Diseminasi model inovasi integrasi kopi- sapi potong

32 organik. Sehingga secara tidak langsung dalam hal ini temak sapi berperan sebagai pabrik kompos dengan bahan baku limbah tanaman, pada akhimya kompos tersebut dipergunakan sebagai bahan pupuk organik bagi tanaman Gunawan dan Sulastiyah, 2010. Selanjutnya setelah dikomposkan limbah kotoran sapi dapat dipergunakan sebagai bahan pupuk organik yang pada dasarnya sangat baik untuk perbaikan lahan dan asupan hara bagi lahan perkebunan kopi, sehingga melalui pendekatan pola integrasi perkebunan kopi dan ternak sapi potong layak untuk dikernbangkan baik secara teknis, ekonomis maupun social budaya . Salah satu kunci keberhasilan dari pola ini adalah tidak ada bahan yang terbuang dan termanfaatkannya inovasi secara benar dan efisien Zero cost, secara mikro dapat berperan dalam rnemperbaiki struktur, tekstur kimia dan mikrobiologi lahan perkebunan serta secara makro akan berperan dalam meningkatkan produktivitas tanaman kopi dan ternak sapi yang pada akhimya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak pada sentra kopi di Kecamattan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Menurut Suboyo 2007 sistem integrasi tanaman-ternak merupakan salah satu bentuk sistem pertanian campuran yang banyak dioperasikan petani diberbagai belahan bumi, dimana pertukaran sumberdaya antara sapi dan tanaman kopi pada sistem usahatani campuran berpotensi mengurangi biaya produksi, menghindari penumpukan limbah karena adanya proses daur-ulang, menjaga keberlanjutan kesuburan dan sistem lahan perkebunan, memberikan keamanan konsumsi maupun keberlanjutan sistem rumahtanggatani.

4.2.1.1. Diseminasi model inovasi integrasi kopi- sapi potong

Model pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi m-P3BI integrasi kopi-sapi potong di Kabupaten Kepahiang diarahkan pada wilayah sentra kopi Kecamatan Kabawetan sebagai upaya peningkatan pendapatan usaha dan pengembangan sumberdaya pertanian melalui keterpaduan usahatani tanaman dan ternak integrasi tanaman kopi-ternak sapi serta umpan balik setiap permasalahan yang dihadapi petani peternak dan pelaku lainnya. Badan Litbang Petanian 2013 mengindikasikan m-P3BI merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan solusi pemecahan permasalahan yang diahapi petani dan pelaku agribisnis, sekaligus juga dapat 33 merancang dan memperbaiki teknologi petani existing technology yang sedang berkembang. Diseminasi inovasi integrasi kopi-sapi potong sebagai model pengembangan pertanian perdesaan berbasis inovasi m-P3BI yang dilakukan melalui pendekatan sosialisasi, apresiasi untuk menyampaikan langkah- langkah pelaksanaan kegiatan diseminasi kepada pihak terkait dan petani kopi maupun peternak kooperator melalui pola terpadu. Telah dapat mendorong peningkatan pengetahuan dan pemberdayaan sumberdaya pertanian yang diapresiasikan kepada petani dan kelompok tani kopi maupun peternak sapi dan pemangku kebijakan di wilayah kegiatan selaku penyalur delivery dan pengguna receiving teknologi, termasuk inovasi pemanfaatan limbah tanaman kopi kulit kopi untuk pakan ternak sapi dan limbah dari kotoran sapi untuk pupuk organik kompos pada lahan pertanaman kopi. Menurut Badan Litbang 2011 pendekatan penyampaian informasi teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna dilakukan dengan pendekatan berbagai saluran multi channel dengan 3 tiga komponen penting yang saling terkait antara satu sama lain, yakni; i Generating system penyedia teknologi; ii Delivery system penyalur teknologi dan iii Receiving system pengguna teknologi. Pengembangan pola usahatani terpadu tanaman kopi dan sapi potong diwilayah sentra kopi Kecamatan Kabawetan sangat menunjang dalam penyediaan pupuk kandang bagi lahan pertanian terutama kebun kopi dari limbah peternakan kotoran sapi untuk memperbaiki kondisi kesuburan tanah dan sebaliknya pemanfaatan limbah pertanian untuk makanan ternak sapi dari limbah kulit kopi dapat memperbaiki produksi sapi potong. Dimana dalam hal ini semua limbah memiliki nilai tambah dan tidak mencemari lingkungan, kotoran sapi dimanfaatkan melalui proses daur ulang fermentasi menjadi pupuk organik dan limbah kulit kopi memiliki nilai ekonomi dimanfaatkan untuk pakan sapi yang akhirnya akan mendorong hasil usaha lebih optimal. Menurut Makka et al. 2004 pupuk organik sangat berguna untuk memperbaiki struktur tanah . Selanjutnya Haryanto et al,. 2003 menjelaskan, bahwa fermentasi pengolahan limbah tanaman menggunakan probiotik Starbio yang dilakukan pada tempat terlindung dapat meningkatkan nilai nutrisi dan sumber pakan yang berkualitas. 34 Melalui pola integtasi ini diperoleh hasil usaha yang semakin optimal dari keterkaitan dan keterpaduan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Dirjen Bina Produksi Peternakan 2002 menjelaskankan, bahwa program sistem integrasi tanaman-ternak SI TT bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan limbah tanaman sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sapi dapat diproses menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Ciri utama sistem integrasi tanaman-ternak adalah, terdapatnya keterkaitan atau keterpaduan komponen usahatani yaitu komponen; budidaya tanaman, budidaya ternak dan pengolahan limbah. Upaya penerapan teknologi pada masing-masing komponen merupakan faktor penentu keberhasilan sistem integrasi tersebut, untuk itu agar sistem integrasi berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan produktivitas usahatani maka petani harus menguasai komponen serta penerapan teknologinya melalui pengelolaan informasi yang baik. Sama halnya dengan Pasandaran, et all. 2006 mengatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan sistem integrasi adalah kemampuan mengelola informasi yang diperlukan, termasuk informasi mengenai teknologi integrasi tanaman kopi-ternak sapi potong. Sehingga perlu dilakukan pendampingan secara berkala, terutama dalam hal pendampingan peningkatan pengetahuan dan penyerapan inovasi integrasi kopi-sapi potong pada anggota kelompoktani dan peternak sapi di desa Bukitsari, Mekarsari, Tugurejo, Sidorejo dan desa lain sekitar lokasi kegiatan baik dalam hal pemahaman maupun dalam hal penerapan inovasi yang dapat didiseminasikan melalui percontohan dan praktek langsung oleh pengguna dilapangan. Menurut Fagi et all. 2009 keberhasilan petani dalam penerapan sistem integrasi tanaman ternak dalam hal pendampingan kelompoktani sebagai kelembagaan integrasi tanaman-ternak perlu dikembangkan, karena pengelolaan sistem integrasi lebih efektif bila dikelola secara berkelompok untuk dapat memenuhi skala usaha yang menguntungkan.

4.2.1.2. Diseminasi inovasi pakan kulit kopi dan pupuk organik