11
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1990-an, istilah nilai pemegang saham shareholder value sering muncul dalam literatur bisnis. Pada dasarnya, tujuan utama perusahaan
dari pengelolaan perusahaan oleh manajemen adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham dan hal ini
dicapai melalui peningkatan rentabilitas perusahaan Brigham dan Ehrhardt, 2000. Akan tetapi untuk mencapai tingkat laba yang memuaskan perusahan
hendaknya menetapkan tujuan perusahaan terlebih dahulu. Ada dua alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Pertama, istilah memaksimalkan menyiratkan
bahwa selalu ada cara untuk mendapatkan jumlah maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan Kedua, meskipun upaya mengoptimalkan nilai
pemegang saham mungkin menjadi tujuan utama, namun ini bukan berarti merupakan satu-satunya tujuan bagi banyak organisasi.
Namun dalam rangka memaksimalkan nilai pemegang saham hanya dapat tercapai apabila para pemegang saham menyerahkan pengelolaan perusahaan
kepada manajer. Hal ini disebabkan karena pemegang saham, kreditur dan manajer memiliki perbedaan kepentingan dan perspektif berkenaan dengan
perusahaan. Pemegang saham akan cenderung memaksimalkan nilai saham dan memaksa manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka melalui
pengawasan yang mereka lakukan. Kreditor di sisi lain cenderung akan berusaha
1
Universitas Sumatera Utara
12 melindungi dana yang sudah mereka investasikan dalam perusahaan dengan
jaminan dan kebijakan pengawasan yang ketat pula, manajer juga memiliki dorongan untuk mengejar kepentingan pribadi mereka. Bahkan tidak tertutup
kemungkinan para manajer melakukan investasi walaupun investasi tersebut tidak dapat memaksimalkan nilai pemegang saham. Konflik kepentingan antara
pemegang saham pemegang saham dengan manajer dapat timbul jika manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri demi mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kepentingan para pemegang saham Wardani dan Siregar,2009.
Pada masa sekarang, banyak peneliti menyatakan bahwa laba bersih merupakan kunci dan ukuran dalam kinerja perusahaan pada masa mendatang.
Melalui pendekatan ini, maka dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan memiliki laba bersih yang meningkat maka kinerja perusahaan lebih baik, apabila
terjadi penurunan dalam laba bersih maka perusahaan tidak dapat beroperasi dengan baik. Pada umumnya, perusahaan yang memiliki laba bersih yang tinggi
memberikan dividen yang lebih kepada para pemegang saham Ross,2004. Tujuan utama investor melakukan investasi yakni mendapatkan return
berupa dividend yield dan capital gain yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga beli saham tersebut. Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen,
tentunya para investor lebih menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan
tersebut dan mengurangi ketidakpastian investor untuk menarik investasinya.
2
Universitas Sumatera Utara
13 Walaupun demikian, perusahaan di satu sisi dihadapkan pada pembagian
dividen yang stabil dan jika memungkinkan dividen yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, tetapi di pihak lain, perusahaan di pihak lain dihadapkan pada
kebijakan manajemen diantaranya: perlu menahan sebagian laba untuk re- investasi yang mungkin lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan untuk
investasi di masa mendatang, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan pembayaran dividen dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan kebijakan dividen lainnya Samsul,2006. Lebih lanjut, pembayaran dividen dalam bentuk tunai lebih banyak
diinginkan investor daripada bentuk lainnya karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian dalam melaksanakan aktivitas investasinya
pada suatu perusahaan. Demikian pula stabilitas pembayaran dividen yang juga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan perusahaan.
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga
profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Pada penelitian Parhington menunjukkan bahwa profit sebagai pengganti variable cash flow
secara signifikan berpengaruh terhadap dividen. Dia juga menunjukkan bukti stabilitas dividen dan earning merupakan variabel penting yang akan
mempengaruhi preferensi investor untuk mendapatkan dividen di masa mendatang.
Di pihak lain, masalah keterbenturan antara pemegang saham dengan manajer sering menjadi pemicu bagi nilai perusahaan sendiri. Hal ini disebabkan
3
Universitas Sumatera Utara
14 oleh keberadaan aliran kas bebas karena adanya perbedaan kepentingan antara
pemegang saham dan manajer. Pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya sementara manajer berkeinginan
dana yang ada digunakan untuk memperbesar perusahaan melebihi ukuran optimalnya sehingga mereka tetap melakukan investasi meskipun investasi
tersebut memberikan net present value negatif. Overinvestment
semacam ini dilakukan dengan menggunakan dana yang dihasilkan dari sumber internal perusahaan yaitu aliran kas bebas untuk
menghindari pengawasan yang berhubungan dengan penambahan modal dari luar perusahaan. Padahal dana semacam ini seharusnya dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk peningkatan dividen atau pembelian kembali saham perusahaan.
Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan dilakukan
berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Menurut Gitman 2003 faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah debt covenant,
likuiditas, posisi kas, prospek pertumbuhan perusahaan, dan kuasa kendali para pemegang saham yang memiliki mayoritas saham perusahaan. Kebijakan dividen
atau keputusan dividen pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan
sebagai bagian dari laba ditahan Levy dan Sarnat, 1990. Pembayaran dividen khususnya cash dividend kepada para pemegang
saham sangat tergantung pada posisi kas yang tersedia, hal ini dibuktikan oleh
4
Universitas Sumatera Utara
15 penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno 2001 yang menyatakan bahwa di antara
beberapa faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, hanya faktor posisi kas cash position dan Debt to Equity Ratio yang berpengaruh signifikan. Posisi
kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash flow
yang dimiliki oleh perusahaan. Di Indonesia khususnya, tidak semua perusahaan baik dalam sektor jasa,
dagang dan industri terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Sektor jasa kebanyakan masih merupakan perusahaan tertutup sedangkan perusahaan dagang
yang terdaftar masih terbatas. Umunya sektor manufaktur yang berskala besar baik skala nasional dan internasional yang mendaftarkan dirinya di BEI. Hal ini
berarti tiap tahun kinerja mereka harus dilaporkan secara transparansi dan dipublikasikan kepada khalayak ramai di media massa.
Jika ditelaah lebih lanjut, perusahaan manufaktur itu sendiri merupakan bagian dari indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia yang diklasifikasikan oleh
JASICA Jakarta Industrial Classification. Analisa terhadap industri yang menitikberatkan pada indeks sektor manufaktur tersebut merupakan tahap penting
yang perlu dilakukan investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya guna membantu untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman terhadap investasi
dalam sektor industri yang memiliki karakteristik tertentu. Sering kali dalam prakteknya, pata investor kurang memperhatikan faktor
ketersediaan fresh fund yang dimiliki perusahaan serta besarnya dividen yang direncanakan akan dibayar tahun depan. Mereka hanya melihat pergerakan naik
turunnya. Harga saham itu sendiri padahal secara teoritis kedua variabel terikat
5
Universitas Sumatera Utara
16 dapat mempengaruhi harga saham yang selanjutnya mempengaruhi pemegang
saham dalam membuatkeputusan mempertahankan atau melepas saham yang dimilikinya. Hal ini yang ditunjang kurangnya penilitian yang secara spesifik
merngarah pada efek yang disebabkan oleh variasi kedua variabel tersebut. Mengingat pentingnya kedua variabel di atas dalam mempengaruhi
keputusan investor dalam mengambil keputusan, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut topik tersebut agar diperoleh jawaban secara teoritis
yang dapat dipertanggungjawabkan dalam skripsinya yang berjudul “Analisa Pengaruh Aliran Kas Bebas dan Dividen Yang Dibagikan Terhadap Nilai
Pemegang Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI “.
1.2. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah