Penelitian Yang Relevan Perumusan Hipotesis

commit to user 49

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan latihan untuk meningkatkan prestasi lari 100 meter banyak dilakukan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan M. Furqon H,1991 menyatakan bahwa metode latihan lari cepat akselerasi acceleration sprint dan lari cepat hollow hollow sprint berpengaruh terhadap peningkatan prestasi 100 meter. Metode latihan lari cepat hollow hollow sprint memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada lari cepat akselerasi acceleration sprint terhadap peningkatan prestasi lari 100 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan prestasi lari cepat 100 meter terutama ditujukan pada pengembangan sistem energi ATP-PC. Penelitian yang relevan dibutuhkan dalam mendukung kajian teori yang dikemukakan, sehingga dapat dipergunakan sebagai kajian untuk hipotesis. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: penelitian yang dilakukan oleh Rumps Agus Sudarko, yang berjudul Pengaruh Latihan Lompat-lompat dan Latihan Loncat-loncat Terhadap Kecepatan Lari 50 meter. Dengan menggunakan sampel penelitian sejumlah 75 siswa putra umur antara 15 -18 tahun. Hasil kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Latihan lompat-lompat dan latihan loncat-loncat kedua dapat meningkatkan kecepatan lari 50 meter dengan sangat signifikan p 0,01. 2. Latihan lompat-lompat dan latihan loncat-loncat tidak diperoleh adanya perbedaan yang signifikan p 0,05 dalam meningkatkan kecepatan lari 50 meter. 3. Latihan lompat-lompat jauh lebih efektif dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dibandingkan dengan latihan loncat-loncat p 0,01. commit to user 50

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut :

1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan Repetition

Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Didalam kita mengamati perbedaan pengaruh antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints terhadap kecepatan lari 100 meter, terutama diarahkan pada bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan, komponen bentuk aktivitas, pengaruh dan bentuk aktivitas yang dilakukan, dan pengembangan sistem energi yang digunakan dari kedua metode latihan tersebut. Pengaruh dan karakteristik bentuk latihan hollow sprints dan latihan repetition sprints terhadap kecepatan lari 100 meter ternyata berbeda. Perbedaan yang ada akan tampak jelas apabila pengaruh dari kedua metode latihan lari cepat tersebut diperbandingkan. Bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan metode latihan hollow sprints adalah suatu bentuk pelatihan yang terdiri dari dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan. Pelatihan lari cepat berselang dilakukan dengan lari secepat-cepatnya sprint kemudian lari pelan jogging atau jalan dan dilanjutkan dengan lari secepat-cepatnya sprint. Hollow sprints menggunakan dua kali sprint yang diselingi dengan periode recovery dengan cara lari pelan atau jogging. Sedangkan bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan metode latihan repetition sprints terdiri dari beberapa ulangan lari cepat pada kecepatan maksimal. Repetisi disini melibatkan suatu jarak tertentu, kecepatan yang konstan commit to user 51 dan periode pulih asal yang cukup panjang guna mempertahankan bentuk dan tingkat kualitas yang diperlukan. Durasi ulangan pada latihan repetition sprints harus dikerjakan dengan sangat singkat 5-10 detik agar kecepatan maksimal dapat dicapai tanpa terjadi kelelahan dini. Dari segi pengaruh komponen bentuk aktivitas yang dilakukan dari masing-masing metode latihan lari cepat memiliki pengaruh tersendiri, sesuai dengan karakteristik komponen tersebut. Pengaruh metode latihan repetition sprints lebih baik dari pada hollow sprints. Berdasarkan perbedaan pengaruh dan karakteristik bentuk latihan yang telah diuraikan di atas dan dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangannya yang ada pada masing-masing metode latihan lari cepat tersebut, bahwa antara metode latihan hollow sprints dan repetition sprints diperkirakan akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. 2. Perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah. Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua cabang olahraga, terutama untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Pada lari cepat, kecepatan lari seseorang selain ditentukan oleh faktor biomotorik seperti kecepatan itu sendiri, faktor biomotorik lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kekuatan. commit to user 52 Kecepatan lari adalah merupakan hasil perpaduan antara kecepatan dan kekuatan power, terutama power dari otot tungkai. Power otot tungkai yang dimiliki seseorang tidaklah sama, ada yang tinggi dan ada yang rendah, tinggi dan rendahnya power otot tungkai seseorang tentunya akan berpengaruh pada kecepatan larinya. Pada seseorang yang memiliki power otot tungkai yang tinggi ia akan mudah mengembangkan kecepatan larinya, baik pada kecepatan reaksinya pada saat start, percepatan gerak pada beberapa meter pertama, kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal dan pada stamina kecepatannya daya tahan kecepatan jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki power otot tungkai yang rendah. Bagi seseorang yang memiliki power otot tungkai yang tinggi ia akan menghasilkan frekuensi langkah stride rate yang lebih tinggi dan panjang langkah stride length yang lebih panjang pada saat lari jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki frekuensi langkah yang rendah, hal ini sangat berguna untuk menghasilkan kecepatan lari yang maksimal pada saat berlari, karena kecepatan lari merupakan hasil dari frekuensi langkah dan panjang langkah seseorang. Peningkatan kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang memiliki power otot tungkai rendah. Dari uraian di atas dapat diperkirakan bahwa perbedaan power otot tungkai yang tinggi dan yang rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan lari. commit to user 53 3. Interaksi antara metode latihan dengan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. Kecepatan lari adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan didalam usaha meningkatkan kecepatan lari seseorang, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan metode latihan yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan lari seseorang diantaranya adalah metode latihan hollow sprints dan metode latihan repetition sprints. Kedua-duanya sama-sama mengembangkan kecepatan dan kekuatan otot dalam hal ini kecepatan dan kekuatan dari otot-otot tungkai power otot tungkai tetapi memiliki bentuk aktivitas dan teknik pelaksanaan, komponen bentuk aktivitas, pengaruh dari bentuk aktivitas yang dilakukan, dan pengembangan sistem energi yang digunakan berbeda. Power otot tungkai memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pelaksanaan teknik lari yang efisien dan kecepatan lari seseorang. Power otot tungkai dihasilkan oleh peran kerja otot yang maksimal, khususnya otot-otot yang menunjang kerja tungkai atau otot ekstremitas bawah. Peran power otot tungkai dalam kecepatan lari akan menjadi lebih baik, apabila metode latihan yang digunakan mempunyai efek adaptasi terhadap otot-otot penunjang gerakan lari cepat. Perbedaan power otot tungkai yang dimiliki seseorang, juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan larinya. commit to user 54 Metode latihan hollow sprints dan repetition sprints jika dikaitkan dengan tinggi dan rendahnya power otot tungkai yang dimiliki seseorang akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan kecepatan lari. Power tinggi lebih cocok menggunakan metode latihan repetition sprints, sedangkan power rendah lebih cocok menggunakan metode latihan hollow sprints. Latihan repetition sprints dilakukan dengan lari cepat maksimal dan berulang-ulang, diselingi periode pulih asal recoveri dilakukan sempurna diantara ulangan yang dilakukan, sehingga lebih cocok menggunakan power tinggi. Sedangkan hollow sprints dimana latihan lari cepat yang terdiri dari dua kali periode lari cepat yang diselingi dengan periode jogging atau jalan. Latihan lari cepat berselang dilakukan dengan lari secepat-cepatnya kemudian lari pelan jogging atau jalan dan dilakukan lari secepat-cepatnya. Metode latihan hollow sprints lebih cocok menggunakan power rendah. Diperkirakan terdapat interaksi antara metode latihan lari cepat dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter. commit to user 55

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. 2. Ada perbedaan hasil peningkatan kecepatan lari 100 meter antara yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah pada siswa putra kelas VIII SMP. 3. Ada interaksi antara metode latihan dengan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP. commit to user 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama kurang lebih dua bulan. Pelaksanaan perlakuannya selama kurang lebih 8 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali dalam seminggu. Perlakuan tiap pertemuannya mengacu pada 2 jam 2x45 menit. Penentuan waktu latihan dengan frekuensi 3 kali per minggu sesuai dengan pendapat Brooks dan Thomas D. Fahey 1984 :405 bahwa dengan frekuensi tiga kali per minggu akan terjadi peningkatan kualitas ketrampilan. Dengan alasan bahwa latihan tiga kali per minggu akan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi secara fisiologis terhadap beban yang diterima. Latihan dilakukan di luar jam sekolah. yaitu pada sore hari mulai pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Secara keseluruhan latihan dilakukan selama 24 kali pertemuan, ditambah pelaksanaan pree test dan post test sebanyak 1 pertemuan jadwal latihan terlampir.