43
Slamet 2000 menngambarkan kondisi yang perlu menjadi perhatian dalam proses adopsi agar tetap menjadi efektif harus didasari motivasi penerima.
Namun dalam proses adopsi dan transfer peningkatan pengetahuan teknolgi integrasi kopi-sapi potong, petani peternak tidak langsung menerima.
Akan tetapi melaui proses dan tahapan pendampingan petugas dan stakeholder terkait yang dimulai dengan mendapat informasi, melihat dan
mencoba serta meneraokan secara langsung baru duyakini dapat memberi manfaat dan keuntungan langsung. Keputusan petani untuk menerima atau
menolak teknologi baru bukan tindakan sekali jadi, melainkan merupakan proses yang terdiri dari serangkaian tindakan dalam jangka waktu tertentu
sampai diterapkannya teknologi yang didiseminasikan tersebut Kenneth, 2009.
Seperti halnya pengembangan model inovasi integrasi kopi-sapi potong
sebagai model diseminasi
pengembangan pertanian perdesaan dilakukan melalui pembinaan petani peternak dan pendampingan inovasi
teknologi, pertemuan dan pengawalan inovasi terkait serta pembinaan
terhadap kelembagaan
agribisnis atau kelompoktani ternak
terkait dan
tersedianya informasi teknologi tepat guna spesifik lokasi yang dapat diterima langsung adopsi atau dari dampak diseminasi difusi secara lebih baik.
Dimana kecepatan adopsi dan difusi inovasi teknologi berkaitan dengan persepsi petani terhadap sifat-sifat dan faktor lingkungan strategis inovasi itu
sendiri juga merupakan hal yang perlu menjadi perhatian Fagi, 2008. Selain itu aspek lokasi pengguna dengan sumber informasi serta sistem dan nilai-
nilai norma sosial juga turut memberi pengaruh dalam proses adopsi inovasi oleh pengguna Subagiyo
et al., 2005.
4.2.5. Umpan balik
Penggalian umpan balik dilakukan pada tanggal 4 November 2014 di Aula pertemuan BP2KP. Peserta yang hadir adalah seluruh Korluh BPP dan
PPL se-Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Adapun umpan balik dari DP3K Kabupaten Mukomuko terhadap kegiatan m -
P3BI adalah sebagai berikut : 4.
Agar teknologi menyebar secara merata di Kabupaten Mukomuko, adanya demplot pada berbagai Kelompok Tani atau pada setiap Gapoktan.
44
5. Perlu pembinaan lanjut kepada petani kooperator tentang penggunaan
VUB, pembuatan kompos, pemupukan spesifik lokasi. 6.
Diharapkan kepada BPTP selain mengkaji dilahan rawa juga mengkaji dilahan sawah irigasi.
Sedangkan umpan balik dari BP2KP Kabupaten Mukomuko terhadap kegiatan m-P3BI adalah sebagai berikut :
4. Pembinaan terhadap semua penyuluh di masing-masing BPP di Kabupaten Mukomuko agar semua penyuluh mengetahui teknologi PTT
rawa. 5. Selain pembinaan terhadap penerapan teknologi padi rawa, diharapkan
juga penerapan teknologi yang lain seperti teknologi budidaya jagung dan kedelai.
Setiap lokasi demplot melibatkan semua penyuluh yang ada di wilayah kerja tidak hanya melibatkan penyuluh di Desa Binaan saja
45
V. KESI MPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Melalui diseminasi m-P3BI lahan rawa
telah dapat meningkatkan produktivitas lahan rawa lebak diari I P indek pertanaman 2 Padi–Padi
menjadi I P 2,5 Padi-Jagung-Padi di Kabupaten Muk0omuko 2. Melalui pendampingan dan pembinaan m-P3BI
padi rawa lebak produktivitas padi di lahan rawa lebak meningkat 2,92 – 6,27 t ha GKP
atau 143,84 - 308,87 . 3. Pengembangan inovasi padi rawa lebak dapat meningkatkan keuntungan
usahatani sebesar
Rp. 4.545.323,-
sampai Rp. 23.975.323,-
rupiah sebelum = Rp. 13.903.126,-
sesudah = Rp. 18.448.449,- sampai Rp. 37.878.449,-.
4. Pengembangan model pertanian perdesaan berbasis inovasi padi rawa lebak dapat menumbuhkan simpul-simpul penunjang agribisnis seperti
halnya penangkar benih, serta peluang lapangan kerja sebagai penangkar dan penyalur benih.
6. Pengembangan model pertanian perdesaan berbasis inovasi integrsai kopi- sapi potong, telah didiseminasi melalui perangkat jalur komunikasi petugas
lapang, dinas terkait dan kelompotani dengan jangkauan luasan informasi inovasi teknologi tersebar pada 6 kelompoktani ternak di 5 desa dalam
wilayah Kecamatan Kabawetan yang merupakan wilayah sentra kopi dan kawasan produksi ternak Kabupaten Kepahiang.
7. Melalui pendampingan dan pengawalan serta percontohan inovasi integrasi kopi-sapi potong telah dapat meningkatkan pengetahuan pengguna
berdasarkan indikator kinerja sebesar 144 sebelumnya 30,52 , seudahnya menjadi 74,53 dan setelah melalui uji statistik pada tingkat
kesalahan 1 memperlihatkan peningkatan yang signifikan dimana nilai t hitung t table 0,000 0,01.
8. Melalui penerapan diseminasi inovasi pakan tambahan memanfaatkan limbah kopi dan dedak padi difermentasi telah dapat meningkatkan
produktivitas PBBH sapi Bali dari 0,339 menjadi 0,604 kg ekor hr terjdadi pingkatan 0,265 kg ekor hr dan sapi Simenthal dari 0,491
menjadi 0,792 kg ekor hr terjdadi pingkatan 0,301 kg ekor hr.