47
VI . KI NERJA HASI L KEGI ATAN
6.1. m- P3BI Padi Lahan Raw a
1. Kegiatan m-P3BI dilakukan pada kelompok tani Jadi Makmur dengan
melibatkan petani secara langsung, sehingga semua kegiatan yang dilakukan dapat diikuti oleh petani kooperator. Pada kegiatan petak
percontohan demplot, setiap tahap kegiatan
yang akan dilakukan,
diskusikan dahulu bersama dengan petani kooperator dan diskusinya dilakukan pada saat pertemuan dengan petani pada malam hari sesuai
dengan kebiasaan pertemuan yang dilakukan petani. 2.
Berdasarkan pengamatan terhadap pertumbuhannya, tanaman padi rawa I npara 2 tumbuh dengan baik. Kondisi ini diketahui oleh petani
kooperator, karena petani kooperator selalu mengamati dan memelihara tanaman secara langsung.
3. I novasi teknologi yang diterapkan adalah inovasi teknologi PTT Padi
Rawa. Berdasarkan informasi dari petani kooperator tentang sistem tanam legowo yang dilakukan di kelompok tani Jadi Makmur cukup baik,
banyak petani sekitar yang mengikuti cara penanaman seperti yang dilakukan kelompok tani Jadi Makmur. Agar penanaman dan sistem
tanamnya sama seperti yang dilakukan kelompok tani Jadi Makmur, untuk penanamannya menggunakan petani penanam dari kelompok tani Jadi
Makmur. 4.
Melihat kondisi di lapangan yang demikian, tim m-P3BI menindak lanjutinya dengan melakukan pertemuan petani pada kelompok tani difusi
guna menjelaskan secara rinci inovasi teknologi PTT Padi Rawa. Dengan adanya penjelasan tersebut maka inovasi teknologi yang diterapkan
kelompok tani difusi sama dengan kelompok tani Jadi Makmur.
6.2. m- P3BI I ntegrasi Kopi- Sapi Potong
Pengembangan model pertanian perdesaan berbasis inovasi m-P3BI integrasi kopi-sapi potong pada sentra kopi dan kawasan produksi peternakan
Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang telah mendorong : 1. Peningkatan sinergi program daerah dan pusat dalam pengembangan
usahatani berbasis integrasi tanaman kopi ternak sapi potong.
48
2. Peningkatan pengetahuan petani peternak dalam pengembangan inovasi teknologi integrasi kopi-sapi potong, terutama dalam hal pengolahan dan
pemanfaatan limbah kulit kopi untuk pakan sapi potong dan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik kompos bagi lahan kopi.
3. Minat peternak untuk memberikan pakan tambahan bagi ternak sapi dengan memanfaatkan limbah kulit kopi setelah terlebih dahulu diferrntasi,
karena dapat memberikan keuntungan dari efisiensi penggunaan hijauan menjadi 50 dan peningkatan pertambahan berat badan sapi.
4. Minat masyarakat di wilayah sentra kopi untuk menerapkan inovasi pemumpukan melalui pemberian pupuk organik pada lahan perkebunan
kopi 5. Peningkatan keterampilan petani peternak dalan usahatani tanaman kopi,
usaha ternak sapi potong, pemanfaatan limbah tanaman dan ternak serta pengolahan pakan ternak dan pupuk organik berbahan lokal limbah
usahatani spesifik lokasi. 6. Motivasi petani dan peternak untuk meningkatkan kerjasama kelompok
kelembagaan serta peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja terkait. 7. Kompetensi penyuluh dan petugas lapang terhadap inovasi teknologi
integrasi kopi-sapi potong serta penyebarannya di wilayah kerja terkait
49
VI I . DAFTAR PUSTAKA
Badan Libang Pertanian. 2011. Paduan Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel
SDMC. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Badan Libang Pertanian. 2013. Panduan Umum Model Pengembangan Pertanian
Perdesaan Melalui I novasi m-P3MI . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kemeterian Pertanaian. Jakarta
Balittra. 2013. Usaha Tani Padi Di Lahan Rawa Kecamatan Anggana Kabupaten
Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Balai Penelitian Lahan Rawa
Kalimantan Selatan. Banjar Baru. BPS Prov. Bengkulu. 2012.
Bengkulu Dalam Angka Tahun 2012. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Bupati Kepahiang. 2010. Peraturan Daerah Nomor…. Tentang Kawasan Produksi
Peternakan Kabupaten Kepahiang. Pemerintah Kabupaten Kepahiang. Kepashiang.
Departemen Pertanian. 2006. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Dinas Peternakan dan Keswan Prov. Bengkulu. 2012. Laporan Tahun 2013. Dinas
Peteternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu. Bengkulu. Dinas Peternakan dan Perikanan Kepahiang, 2014.
Data Perkembangan populasi dan Produksi Ternak Kepahiang. Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Kepahiang. Kepahiang. Direktorat Bina Produksi Peternakan, 2002.
Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan.
Direktorat Bina Produksi Peternakan. Diirjen Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta
Diwjanto K. dan Eko Handiwirawan, 2004. Peran Litbang dalam Agribisnis Pola
I ntegrasi Tanaman – Ternak. Makalah Seminar – Ekspose Nasional Sistem I ntegrasi Tanaman- Ternak. Denpasar Bali Juli 2004.
Diwjanto K. dan Eko Handiwirawan, 2004. Peran Litbang dalam Agribisnis Pola I ntegrasi Tanaman – Ternak. Makalah Seminar – Ekspose Nasional Sistem
I ntegrasi Tanaman- Ternak. Denpasar Bali Juli 2004. Fagi, A. M. 2008.
Alternatif Teknologi Peningkatan Produksi Beras Nasional. I ptek Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengambangan Tanaman Pangan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Vol.3 No.1 Fagi,A,M,.Subandrio, Rusastra, Wayan.2009. Sistem I ntegrasai Ternak Tanaman:
Sapi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Bogor
Fawzia, S. 2002. Revitalisasi Fungsi I nmformasi dan Komunikasi Sert a Diseminasi
Luaran BPTP
.
Makalah di Sampaikan Pada Ekspose dan Seminar Teknologi Pertanian Speszifik Lokasi., 14 – 15 Agustus 2002 di Jakarata. Pusat
Penelitiuan dan pengembanag Sosial Ekonomi. Bogor.
50
Gunawan dan Sulastiyah, A. 2010. Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Melalui
Pola I ntegrasi Tanaman Ternak Dan Pembangunan Kawasan Peternakan. Jurnal I lmu I lmu Pertanian , Volume Enam, Nomor 2, Desember 2010.
Sekolah Tinggr Penyuluhan Pertanian Magelang, Jurusan Penyuluhan Perlanian Yogyakarta. Yokyakarta., 157-168.
Haryanto, B., I . I nounu, I .G.M. Budiarsana, dan K. Diwyanto. 2003. Panduan Teknis
SI PT. Badan Penelitaian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Hendayana, R. 2009. Analisis Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi
Percepatan Adopsi Teknologi Usaha Ternak: Kasus pada Usaha Ternak Sapi Potong di Boyolali, Jawa Tengah Laporan Hasil Penelitian. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Petanian. Bogor.
Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan
Tanaman Terpadu SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2013. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian. Jakarta
Kementerian Pertanian. 2010. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Republik
I ndonesia. Kementerian Pertanian. Jakarta. Kenneth F.G Masuki. 2009. Determination of Farm-level Adaption of Water Systems
I nnovation in Drayland Areas, The Case of Makaya Watershed in Panngani
River Basin., Tanzania. Makka, D. 2004.
Prospek Pengembangan Sistem I ntegrasi Peternakan Yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Sistem I ntegrasi Tanaman-Ternak.
Denpasar, 20-22 Juli 2004. Puslitbang Peternakan, BPTP Bali dan Casren. p.18-31
Mariyono dan Endang Romjali. 2007. Petunjuk Teknis Teknologi I novasi ‘Pakan
Murah’ Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta
Pasandaran, E., A. Djayanegara, K. Kariyasa dan F. Kasryno. 2006. I ntegrasi
Tanaman Ternak di I ndonesia. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Pemkab Mukomuko. 2014. Profil Desa Tirta Mulya Kecamatan Air Manjunto Kabupaten Mukomuko
Puslitkoka. 2005. Budidaya Tanaman Kopi Unggul. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Rai Yasa, I M. dan Guntoro, S. 2006.
Tingkat Pendapatan Petani Ternak dengan Pemberian Limbah Kulit Kopi Pada Ternak Sapi. Prosd. Lokakarya Nasional
Pengembangan Jaringan Litkaji Sistem I ntegrasi Tanaman-Ternak Tahun 2006. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Riduwan dan Alma, B. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung.
Safa’at, N., S. Maryanto dan P. Simatupang. 2003. Dinamika I ndikator Ekonomi
Makro Sektor Pertanian dan Kesejahteraan Petani. Dalam Analisis Kebijakan
51
Pertanian I : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Bogor. Sardiman, 2001.
I nteraksi dan motivasi belajar mengajar. Penerbit CV.Grafindo. Jakarta.
Slamet, M. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan
Pembangunan. Penerbit Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. Subagiyo, dkk. 2005.
Kajian Faktor-Faktor Sosial yang Berpengaruh Terhadap Adopsi I novasi Usaha Perikanan Laut di Desa Pantai Selatan Kabupaten
Bantul, Daerah
I stimewa Yogyakarta.
Jurnal Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 8 No 2. Pusat Penelitian dan
Penembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Suboyo, I . 2007.
Peran Ruminansia Dalam Sistem Pertanian. Journal Ternak Tropika Vol. 6 No. 2; 71-78, 2007. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Malang. Tjitropranoto, P. 2000.
Strategi Diseminasi Teknologi dan I nformasi Pertanian
.
Balai Pusat Pengkajian Teknologi Pertanian. Bogor Umiyasih, U., Gunawan, D.E. Wahyono, Y.N. Anggraini dan I .W. Mathius. 2004.
Penggunaan Bahan Pakan Lokal Sebagai Upaya Effisiensi Pada Usaha Perbibitan Sapi Potong Komersial. Prosd. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner, 4-5 Agustus 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
52
VI I I . ANALI SI S RESI KO
Analisis resiko dalam diseminasi hasil inovasi sangat membantu dalam pencapaian dan pelaksanaan kegiatan, untuk dapat mengantisipasi berbagai resiko
yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan diseminasi, kemudian apa penyebab dan dampaknya telah disusun daftar dan analisis penanganan resiko
berdasarkan tahapan kegiatan, strategi, penyebab dan dampak baik secara antisipatif maupun responsif Tabel 7.
Tabel 7. Analisis penanganan resiko dalam pelaksanaan diseminasi hasil model pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi m-P3BI padi rawa
lebak dan integrasi kopi-sapi potong di Bengkulu Tahun 2014
No Tahapan
kegiatan I dentifikasi
resiko Penyebab
Dampak Penanganan
risiko
1. Sosialisasi
Petani belum memahami
kegiatan Kurang
memahami peteunjuk
pelaksnaan Pelaksanaan
tidak sesuai perencanaan
Penjelasan lebih rinci tentang
pelaksanaan kegiatan
2. Pembibitan
Produktivitas yang dicapai
rendah Bibit yang
digunakan bukan untuk
lahan rawa Produksi
rendah Penggunaan
bibit varitas padi rawa
3. Hama dan
penyakit Petani banyak
belum memahami
jenis pestisida yang
digunakan Petani belum
mengerti bahan aktif dari
pestisida yang digunakan
Penggunaan pestisida
sembarangan bergantung
merek dagang
Penjelasan tentang
pestisida dan bahan aktif
sesuai pedoman
4. Pemupukan
Petani belum tau konversi
pupuk tunggal ke majemuk
Petani belum tahu cara
menghitung konversi pupuk
Tidak efisiennya
penggunaan pupuk
Memberikan pelatihan cara
menghitung konversi pupuk
5. Pemerataan
informasi teknologi
Sebagian kecil anngota
kelompok yg memahami
teknologi budidaya padi
rawa I nformasi
terbatas pada ketua kelompok
tani saja Anggota klpk
belum dapat informasi
teknologi budidaya
padi rawa secara utuh
Memberikan informasi inovasi
terkait saat pertemuan
kelompok dan demontrasi
dilahan usaha
6. Keyakinan
terhadap teknologi
Petani tidak mau
menerapkan sebelum
melihat sendiri kekuatan
teknologi Kurangnya
percontohan kegiatan
budidaya padi rawa yang
produktivitas tinggi
Produktivitas yang dicapai
tetap rendah Mengundang
petani setiap ada pertemuan
dan pelaksanaan kegiatan
diseminasi sampai panen
…… Lanjut ke … halaman 53 ….....
53 …..
Lanjutan Tabel 7 …….
No Tahapan
kegiatan I dentifikasi
resiko Penyebab
Dampak Penanganan
risiko
7. Koordinasi
dan sosialisasi
Pengembangan ternak sapi
pada sentra kopi tidak
merata I nformasi
perkembangan sapi disentra
kopi tidak akurat
Analisis kajian tidak
sesuai yang diharapkan
Melengkapi data informasi ternak
sapi pada sentra tanaman kopi
8. I dentifikasi
lokasi Permasalahan
lapangan tidak sesuai dengan
informasi terdahulu
Rekapan informasi tidak
menggambarka n permasalahan
sebenarnya Terkendala
penetapan kooperator
dan lokasi kegiatan
Pelaksanaan kegiatan
disesuaikan dengan
permasalahan yang ada
9. I mplemen
tasi kegiatan di
lapangan Kooperator
belum memahami
teknologi integrasi
Belum adanya sosialisasi
inovasi integrasi ternak-tanaman
Tujuan kegiatan
tidak tercapai Peningkatan
pemahaman tentang inovasi
teknologi integrasi
10. Pengem
bangan diseminasi
inovasi Tidak semua
petani peternak
menerapkan inovasi
Petani peternak Belum
mengalokasikan anggaran
opersional Lambatnya
pengembang an diseminasi
inovasi Sinergi dengan
DisNak-Kan, terkait
pendukung kegiatan
54
I X. JADUAL KERJA
No Kegiatan
Bulan Kegiatan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11 12
1
Persiapan
x x
- penyempurnaan proposal
x
- review data skunder
x x
- perencanaan lapangan
x x
2
Pelaksanaan
x x
x x
x x
x
Hunting dan pemantapan lokasi
x
Penentuan kooperator
x
Susialisasi kegiatan
x
Pengenalan perlakuan
x x
Demplot
x x
x x
x x
x
Pembinaan dan pengawalan
x x
x x
x x
x
Penyebaran inovasi
x x
x x
x x
x
3
Pengolahan data
x x
x x
x x
4
Penulisan laporan
x
5
Seminar hasil
x
6
Penggandaan laporan
x
55
X. PEMBI AYAAN 10. Rencana Anggaran Belanja RAB
dalam ribuan rupiah
No URAI AN
Volume Harga
Satuan Jumlah
Rp
1. Belanja Bahan 521211
83.600
• Bahan sarana produksi pendukung lainnya
1 keg 58.600
58.600 •
Bahan ATK dan komputer Suply 1 tahun
10.000 10.000
• Penggandaan dan laminasi
1 tahun 5.000
5.000 •
Pencetakan bahan informasi 1 paket
5.000 5.000
• Konsumsi koordinasi, sosialisasi,temu lapang
100 OH 50
5.000 2.
Honor Terkait Output Kegiatan 521213 7.000
• UHL petani
200 OH 35
7.000 3.
Belanja Barang Non Operasdional Lain 521219 5.000
• Analisa Laboratorium
1 paket 5.000
5.000 4.
Belanja Jasa Profesi 522151 4.000
• Narasumber, fasilitator, evaluator
8 OJ 500
4.000 5.
Belanja Perjalanan Biasa 524111 75.000
• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
15 OP 5.000
75.000 6.
Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 524119
25.400
• Akomodasi temu lapang, sosialisasi, pertemuan
70 OH 220
15.400 •
Perjalanan ke luar provinsi pelaks. kegiatan 2 OH
5.000 10.000
Jumlah biaya kegiatan pengkajian 200.000
10.2. Realisasi Anggaran