commit to user
lvii
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan ulasan-ulasan mengenai kebijakan dividen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka faktor-faktor yang dapat digunakan untuk
memprediksi dividend yield diantaranya adalah return on asset ROA, asset growth, leverage ratio, dan market value. Sehingga diketahui bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan dividen perusahaan yang ditunjukkan dengan dividend yield dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Dimana faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan baik secara positif maupun negatif.
ROA salah satu ukuran profitabilitas merupakan ukuran efisiensi pengelolaan sumber dana yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Robert Ang 1997 menyatakan bahwa return on asset
diukur dari nilai laba bersih setelah pajak earning after tax terhadap total asset yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan aset yang
digunakan untuk operasional perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Nilai ROA yang semakin tinggi akan mencerminkan
bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan berbanding total asset yang semakin tinggi pula dan semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik, karena tingkat kembalian investasi return semakin besar. Lalu, apabila tidak ada kesempatan investasi yang menguntungkan maka semakin
besar ROA semakin besar dividen yang dibayarkan dan jika perusahaan tersebut memiliki kebijakan dividend payout ratio yang stabil maka perusahaan tersebut
commit to user
lviii
jika memperoleh keuntungan atau laba akan cenderung membayar dalam jumlah yang lebih besar dari tingkat keuntungan yang didapatkan sebagai dividend.
Maka, semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Hal tersebut diperkuat teori
Information Content or Signaling Hypothesis, dimana Mondigliani-Miller menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor
bahwa manajemen meramalkan suatu keuntungan yang baik di masa yang akan datang. Selain itu, Solberg dan Zorn 1992 menemukan bahwa profitabilitas yang
ditunjukkan dengan ROA yang lebih tinggi maka diperkirakan membuat perusahaan menghasilkan dividen yang lebih tinggi. Jadi, perusahaan yang
memiliki keuntungan atau laba yang tinggi melalui aset yang dimilikinya yang tercermin dalam return on asset ROA akan menunjukkan pengaruh positif
terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam dividend yield DY. Asset Growth menunjukkan pertumbuhan aktiva yang digunakan untuk
aktivitas operasional perusahaan. Menurut Riyanto 1994, semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana di waktu
mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Semakin besar pertumbuhan aset diharapkan semakin besar hasil operasional perusahaan yang dihasilkan dari
penggunaan aset tersebut. Tetapi, teori free cash flow hypothesis menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi memiliki
free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NPV yang positif. Dan, menurut teori
residual dividend, perusahaan akan membayar dividen jika hanya tidak memiliki
commit to user
lix
kesempatan investasi yang menguntungkan. Adanya hubungan yang negatif antara pertumbuhan aset dengan dividen tersebut sesuai dengan pendapat Myers
dan Majluf 1984 bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan aset yang tinggi akan membayar dividen yang rendah daripada perusahaan yang
pertumbuhannya asetnya rendah. Sehingga, pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan semakin besar tingkat kebutuhan dana yang
digunakan untuk membiayai ekspansi perusahaan dalam bentuk aset. Jadi, asset growth akan berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen.
Leverage Ratio yang dalam penelitian ini adalah Debt to Total Asset merupakan rasio antara total hutang total debts terhadap total aktiva total
assets. Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan
aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio ini, menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal kreditur dan
semakin besar pula beban biaya hutang biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Jika perusahaan memiliki nilai leverage ratio yang semakin tinggi,
maka harus diimbangi dengan profitabilitas yang semakin tinggi. Karena semakin besar leverage ratio maka semakin besar biaya bunga yang dibayarkan
perusahaan. Jadi, jika perusahaan memiliki profitabilitas yang rendah, maka akan berdampak pada laba yang dihasilkan yang semakin kecil, sehingga perusahaan
akan kesulitan untuk membayar biaya bunga sehingga pembayaran dividen akan semakin kecil karena sebagian besar keuntungan perusahaan digunakan untuk
membayar biaya bunga. Penelitian dari Chang dan Rhee 1990 dan Sutrisno
commit to user
lx
1999 menunjukkan bahwa tingkat hutang yang lebih tinggi akan diikuti dengan pembayaran dividen perusahaan yang lebih rendah, dengan demikian leverage
ratio mempunyai hubungan yang negatif dengan pembayaran dividen. Maka, dengan semakin meningkatnya rasio leverage beban hutang juga semakin besar
maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian besar laba akan digunakan untuk membayar bunga pinjaman.
Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka laba bersih earnings after tax semakin berkurang karena sebagian digunakan untuk membayar bunga, maka
hak para pemegang saham dividen juga semakin berkurang menurun. Sehingga leverage ratio akan berpengaruh negatif terhadap pembayaran dividen.
Market Value merupakan nilai total dari semua saham dari perusahaan yang beredar di pasar modal. Market Value digunakan untuk mengukur seberapa
besar perusahaan dan membantu investor untuk mendiversifikasi investasi pada beberapa perusahaan dengan beragam ukuran perusahaan ataupun beragam risiko
yang berbeda. Suatu perusahaan yang memiliki nilai market value yang besar akan mudah untuk memiliki akses pendanaan ke pasar modal. Perusahaan besar
dengan akses ke pasar modal yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan market value dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif Cleary, 1999. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar
modal, maka berarti fleksibilitas perusahaan tersebut lebih besar dalam mendapatkan pendanaan dari pasar modal yang dapat digunakan untuk ekspansi
perusahaan ataupun untuk investasi pada proyek yang memiliki NPV yang positif.
commit to user
lxi
Dan dari ekspansi maupun investasi yang dilakukan perusahaan diharapkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin besar. Sehingga,
perusahaan dengan market value yang besar dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan market value
kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa market value akan berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.
Atas dasar analisis faktor-faktor tersebut maka pengaruh dari masing- masing variabel tersebut terhadap dividend yield dapat digambarkan dalam
kerangka sebagai berikut :
Gambar II.1 Bagan Kerangka Pemikiran
H1 +
H2 -
H3 -
H4 +
H1 : Return on Asset ROA X1
H2 : Asset Growth X2
Dividend Yield Y1
H4 : Market Value X4 H3 : Leverage Ratio
X3
commit to user
lxii
Menurut kerangka pemikiran tersebut, maka yang merupakan variabel independen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang
diwakili oleh return on asset ROA, asset growth, leverage ratio, dan market value. Sedangkan yang merupakan variabel dependen adalah kebijakan dividen
yang diwakili oleh dividend yield.
D. HIPOTESIS