari nasabah Bank terkait dengan
produk dan pelayanan Bank
Risiko Stratejik
Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Bank selalu berupaya melakukan review strategi bisnis dari waktu ke waktu baik secara triwulanan maupun secara tahunan yang disesuaikan dengan perubahan internal maupun
eksternal Bank. Review dan peyempurnaan ini mencangkup perubahan proses bisnis, struktur organisasi, dan struktur wewenang. Kesemuanya itu terangkum dalam rencana
bisnis Bank dalam rangka mitigasi risiko yang penerapannya dipantau dari waktu ke waktu dan ditujukan untuk memperkecil risiko strategik Bank. Risiko strategik ini antara lain
disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.
Risiko Kepatuhan
Risiko akibat Bank tidak mematuhi danatau tidak melaksanakan peraturan perundang- undangan dan ketentuan yang berlaku.
Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan
melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan seperti risiko
Good Corporate Governance 2012
Hal 4255
kredit terkait dengan ketentuan KPMM, PPAP, BMPK. Risiko Pasar terkait dengan Giro Wajib Minimum GWM, risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja dan anggaran
tahunan RKAT Bank dan risiko lainnya yang terkai dengan ketentuan tertentu. Dalam rangka meningkatkan pengelolaan terhadap risiko kepatuhan, Bank senantiasa memperkuat
struktur organisasi dan jajaran SDM, melakukan penyempurnaan terhadap peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada serta melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran karyawan
baik melalui pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal dan sebagainya
Dalam hal pemenuhan kewajiban sertifikasi manajemen risiko sesuai PBI No. 725PBI2005 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank, sampai dengan akhir tahun 2012 seluruh
Dewan Komisaris dan Direksi telah mengikuti program eksekutif manajemen risiko. Karyawan Bank yang telah diikutsertakan pada ujian Sertifikat Manajemen Risiko pada tahun 2012 adalah sebanyak 123 orang.
Perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi berdampak pada peningkatan risiko penyalahgunaan sarana dan produk perbankan untuk membantu tindak kejahatan. Untuk memitigasi risiko
tersebut Bank menekankan penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme secara konsisten. Program ini merupakan penyesuaian dari program Know Your Customer yang selama ini
diterapkan Bank sehingga pada akhirnya Bank dapat beroperasi secara sehat dan berperan dalam meningkatkan stabilitas sistem keuangan.
Bank senantiasa mendorong jaringan kantor untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan standard operating prosedure SOP dan melakukan sosialisasi secara berkala kepada karyawan Bank untuk meningkatkan
pemahaman dan meminimalkan potensi risiko pada aktifitas operasional kantor cabang sekaligus menjaga kualitas layanan kepada nasabah. Karyawan juga didorong untuk meningkatkan risk awareness dan
senantiasa melakukan dual control dalam melakukan validasi kebenaran transaksilaporan.
Berkaitan dengan kegiatan operasional, Bank selalu memperhatikan kepatuhan terhadap ketentuan- ketentuan yang berlaku antara lain:
1. Melakukan pemantauan terhadap terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan prudential banking,
antara lain dalam hal permodalan CAR, Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK, Giro Wajib Minimum GWM, Rasio Kredit Bermasalah NPL dan beberapa ketentuan lainnya yang diatur oleh Bank
Indonesia.
2. Memperhatikan, memantau transaksi-transaksi tunai dan transaksi mencurigakan yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang. 3.
Melaksanakan pemenuhan Prinsip Mengenal Nasabah KYC dan ketentuan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Teroris APU-PPT.
Sistem pengawasan internal merupakan komponen penting dalam manajemen Bank dan menjadi acuan dalam kegiatan operasional yang sehat dan aman. Dengan pengawasan yang baik diharapkan mampu
mendukung pencapaian sasaran dan kinerja yang ditetapkan manajemen, menambah kepercayaan bagi manajemen dan mendorong kepatuhan pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta meminimalisir risiko kerugian yang timbul melalui proses pengelolaan risiko yang akurat dan memadai. Dewan Komisaris dan Direksi Bank meyakini bahwa kinerja yang baik dan peningkatan nilai perusahaan hanya
dapat dicapai melalui penerapan tata kelola perusahaan secara baik dan benar. Salah satu implementasinya adalah sistem pengawasan internal yang dilaksanakan secara memadai dan sesuai dengan kompleksitas
usaha Bank. Direksi bertanggung jawab untuk menerapkan sistem pengawasan internal yang baik pada setiap kegiatan
usaha Bank di seluruh tingkatan atau jenjang organisasi, senantiasa memastikan bahwa sistem pengawasan internal telah dijalankan secara efisien dan efektif, memastikan pelaksanaan prosedur secara tertib serta
mempertahankan lingkungan yang menunjang dalam upaya pengawasan internal. Penilaian secara terpisah dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Internal SKAI sebagai internal audit Bank sesuai dengan rencana kerja
audit yang telah disetujui oleh manajemen. Sedangkan Dewan Komisaris bertanggung jawab terhadap
Good Corporate Governance 2012
Hal 4355
pengawasannya, dibantu oleh komite-komite yang telah dibentuk, yaitu Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko.
Seluruh karyawan Bank Victoria International adalah bagian tak terpisahkan dari Sistem Pengawasan Internal dan dalam tugas fungsionalnya sehari-hari wajib mempelajari dan memahami Kebijakan dan Prosedur ini
sehingga dapat memiliki kesamaan pemahaman dan persepsi dalam implementasinya serta tercapai keseimbangan yang baik antara kualitas layanan kepada nasabah dengan tidak mengabaikan kualitas
administrasi terutama transaksi yang mengandung risiko. Pedoman ini dalam perkembangannya dapat mengalami perubahan dan perbaikan sesuai dengan kondisi dan
kepatuhan. Setiap masukan yang mengarah kepada perbaikan dan kemajuan isi pedoman ini sangat dihargai dan dipertimbangkan sebagai bahan revisi. Demikian seterusnya sehingga selalu terjadi langkah-langkah
perbaikan yang berkesinambungan.
IX PENYEDIAAN DANA KEPADA PIHAK TERKAIT RELATED PARTY DAN PENYEDIAAN DANA
BESAR LARGE EXPOSURE
Selama tahun 2012, tidak terdapat pelampauan maupun pelanggaran terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit BMP,K pada Bank, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur hal tersebut. Bank juga
senantiasa melakukan diskonsentrasi pinjaman kepada individu, kelompok atau industri untuk meminimalisasi risiko. Jumlah total penyediaan dana kepada pihak terkait related party dan debiturgroup
ini per 31 Desember 2012, adalah sebagai berikut:
DEBITUR NOMINAL Rp
Jutaan DEBITUR
NOMINAL Rp Jutaan
1 Kepada Pihak Terkait 15
36,564 10
39,168 2 Kepada Debitur Inti
a. Individu 16
1,097,946 25
1,941,740 b. Group
9 1,279,478
15 1,015,529
2011 PENYEDIAAN DANA
No.
Penyediaan dana kepada pihak terkait meliputi kredit, penyertaan, fasilitas antar bank
2012
X TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN BANK, LAPORAN
PELAKSANAAN GCG DAN PELAPOPRAN INTERNAL
D. Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga anggota Dewan Komisaris dan Direksi