Kontribusi Pangan Terhadap Asupan dan Status Gizi Kalsium dan Vitamin D pada Anak Indonesia Usia 2 sampai dengan 12 Tahun

(1)

KONTRIBUSI PANGAN TERHADAP ASUPAN DAN

STATUS GIZI KALSIUM DAN VITAMIN D PADA

ANAK INDONESIA USIA 2 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN

VICTORIA VALENTINA

F252110105

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Kontribusi Pangan Terhadap Asupan dan Status Gizi Kalsium dan Vitamin D pada Anak Indonesia Usia 2 sampai dengan 12 Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun keapda perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Victoria Valentina


(3)

RINGKASAN

VICTORIA VALENTINA. Kontribusi Pangan Terhadap Asupan dan Status Gizi Kalsium dan Vitamin D pada Anak Indonesia Usia 2 sampai dengan 12 Tahun. Dibimbing oleh Dr Ir Nurheni Sri Palupi, MSi dan Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi.

Konsumsi pangan mempunyai peranan penting untuk mengetahui status gizi secara umum dan terutama pada anak-anak. Selama fase pertumbuhan dan perkembangan, tubuh membutuhkan zat gizi makro dan mikro lebih besar dibandingkan pada fase dewasa per kg berat badan. Ketika asupan pangan tidak cukup, maka proses pertumbuhan akan terbatas. Proses ini tidak bisa dikejar pada fase berikutnya, oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan konsumsi pangan pada fase ini.

Penelitian ini mempunyai tiga tujuan yaitu : (1) menghitung asupan kalsium dan vitamin D harian berdasarkan jumlah konsumsi pangan dan kandungan kalsium serta vitamin D dalam pangan; (2) menganalisis kecukupan kalsium dan vitamin D berdasarkan nilai angka kecukupan gizi (AKG) kalsium dan vitamin D; dan (3) menganalisis korelasi asupan kalsium dan vitamin D terhadap kepadatan tulang dan kadar vitamin D dalam darah.

Jenis pangan yang dikonsumsi sebagai sumber asupan kalsium adalah susu dan olahannya; kacang-kacangan dan hasil olahannya serta sayuran dan hasil olahannya. Jenis pangan yang dikonsumsi sebagai sumber asupan vitamin D adalah ikan, kerang, udang dan hasil olahannya, susu dan hasil olahannya; serta telur dan hasil olahannya. Pada penelitian ini konsumsi pangan dalam bentuk susu dan olahannya sebanyak 34.11 g/kapita/hari, sedangkan dalam bentuk produk ikan, kerang, udang dan hasil olahannya sebanyak 33.47 g/kapita/hari. Asupan pangan untuk kalsium adalah 234.46 mg dan vitamin D adalah 3.70 µg.

Rata-rata persentase AKG per hari untuk energi dengan cut off point yang ditentukan ternyata mencapai 84% pada usia 2-3 tahun, namun semakin bertambahnya usia maka semakin rendah energi yang tercukupi (45% pada usia 10-12 tahun). Rata-rata kecukupan gizi protein untuk anak 4-6 tahun sebesar 88%, namun sayangnya seiring dengan bertambahnya umur, asupan proteinnya berkurang. Hal ini juga terlihat pada kecukupan gizi yang lain seperti lemak, karbohidrat, kalsium dan vitamin D.

Dengan menggunakan standar WHO defisiensi kadar vitamin D di dalam darah adalah < 50 nmol/L maka anak laki-laki yang mengalami defisiensi vitamin D adalah 16.66% sedangkan anak perempuan sebanyak 22.10%, total anak laki-laki dan perempuan yang mengalami defisiensi vitamin D adalah 38.76%. Dari data ini bisa dilihat bahwa anak perempuan mengalami defisiensi vitamin D yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Responden (anak-anak) yang diuji memiliki kepadatan tulang yang normal karena mempunyai BMD (Bone Mass Density) dengan Z score diatas -2.0.

Pada penelitian ini, asupan pangan vitamin D dan kalsium tidak berpengaruh secara signifikan terhadap status gizi seperti kadar vitamin D dalam


(4)

darah dan kepadatan tulang. Fakta lain yang didapat dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara vitamin D di dalam darah dan kepadatan tulang, karena memiliki p-value kurang dari 0.05. Sehubungan dengan adanya faktor penghambat dalam penyerapan zat gizi di dalam tubuh, maka fortifikasi zat gizi masih penting untuk dilakukan. Oleh karena itu fortifikasi kalsium dan vitamin D direkomendasikan dapat dilakukan pada beberapa produk pangan seperti susu, sereal dan margarin untuk memperbaiki status gizi anak Indonesia. Fortifikasi yang disarankan adalah minimum 20% dari AKG per saji (kalsium 160 mg dan vitamin D 2µg) dan mengkonsumsi produk yang sudah difortifikasi setidaknya 2 kali sehari.

Kata kunci : anak umur 2-12 tahun, asupan pangan, fortifikasi, kalsium, vitamin D


(5)

SUMMARY

VICTORIA VALENTINA. Food Contribution for Dietary Intake and Nutrition Status Calcium and Vitamin D of Indonesian Children 2 to 12 years old. Supervised by Dr Ir Nurheni Sri Palupi, MSi and Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi.

Food consumption is playing an important role for nutrition status in general and importantly for young children. During growth and development phase, body needs macro and micro nutrients even more than later phase. Once nutrients intake are not enough, the growth process is limited. The process cannot be catched up at later stage therefore it is very important to pay attention to food consumption during this phase.

This study has three objectives : (1) to calculate daily calcium and vitamin D intake based on food consumption and content of calcium and vitamin D in food; (2) to analyze required calcium and vitamin D based on recommended daily allowance values (RDA); and (3) to analyze correlation of calcium and vitamin D intake with bone density and vitamin D in blood.

Food items which consumed as source of calcium are milk and its derivatives; nuts and its derivatives; also vegetables and its derivatives. Food items which consumed as source of vitamin D are fish, shells, shrimps and its derivatives; milk and its derivatives; also eggs and its derivatives. In this study food consumption of milk and its derivatives are 34.11 g/capita/day, while fish, shells, shrimps and its derivatives is 33.47 g/capita/day. Food intake for calcium is 234.46 mg and vitamin D is 3.70 µg.

Average percentage RDI for energy with agreed cut off point is 84% at 2-3 years old. However when children getting older the energy intake is lower than standard (45% at 10-12 years old). It is the same pattern as protein, fat, carbohydrate, calcium and vitamin D.

Deficiency vitamin D in blood for boys is 16.66% and girls 22.10%, so in total deficiency vitamin D is 38.76% using WHO standard (< 50 nmol/L). From the data, girls have higher vitamin D deficiency than boys. The children have normal bone mass density (BMD) because Z scores above -2.0.

In this study, food intake of calcium and vitamin D is not influencing nutrition status of vitamin D in blood and BMD significantly. However vitamin D in blood has a significant correlation with BMD, because it has p-value less than 0.05. There are barrier factors in nutrition absorption; therefore nutrition fortification is still important to do. Fortification of calcium and vitamin D in food is recommended for several food items like milk, cereal and margarine to improve nutrition status of Indonesia children. The recommendation for fortification is minimum 20% of RDA per serving size (calcium 160 mg and vitamin D 2µg) and consumes the fortified products at least 2 times a day.

Keywords : calcium, children 2-12 years old, food intake, fortification, vitamin D


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Teknologi Pangan

pada

Program Studi Teknologi Pangan

KONTRIBUSI PANGAN TERHADAP ASUPAN DAN

STATUS GIZI KALSIUM DAN VITAMIN D PADA

ANAK INDONESIA USIA 2 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN

VICTORIA VALENTINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014


(8)

(9)

Judul Tugas Akhir : Kontribusi Pangan Terhadap Asupan dan Status Gizi

Kalsium dan Vitamin D pada Anak Indonesia Usia 2 sampai dengan 12 Tahun

Nama : Victoria Valentina NIM : F252110105

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Nurheni Sri Palupi, MSi Ketua

Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Teknologi Pangan

Dr Ir Nurheni Sri Palupi, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Oktober 2013 ini adalah Kontribusi Pangan Terhadap Asupan dan Status Gizi Kalsium dan Vitamin D pada Anak Indonesia Usia 2 sampai dengan 12 Tahun.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Nurheni Sri Palupi, Msi dan Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi. selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Tim SEANUTS baik dari FrieslandCampina maupun dari PERSAGI. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga dan teman-teman atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 2

1.3Manfaat ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1 Pangan Sumber Kalsium ... 2

2.2 Pangan Sumber Vitamin D... 3

2.3 Metabolisme dan Status Gizi Kalsium ... 4

2.3.1 Metabolisme Kalsium ... 4

2.3.2 Status Gizi Kalsium ... 5

2.3.3 Pengukuran Kepadatan Tulang ... 5

2.4 Metabolisme dan Status Gizi Vitamin D ... 6

2.4.1 Metabolisme Vitamin D ... 7

2.4.2 Status Gizi Vitamin D ... 8

2.5 SEANUTS (South East Asia Nutrition Surveys) 2011-2012 ... 10

III METODE ... 13

3.1 Tempat dan Waktu ... 13

3.2 Bahan dan Alat ... 13

3.3 Tahapan Kajian ... 13

3.3.1 Perkiraan Jumlah Konsumsi dan Asupan Pangan Kalsium dan Vitamin D ………... 14

3.3.2 Analisa Biokimia (Kadar Vitamin D dalam Darah) dan Kepadatan Tulang ………. 14

3.4 Analisa Data ... 15

IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 17

4.1 Deskripsi Umum Lokasi SEANUTS di Indonesia ... 17

4.2 Profil Responden ... 17

4.3 Konsumsi dan Asupan Kalsium serta Vitamin D ... 23

4.4 Kadar Vitamin D di dalam Darah ... 28

4.5 Kepadatan Tulang ………... 31


(12)

V KESIMPULAN dan SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 37

RIWAYAT HIDUP ……… 55

DAFTAR TABEL

2.1 Kandungan kalsium dari beberapa makanan ... 3

2.2 Kebutuhan kalsium per hari anak umur 0 bulan – 12 tahun ... 5

2.3 Perbedaan metabolisme (penyerapan, penyimpanan dan sekresi) vitamin larut lemak dan larut air ... 6

2.4 Daftar 48 kabupaten yang terseleksi dalam survei ini ... 11

4.1 Profil responden berdasarkan jenis kelamin, umur dan tempat tinggal ...18

4.2 Profil responden berdasarkan rata-rata tinggi badan, berat badan dan BMI (Body Mass Index)... 20

4.3 Angka kecukupan gizi 2012, rata-rata asupan gizi per hari dan persentase AKG yang tercukupi ... 27

4.4 Nilai kepadatan tulang (Z score) anak dilihat dari jenis kelamin, umur dan dan tempat tinggal ………...31

DAFTAR GAMBAR

2.1 Mekanisme sintesa vitamin D di dalam tubuh ... 8

2.2 Pengendalian kalsium dalam darah oleh vitamin D, hormon paratiroid dan kalsitonin ... 9

2.3 Parameter yang diamati pada studi SEANUTS 2011-2012... 12

3.1 Diagram alir tahapan kajian penelitian ... 16

4.1 Lokasi pengambilan data SEANUTS di Indonesia ...17

4.2 Profil responden (jumlah anak) berdasarkan jenis kelamin dan umur ...18

4.3 Populasi penduduk Indonesia berdasarkan umur dan jenis kelamin (International Data Base, 2010) ... 19


(13)

4.4 Rata-rata tinggi badan anak laki-laki (cm) dibandingkan dengan standar

WHO ... 21 4.5 Rata-rata tinggi badan anak perempuan (cm) dibandingkan dengan standar

WHO ... 21 4.6 Rata-rata berat badan anak laki-laki (kg) dibandingkan dengan standar

WHO ... 22 4.7 Rata-rata berat badan anak perempuan (kg) dibandingkan dengan standar

WHO ... 22 4.8 Total konsumsi pangan (g/kapita/hari) berdasarkan data SEANUTS (pada

anak yang diukur kadar vitamin D dalam darah) di Indonesia ... 24 4.9 Kelompok makanan yang memberikan asupan pangan kalsium terbesar... 25 4.10 Kelompok makanan yang memberikan asupan pangan vitamin D terbesar... 26 4.11 Persentase jumlah anak berdasarkan kadar vitamin D di dalam darah……… 29 4.12 Rata-rata kadar vitamin D 25(OH)D (nmol/L) ± SD di dalam darah

dari 276 anak... 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rekapitulasi dietary recall... 37 2 Total konsumsi pangan (g/kapita/hari) anak-anak yang diuji kadar vitamin

D dalam darah pada SEANUTS ……….44


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Citra suatu negara dapat ditunjukkan dari beberapa aspek, dimana masalah gizi dan kesehatan merupakan salah satu aspek utama yang menunjukkan kualitas dari negara tersebut. Masalah gizi dan kesehatan adalah masalah umum yang dihadapi oleh suatu pemerintahan baik di Indonesia maupun di negara lain dan membutuhkan perhatian serta perbaikan yang berkesinambungan. Status gizi menggambarkan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi pangan dan pemanfaatan zat gizi bagi tubuh. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi adalah pemberian ASI, kelengkapan imunisasi, pola asuh balita, asupan makanan dan pengetahuan dari ibu.

Masalah gizi dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi kurang (under nutrition) dan masalah gizi lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi makro atau gizi mikro. Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi dan protein (KEP) sedangkan masalah gizi mikro terutama kekurangan vitamin atau mineral.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan suatu riset yang dikenal dengan sebutan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Riset terakhir yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa masalah gizi di Indonesia yang terbanyak meliputi gizi kurang atau gizi tidak seimbang yang banyak diderita oleh kelompok anak usia 0-5 tahun. Prevalensi gizi buruk menurun menjadi 4.9% pada tahun 2010, namun prevalensi gizi kurang masih 13% (Trihono 2010). Selain itu masalah gizi yang lain adalah prevalensi kekurangan zat gizi mikro seperti vitamin A, zat besi dan yodium sebesar 5.7%, 12.8% dan 12.9%.

Riset yang dilakukan pada umumnya menggunakan metode Dietary Recall

dan Food Frequency Quisioner, namun belum dilengkapi dengan analisis secara biokimia yaitu pengambilan darah untuk mengetahui kekurangan zat gizi. Data yang ada tentang kekurangan zat gizi khususnya zat gizi mikro berdasarkan analisis secara biokimia biasanya terbatas hanya di beberapa daerah saja, sehingga tidak memberikan gambaran secara nasional. Hal ini terjadi karena analisis biokimia merupakan analisis yang mahal.

Oleh karena itu, FrieslandCampina induk perusahaan Frisian Flag Indonesia mengambil inisiatif untuk memberikan kontribusi yang besar terhadap beberapa negara, terkait dengan data status gizi nasional. FrieslandCampina menyelenggarakan suatu survei nasional yang disebut SEANUTS (South East Asian Nutrition Surveys) pada tahun 2011-2012 di empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Selain menggunakan metode Dietary Recall, juga dilakukan analisis biokimia yaitu pengukuran kadar vitamin D dalam darah dan juga kepadatan tulang. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data kecukupan gizi vitamin D dan kalsium anak Indonesia. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menyumbang data nasional yang lebih komprehensif sehingga bisa dijadikan landasan dasar dalam pengambilan kebijakan di Indonesia.


(15)

1.2 Tujuan

Tugas akhir ini menggunakan data dari hasil SEANUTS 2011-2012 pada anak Indonesia usia 2 – 12 tahun dengan tujuan untuk :

1 Menghitung asupan kalsium dan vitamin D harian berdasarkan jumlah konsumsi pangan dan kandungan kalsium dalam pangan.

2 Menganalisis kecukupan kalsium dan vitamin D berdasarkan nilai angka kecukupan gizi (AKG) kalsium dan vitamin D.

3 Menganalisis korelasi asupan kalsium dan vitamin D terhadap kepadatan tulang dan kadar vitamin D dalam darah.

1.3 Manfaat

Diharapkan hasil kajian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang terkait sebagai :

1 Bahan pertimbangan untuk penyiapan kebijakan pemerintah tentang rekomendasi AKG.

2 Bahan pertimbangan bagi produsen pangan dalam menyiapkan fortifikasi pada produknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pangan Sumber Kalsium

Sebagai salah satu mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh, kalsium berperanan penting dalam pembentukan tulang dan gigi serta pengatur reaksi biokimia dalam tubuh. Sumber utama dalam makanan terdapat pada susu dan hasil olahannya seperti yoghurt dan keju. Sumber kalsium dari hewani yang lain adalah ikan sarden dan ikan yang dikeringkan (dimakan bersama tulangnya), sedangkan sumber kalsium dari nabati adalah sayuran hijau, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe. Adapun sumber kalsium dari beberapa bahan makanan yang ada di Indonesia dijelaskan pada Tabel 2.1.


(16)

Tabel 2.1 Kandungan kalsium dari beberapa bahan makanan

No Bahan makanan sumber hewani

Kandungan kalsium mg per 100 g

BDD

No Bahan makanan sumber nabati

Kandungan kalsium mg per 100

g BDD

1 Tepung teri 4608 1 Wijen 1125

2 Terasi 3812 2 Daun kelor 1077

3 Tepung ikan 3196 3 Daun pohpohan 744

4 Ikan gabus asap 2510 4 Bungkil kacang tanah 730

5 Ikan teri kering tawar 2381 5 Bayam merah 520

6 Rebon kering 2306 6 Tempe pasar 517

7 Ikan bandeng presto 1422 7 Kacang merah kering 502

8 Usus ayam goreng 1407 8 Biji mente goreng 502

9 Tepung susu skim 1300 9

Kacang belimbing

(kecipir) 468

10 Tepung susu 904 10 Kacang tanah 316

11 Belut goreng 840 11 Asinan Bogor 314

12 Keju 777 12 Gado-gado 301

13 Udang kering 760 13

Kacang kedelai

goreng 296

14 Susu kental manis 275 14 Bihun goreng instan 266

15 Bebek goreng 170 15 Bayam kukus 239

16

Telur bebek bagian

kuning 150 16 Sawi 220

17

Telur ayam ras

bagian kuning 147 17 Bakwan 204

18 Susu sapi 143 18 Selada air 182

19 Es krim 123 19 Daung singkong 165

20 Yoghurt 120 20 Beras giling 147

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (PERSAGI, 2009)

2.2Pangan Sumber Vitamin D

Vitamin merupakan senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh tetapi penting untuk mengontrol proses metabolisme. Vitamin dikelompokkan menurut kelarutannya yang dibagi menjadi 2 yaitu larut lemak dan air. Vitamin D cukup unik karena secara normal dibuat di dalam kulit dari precursor inaktif 7-dehidrokolesterol melalui suatu reaksi yang dibantu dengan adanya sinar ultraviolet matahari.

Vitamin D merupakan vitamin yang larut lemak. Pada umumnya pangan sumber vitamin D di dapat dari ikan, telur, keju, margarin, mentega, sereal, yoghurt dan susu (Bowden et al. 2008).


(17)

2.3Metabolisme dan Status Gizi Kalsium

2.3.1 Metabolisme Kalsium

Proses penyerapan kalsium terutama terjadi pada bagian atas usus halus yang dibantu oleh 1.25 dehidroksikolekalsiferol (metabolit aktif dari vitamin D), disertai kerja hormon paratiroid. Adanya metabolit aktif di dalam sirkulasi umum dan bukan di dalam lumen usus dapat meningkatkan sintesa protein pengikat kalsium dalam enterosit. Penyerapan kalsium dapat dikurangi dengan memberikan filtrat per oral ataupun asam lemak atau fosfat berlebihan (WHO 2004).

Kalsium membutuhkan lingkungan yang asam agar dapat diserap secara efisien terutama di bagian atas usus halus. Penyerapan kalsium pada permukaan usus halus tergantung pada keaktifan hormon dan vitamin D. Tubuh manusia menyerap sekitar 20% hingga 40% kalsium dari makanan yang dikonsumsi, akan tetapi penyerapan meningkat hingga 50% sampai 70% ketika tubuh membutuhkan kalsium dalam jumlah ekstra terutama pada bayi dan ibu hamil.

Menurut WHO (2004), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap metabolisme kalsium adalah konsentrasi kalsium dan fosfor dalam bahan pangan, ketersediaan asam fitat dan oksalat yang dapat menghambat penyerapan kalsium, tingkat keasaman usus halus, kandungan protein di dalam diet dan ketersediaan vitamin D dan hormon paratiroid. Faktor pertama yaitu perbandingan kalsium dan fosfor di dalam diet menentukan derajat penyerapan dan konsentrasi kalsium di dalam darah. Konsumsi kalsium dan fosfor yang berlebihan akan terbuang melalui feses. Perbandingan kalsium dan fosfor sebesar 1:2 sampai 2:1 menghasilkan penyerapan yang optimum. Oleh karena itu di Indonesia, mengingat konsumsi makanan hewani masih rendah sedangkan konsumsi serealia, kacang-kacangan dan sayuran tinggi, maka akhir-akhir ini banyak rekomendasi yang menganjurkan perbandingan kalsium dan fosfor adalah 1:1.

Faktor kedua mengenai ketersediaan asam fitat dan oksalat pada beberapa bahan pangan seperti bayam dan umbi dapat mengendapkan kalsium di dalam usus. Selain itu kalsium yang ada pada serealia tidak mudah diserap karena terikat dengan inositol heksafosfat (fitat) yang membentuk fitin. Hal ini ditunjang oleh faktor ketiga tingkat keasaman lambung semakin tinggi, maka semakin mudah penyerapan kalsium. Pada kondisi basa, penyerapan akan menurun karena terbentuknya kompleks kalsium fosfat.

Faktor keempat yang mempengaruhi metabolisme kalsium adalah peningkatan konsumsi protein yang mempengaruhi peningkatan penyerapan kalsium seperti yang dialami oleh orang-orang Eskimo, meskipun konsumsi kalsiumnya rendah tetapi karena banyak memakan daging, jarang mengalami defisiensi kalsium. Faktor kelima yaitu ketidaktersediaan vitamin D dalam tubuh menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor tidak normal dan pembentukan tulang terhambat (PERSAGI 2009).


(18)

2.3.2 Status Gizi Kalsium

Berdasarkan angka kecukupan gizi di Indonesia (Hardinsyah, 2012), kebutuhan kalsium per hari disesuaikan dengan kategori umur dijelaskan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kebutuhan kalsium per hari anak umur 1 – 12 tahun.

Golongan Umur Kalsium (mg)

1 – 3 tahun 500

4 – 6 tahun 500

7 – 9 tahun 800

10 – 12 tahun 800

Kalsium mempunyai peranan yang sangat penting di dalam tubuh yaitu sebagai komponen utama pembentuk tulang dan gigi serta memelihara ketegaran kerangka tubuh; sebagai “intracellular regulator” atau “messenger” yang membantu regulasi aktivitas otot-otot kerangka, jantung dan jaringan-jaringan lain; membantu kontraksi dan relaksasi otot; membantu penyerapan vitamin B12; mengirimkan isyarat syaraf ke jaringan tubuh, menyimpan dan melepas neurotransmitter, menyimpan dan melepas hormon, menyerap dan mengikat asam amino, mengentalkan darah, menjaga keseimbangan osmotik, sebagai bagian dari enzim yaitu lipase, suksinat dehidrogenase, adenosin trifosfatase dan beberapa proteolitik, menjaga keseimbangan osmotik (IOM 2010).

Pengukuran status gizi kalsium pada anak dilakukan dengan menghitung asupan pangan anak tersebut. Anak-anak dalam masa pertumbuhan membutuhkan asupan kalsium yang cukup sehingga pertumbuhan tulang terjadi dengan baik dan membuat anak menjadi lebih tinggi dan kuat.

2.3.3 Pengukuran Kepadatan Tulang

Kepadatan tulang dapat diukur dengan menggunakan alat Omnisense 8000p yang menggunakan metode pengukuran quantitative ultrasound (QUS) pada tulang tibia dan radius. Alat ini mengukur kepadatan masa tulang perifer yang menggunakan gelombang suara ultra yang menembus tulang sehingga bisa dinilai atenuasi kekuatan dan kekakuan (stiffnes) tanpa ada resiko radiasi. Jika tulang tebal, gelombang suara akan bergerak lambat. Dengan demikian, waktu transit dari gelombang suara dapat dikaitkan dengan jumlah tulang dan struktur trabekular pada bagian dalam tulang. Metode ini dinilai mempunyai beberapa keuntungan seperti mudah dibawa-bawa karena alatnya relatif kecil, pengukurannya cepat dan relatif murah (ANZHSN 2008).

Densitas tulang akan terbaca sebagai nilai Z-score. Nilai ini merupakan perbandingan kandungan densitas mineral tulang seseorang sesuai umur dan jenis kelamin (RCR 2005).


(19)

2.4Metabolisme dan Status Gizi Vitamin D

Vitamin merupakan senyawa organik dengan jumlah sedikit dalam tubuh tetapi penting untuk mengontrol proses metabolisme. Vitamin dikelompokkan menurut kelarutannya yang menentukan stabilitas dan keberadaannya di dalam bahan pangan serta distribusi di dalam tubuh dan penyimpanan dalam jaringan. Vitamin D merupakan salah satu vitamin larut dalam lemak yang berfungsi dalam metabolisme kalsium mulai dari penyerapan kalsium sampai pembentukan tulang dan gigi, mempertahankan kalsium dalam tubuh dengan meningkatkan penyerapan dan mengurangi kehilangan kalsium dalam urin. Perbedaan absorbsi, penyimpanan dan ekskresi antara vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, K dan vitamin larut air seperti vitamin B dan C dijelaskan dalam Tabel 2.3. Selain itu vitamin D berperan dalam kekebalan tubuh, pembentukan sel darah, membantu sel dalam melakukan diferensiasi sebuah proses yang dapat mengurangi risiko kanker.

Tabel 2.3 Perbedaan metabolisme (penyerapan, penyimpanan dan sekresi) vitamin larut lemak dan larut air

Tahap Vitamin Larut Lemak Vitamin Larut Air

Metabolisme A, D, E, K B dan C

Penyerapan Getah bening selanjutnya darah Langsung kedalam darah

Penyimpanan Long term Short term

Sekresi

Kurang mudah disekresi

(bertahan disimpan dalam lemak) Disekresi melalui ginjal dan urin Sumber : Soejitno dan Kuswardhani 2009

Vitamin D pertama kali ditemukan oleh Sir Edward Mellanby, Inggris (1919), beliau menemukan penyakit rickets anjing yang dapat disembuhkan dengan minyak ikan. Penyebab sebenarnya dari rickets adalah kekurangan vitamin D karena sinar matahari yang dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan kaya vitamin D.

Ada tiga jenis vitamin D, yaitu vitamin D1 yang sekarang tidak digunakan lagi karena masih merupakan senyawa campuran, vitamin D sintetik yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kolekalsiferol). Vitamin D banyak terdapat dalam makanan seperti kuning telur, keju dan ikan. Vitamin D juga diproduksi oleh tubuh manusia selama terekspos sinar ultraviolet dari matahari (Setiati 2008). Efektifitas pembentukan vitamin D tergantung pada perubahan musim, garis belahan lintang bumi, waktu dalam sehari, tutupan awan, asap dan tabir surya. Paparan sinar ultraviolet B (gelombang rendah; 290-315 nm) pada kulit menyebabkan konversi 7-dehidrokolekalsiferol menjadi previtamin D3 dan akan diubah menjadi vitamin D3 melalui reaksi panas. Vitamin D2 dan D3 yang berasal dari makanan dan suplementasi serta bersama dengan vitamin D3 hasil fotosintesis bergabung dengan kilomikron dan memasuki sirkulasi vena (Soejitno dan Kuswardhani 2009).


(20)

2.4.1 Metabolisme Vitamin D

Vitamin D mempengaruhi metabolisme kalsium dan fosfor pada organ target yaitu usus halus, tulang dan ginjal. Metabolisme vitamin D berlangsung melalui hidroksilasi kolekalsiferol di dalam organ hati seperti terlihat pada Gambar 2.1. Hidroksilasi menghasilkan senyawa 25-hidroksikolekalsiferol (25-OH) yang selanjutnya di dalam ginjal akan diubah menjadi 1.25-dihidroksikolekalsiferol (1.25-(OH)2D3) atau 24.25-dihidroksikolekalsiferol (24.25-(OH)2D3). Metabolit aktif 1.25-(OH)2D3 mempermudah penyerapan kalsium secara aktif di dalam usus halus oleh rangsangan sintesis kalsium yang terkait dengan protein (Almatsier 2003).

Vitamin D yang diserap di dalam usus kecil dalam bentuk misel garam empedu dan disirkulasi di dalam tubuh melalui getah bening. Penyerapan 25-hidroksivitamin D, lebih efisien dan kurang bergantung pada garam empedu. Vitamin ini umumnya tidak hadir dalam jumlah yang signifikan dalam makanan maupun suplemen makanan. Penyimpanan yang besar dari vitamin D ada di dalam jaringan adipose karena merupakan vitamin yang larut lemak.

Faktor- faktor yang mempengaruhi metabolisme vitamin D menurut WHO (2004) adalah kurangnya paparan sinar matahari, ketidakmampuan untuk menyerap asupan lemak di dalam tubuh (vitamin D adalah vitamin larut lemak), menderita penyakit yang melibatkan kelenjar paratiroid atau ginjal, faktor penuaan, kondisi ibu hamil dan menyusui, kerentanan genetik.


(21)

Gambar 2.1 Mekanisme sintesa vitamin D di dalam tubuh.

2.4.2 Status Gizi Vitamin D

Kebutuhan Vitamin D dalam 1 hari belum diatur dialam angka kecukupan gizi (AKG, 2014). Namun secara mendasar kebutuhan Vitamin D per hari adalah sekitar 15 µg atau senilai dengan 600 IU.

Hanya 10 hingga 15% kalsium dan 60% fosfat dari konsumsi pangan yang dapat diserap oleh tubuh tanpa bantuan vitamin D. Penyerapan kalsium dapat meningkat menjadi 30 hingga 40% dan fosfat sebesar 80% dengan bantuan vitamin D (Soejitno dan Kuswardhani 2009).

Fungsi vitamin D menurut Yulia dan Darningsih 2010 adalah membantu metabolisme tulang dan pemeliharaan struktur tulang, mengatur homeostatik kalsium plasma, meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat melalui usus halus, menghasilkan hormon kalsiterol (disintesis di ginjal dan hati) mempunyai peran sentral metabolisme kalsium dan fosfor, memelihara fungsi sel dan saraf, mengatur kadar kalsium plasma yang dipengaruhi oleh parathyroid hormone

(PTH) dan kalsitonin.


(22)

Vitamin D secara langsung mempengaruhi sel T (menghambat proliferasi limfosit T dan menghambat produksi sitokin) dan sel B (menghambat sekresi antibodi dan produksi autoantibodi). Penemuan tentang peranan kritis dari vitamin D dalam fungsi imun dibantu oleh penemuan reseptor-reseptor vitamin D pada sel makrofag dan dendritik dari sistem imun dalam 15 tahun terakhir.

Begitu terpicu oleh vitamin D, sel makrofag itu mampu melepaskan

peptideantibacterial peptides (bagian dari protein) misalnya cathelicidin, dan protein-protein antibakterial ini memainkan suatu peranan kritis dalam pencegahan infeksi dari sistem imun.

Ketertarikan khusus pada bidang ini telah dibpengaruhi oleh Mycobacterium tuberculosis (penyebab TBC) dan Mycobacterium leprae (penyebab lepra). Kekurangan vitamin D telah muncul sebagai suatu faktor resiko yang jelas untuk penyakit-penyakit ini.

Penyakit-penyakit autoimmune masih tetap menjadi suatu bidang yang sangat aktif dari penelitian vitamin D. Dalam penelian-penelitian terbaru mengenai multiple sclerosis, misalnya, para dokter bereksperimen dengan vitamin D dengan dosis mencapai 1000 µg. Almatsier (2003) juga menyatakan bahwa vitamin D berfungsi dalam pengendalian kalsium dalam darah bersama-sama dengan hormon paratimid dan kalsitonin seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengendalian kalsium dalam darah oleh vitamin D, hormon paratiroid dan kalsitonin (Almatsier 2003 dengan modifikasi).


(23)

2.5SEANUTS(South East Asia Nutrition Surveys) 2011 - 2012

SEANUTS adalah suatu survei gizi yang dilakukan oleh Royal FrieslandCampina, induk perusahaan dari PT. Frisian Flag Indonesia. Survei ini dilakukan di empat negara di Asia Tenggara : Indonesia, Malaysia, Thailand dan Vietnam dengan tujuan untuk menganalisa status gizi anak-anak di negara tersebut dari umur 6 bulan sampai 12 tahun. Survei yang dilakukan meliputi pola konsumsi, pangan, aktifitas fisik, fungsi kognitif, status gizi dan perkembangannya, status zat gizi mikro di serum darah (zat besi, vitamin A, D dan DHA) dan kepadatan tulang seperti dijelaskan pada Gambar 2.3.

Design yang digunakan dalam SEANUTS adalah cross-sectional study dan berdasarkan pada populasi Indonesia. Jumlah sampel yang berpartisipasi dalam survei ini adalah 7200 anak terbagi dalam 3 grup umur : 2400 anak dengan umur 6 - 24 bulan, 2400 anak dengan umur 2 -5 tahun, 2400 anak dengan umur 6 - 12 tahun. Sejak era desentralisasi, program kesehatan menjadi bagian penting di setiap kabupaten dimana masing-masing kabupaten diminta untuk merencanakan, mengeksekusi dan mengevaluasi program kesehatan di masing-masing tempat. Oleh karena itu setiap dilakukan riset kesehatan dasar maka dasar sampel yang diambil adalah kabupaten untuk merepresentasikan bermacam-macam kondisi demografi dan sosial ekonomi. Di dalam survei ini minimum 10 persen dari kabupaten yang ada di seluruh Indonesia diambil sebagai sampel (48 kabupaten dari 440 kabupaten diseluruh Indonesia). Survei ini mengambil 4 desa di masing-masing kabupaten yang mencakup kondisi perkotaan dan pedesaan. Daftar kabupaten yang terpilih secara acak dapat dilihat dalam Tabel 2.4. Dari masing-masing kabupaten tersebut, 150 jumlah anak berusia 6 bulan hingga 12 tahun diseleksi untuk berpartisipasi dalam survei ini. Persiapan SEANUTS dilakukan sejak tahun 2010, pengambilan sampel dan data pada tahun 2011 serta analisa data pada tahun 2012.

Survei ini merupakan komplimentari studi Riskesdas 2007 dan 2010 yang merupakan kegiatan riset kesehatan berbasis masyarakat yang diarahkan untuk mengevaluasi pencapaian indikator Millenium Development Goals (MDGs)

bidang kesehatan di tingkat nasional dan provinsi. MDGs sendiri merupakan sebuah tekad bersama para pemimpin dunia untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan dan pengentasan kemiskinan dengan 8 tujuan yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatnya kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria serta penyakit menular lainnya, menjamin kelestarian lingkungan, membangun kemitraan global untuk pembangunan. Tujuan Riskesdas adalah mengumpulkan dan menganalisa data indikator MDG kesehatan dan faktor yang mempengaruhinya.

Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi balita pendek dan sangat pendek dari 36.7% (2007) menjadi 35.7% (2010). Penurunan terutama terjadi pada prevalensi balita pendek yaitu dari 18% (2007) menjadi 17.1% (2010), sedangkan prevalensi balita sangat pendek hanya sedikit menurun yaitu dari 18.8% (2007) menjadi 18.5% (2010). Sementara itu prevalensi anak pendek pada kelompok anak 6 - 12 tahun adalah 35.8% (Trihono et al. 2010).


(24)

Tabel 2.4 Daftar 48 kabupaten yang terseleksi dalam survei ini

No Provinsi Kabupaten & Kota Jumlah Desa

01 Nanggroe Aceh D Aceh Utara 4

02 Sumatera Utara Labuhan Batu 4

03 Langkat 4

04 Kota Padang Sidempuan 4

05 Sumatera Barat Kota Solok 4

06 Riau Kota Pekanbaru 4

07 Sumatera Selatan Ogan Komering Ilir 4

08 Ogan Ilir 4

09 Lampung Tanggamus 4

10 Way Kanan 4

11 Kepulauan Riau Kota Tanjung Pinang 4

12 DKI Jakarta Jakarta Barat 4

13 Jawa Barat Sukabumi 4

14 Kab. Bandung 4

15 Tasikmalaya 4

16 Majalengka 4

17 Karawang 4

18 Kota Cirebon 4

19 Jawa Tengah Cilacap 4

20 Purworejo 4

21 Wonogiri 4

22 Pati 4

23 Batang 4

24 Brebes 4

25 DI. Yogyakarta Sleman 4

26 Jawa Timur Kab. Kediri 4

27 Jember 4

28 Sidoarjo 4

29 Magetan 4

30 Bangkalan 4

31 Kota Surabaya 4

32 Banten Kab. Tangerang 4

33 Bali Tabanan 4

34 Kota Denpasar 4

35 Nusatenggara Barat Sumbawa 4

36 Nusatenggara Timur Timor Tengah Utara 4

37 Kota Kupang 4

38 Kalimantan Barat Pontianak 4

39 Kalimantan Tengah Barito Timur 4

40 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin 4

41 Kalimantan Timur Kota Samarinda 4

42 Sulawesi Utara Kota Tomohon 4

43 Sulawesi Selatan Bantaeng 4

44 Bone 4

45 Kota Makassar 4

46 Sulawesi Tenggara Kota Kendari 4

47 Maluku Maluku Tengah 4

48 Papua Yapen Waropen 4


(25)

Stunting (pendek dan sangat pendek) menggambarkan kejadian kurang gizi pada balita yang berlangsung dalam waktu yang lama dan dampaknya bukan hanya secara fisik, tetapi juga terhadap fungsi kognitif. Berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dibandingkan dengan standar baku WHO (2005) dimana nilai z-scorenya -2 SD.

Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari karena baru setelah dua tahun terlihat bahwa ternyata balita tersebut pendek. Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama karena orang tua tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. Sehingga untuk menyelesaikan masalah kurang gizi ini perlu dilakukan usaha yang terpadu baik dari penjelasan dan pengertian mengenai pentingnya gizi, meningkatkan faktor ekonomi keluarga dan ketersediaan pangan serta produk pangan yang sesuai.

Status gizi dan perkembangannya

Anthropometry Quality Ultra

Sound (QUS)

Questionnaires Biochemical analysis

Kepadatan tulang

Dietary Intake / konsumsi pangan

Aktifitas fisik Fungsi kognitif

Status zat gizi mikro di serum darah : zat besi, vitamin A, vitamin D, DHA SEANUTS 2011-2012


(26)

III. METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan tugas akhir (rekapitulasi data, ekstraksi data dan analisis data) dilakukan di Jakarta dan Bogor. Data status gizi vitamin D dan kalsium pada anak Indonesia yang berumur 2 - 12 tahun dikumpulkan berdasarkan data hasil SEANUTS 2011 - 2012 yang bekerjasama dengan tim SEANUTS dari PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia). Data selesai dianalisa pada akhir bulan Oktober 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Tugas akhir ini menggunakan data SEANUTS 2011-2012 pada anak Indonesia 2-12 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 300 yang tersebar di 48 kabupaten di Indonesia, design yang digunakan adalah cross-sectional study dan

population based study. Sampling prosedurnya adalah multistage cluster sampling

dengan metode proportionate to population size (PPS).

Data yang diambil untuk tugas ini meliputi data konsumsi pangan berdasarkan Dietary Recall 24 jam untuk mengetahui asupan konsumsi anak, kepadatan tulang dengan alat Quantitative Ultrasound (QUS/Omnisense 8000p), kandungan vitamin D dalam serum darah dengan metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay), yang dilakukan oleh tenaga terlatih dari laboratorium Prodia. Analisis data menggunakan program SPSS versi 17 tahun 2008.

3.3 Tahapan Kajian

Data SEANUTS 2011-2012 dengan jumlah populasi 7200 sampel untuk bagian kuisioner dibagi menjadi 3 kategori umur, 2400 sampel untuk umur 6 bulan sampai dengan 2 tahun, 2400 sampel untuk umur 2 sampai dengan <6 tahun, 2400 sampel untuk umur 6 sampai dengan 12 tahun. Sementara itu untuk bagian non kuisioner (pengukuran kepadatan tulang dengan Omniscense 8000p, pengukuran aktifitas anak dengan Pedometer, analisa biokimia sampel darah) dilakukan pengambilan sub sampel. Anak dengan umur 6 bulan sampai dengan 2 tahun tidak dilakukan pengambilan darah dari pembuluh darah vena hanya secara

finger prick sehubungan dengan kode etika dari Kementerian Kesehatan.

Kriteria inklusi dari subyek adalah kondisi anak sehat tanpa ada gejala kelainan fisik, mental atau genetika dan mampu untuk berpartisipasi dalam survei tersebut. Partisipasi dari anak disetujui oleh orang tua atau kader dan ditulis dalam


(27)

form inform consent. Kriteria eksklusi adalah subyek dibawah umur 6 bulan dan diatas umur 12 tahun, kondisi anak tidak sehat dengan gejala kelainan fisik, mental atau genetika. Dokter umum dari Puskesmas terdekat bertanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan terhadap anak yang akan terlibat di dalam survei sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah disebutkan.

3.3.1 Perkiraan Jumlah Konsumsi dan Asupan Pangan Kalsium dan Vitamin

D

Jumlah responden antara anak laki-laki dan perempuan serta anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan adalah setara. Survei dilakukan di 48 kabupaten yang dipilih dengan acak dari 480 kabupaten di seluruh Indonesia. Metode yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel dan sub sampel adalah

proportionate to population size (PPS) yang menggunakan 10% dari total populasi. Nama kabupaten secara rinci disebutkan pada Tabel 2.4. Tahapan kajian yang dilakukan :

1 Rekapitulasi profil responden.

Data responden dari anak Indonesia berusia 2-12 tahun yang diukur zat gizi vitamin D dalam serum darah pada SEANUTS 2011-2012 meliputi nama responden, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, tinggi badan, berat badan dan

Body Mass Index (BMI).

2 Ekstraksi data Dietary Recall 24 jam dan pengumpulan data sekunder berdasarkan pustaka untuk analisa data jumlah konsumsi pangan yang mengandung kalsium dan mengetahui asupan kalsium harian yang meliputi pengelompokan jenis pangan sumber kalsium, menghitung jumlah konsumsi pangan sumber kalsium per kapita per hari, pengumpulan data kadar kalsium pada pangan berdasarkan pustaka (Tabel Komposisi Pangan Indonesia, PERSAGI 2009), menghitung asupan kalsium harian.

3 Ekstraksi data Dietary Recall 24 jam dan pengumpulan data sekunder berdasarkan pustaka untuk analisa data jumlah konsumsi pangan yang mengandung vitamin D dan mengetahui asupan vitamin D harian yang meliputi pengelompokan jenis pangan sumber vitamin D, menghitung jumlah konsumsi pangan sumber vitamin D per kapita per hari, pengumpulan data kadar vitamin D pada pangan berdasarkan pustaka (Tabel Komposisi Pangan Indonesia, PERSAGI 2009), menghitung asupan vitamin D harian.

3.3.2 Analisa Biokimia (Kadar Vitamin D dalam Darah) dan Kepadatan

Tulang

Analisa biokimia terutama pengukuran kadar vitamin D di dalam darah dari anak umur 2 tahun keatas dilakukan dengan sub sampel sebanyak 300 terdiri dari umur 2 - <6 tahun sebanyak 150 sampel dan umur 6 - 12 tahun sebanyak 150


(28)

sampel. Analisis kepadatan tulang dan vitamin D dalam darah tidak dilakukan oleh penulis namun data diambil dari hasil analisa yang dilakukan oleh para enumerator dan tenaga ahli dari Prodia pada SEANUTS 2011-2012.

1. Analisis kepadatan tulang dilakukan dengan menggunakan alat Quantitative Ultrasound (QUS/Omnisense 8000p) yang mengukur kepadatan masa tulang perifer yang menggunakan gelombang suara ultra yang menembus tulang sehingga bisa dinilai atenuasi kekuatan dan kekakuan (stiffnes) tanpa ada resiko radiasi. Jika tulang tebal, gelombang suara akan bergerak lambat. Dengan demikian, waktu transit dari gelombang suara dapat dikaitkan dengan jumlah tulang dan struktur trabekular pada bagian dalam tulang. Metode ini dinilai mempunyai beberapa keuntungan seperti mudah dibawa-bawa karena alatnya relatif kecil, pengukurannya cepat dan relatif murah.

2. Analisis kandungan vitamin D dalam serum darah dengan metode ELISA

(Enzyme Linked Immunosorbent Assay). ELISA merupakan metode pengikatan spesifik antibodi monoklonal. Jumlah substrat yang terikat ditentukan secara kolorimeter dengan mengukur tingkat penyerapan dan berbanding terbalik dari konsentrasi 25- OH vitamin D.

3.4Analisis data

Analisis statistik menggunakan software SPSS versi 17 tahun 2008 dengan : 1. Hubungan dua variabel yang akan dilihat pada tugas akhir ini adalah pengaruh

asupan kalsium terhadap kepadatan tulang, pengaruh asupan kalsium dan vitamin D masing-masing terhadap kepadatan tulang dan kadar vitamin D dalam darah menggunakan uji korelasi yaitu salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif (Sarwono 2012).

2. Pada tugas akhir ini akan dilihat perbandingan rerata hasil pengamatan asupan kalsium, asupan vitamin D, kepadatan tulang, kadar vitamin D di dalam darah menggunakan uji T satu sampel yang digunakan untuk membandingkan rerata hasil pengamatan dengan suatu nilai standar tertentu (Sarwono 2009).

Tahapan kajian yang dilakukan secara keseluruhan digambarkan dalam Gambar 3.1.


(29)

Ekstraksi Data Dietary Recall Pengelompokan jenis pangan, menghitung jumlah konsumsi pangan dan asupan Kalsium

Rekapitulasi Data Kadar Vitamin D

di dalam darah

Rekapitulasi Data Kepadatan Tulang

Analisa Data Uji Korelasi pengaruh asupan kalsium dan vitamin D terhadap kadar vitamin D di dalam darah, pengaruh asupan kalsium dan vitamin D terhadap kepadatan

tulang

Analisa Data Uji T rerata hasil asupan kalsium,

vitamin D, kepadatan tulang, kadar vitamin D di dalam darah

dengan kelompok varian usia, tempat tinggal dan jenis kelamin Rekapitulasi Profil Responden

untuk n = 300 Data SEANUTS 2011-2012

anak umur 2-12 tahun yang diukur kadar Vitamin D

n = 300

Ekstraksi Data Dietary Recall Pengelompokan jenis pangan, menghitung jumlah konsumsi pangan dan asupan Vitamin D

Jenis pangan yang mengandung kalsium, jumlah konsumsi pangan dan asupan

kalsium

Korelasi asupan kalsium dan vitamin D terhadap kadar vitamin D di dalam darah dan

terhadap kepadatan tulang Jenis pangan yang

mengandung Vitamin D, jumlah konsumsi pangan dan

asupan Vitamin D

Data kadar vitamin D di

dalam darah Data kepadatan tulang

Kecukupan kalsium dan vitamin D Data SEANUTS 2011-2012 anak umur 6 bulan - 12 tahun

n = 7200

Data SEANUTS 2011-2012 anak umur 2 - 12 tahun

n = 2400


(30)

IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Lokasi SEANUTS di Indonesia

Sesuai dengan skema pengambilan data yang dijelaskan pada Gambar 3.1 maka total responden yang dianalisis vitamin D di dalam darah pada SEANUTS adalah sebanyak 300 anak, namun setelah sampel darah diambil dan dikumpulkan ternyata 24 sampel darah mengalami lisis sehingga tidak bisa dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kadar vitamin D di dalam darah, sehingga data responden yang digunakan berjumlah 276. Responden yang digunakan diambil dari 47 kabupaten yang terletak di 24 provinsi di Indonesia (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Lokasi pengambilan data SEANUTS di Indonesia ()

4.2Profil Responden

Profil responden yang meliputi jenis kelamin, umur dan tempat tinggal disajikan pada Tabel 4.1. Dari 276 data responden yang dikumpulkan terdiri dari 52.90% anak laki-laki dan 47.1% anak perempuan. Untuk umur yang diamati terdiri dari 2 bagian yaitu 45.70% anak-anak berusia 2 - < 6 tahun dan 54.30% anak-anak berusia 6 – 12 tahun. Berdasarkan tempat tinggal maka 49.30% tinggal di daerah perkotaan dan 50.70% tinggal di daerah perdesaan.


(31)

Tabel 4.1 Profil responden berdasarkan jenis kelamin, umur dan tempat tinggal

Gambar 4.2 Profil responden (jumlah anak) berdasarkan jenis kelamin dan umur

Untuk merepresentasikan kondisi demografi dan sosial ekonomi maka setidaknya 10% dari kabupaten (48 dari 440 kabupaten di Indonesia) diambil sebagai sampel. Penelitian ini mengambil 4 desa di masing-masing kabupaten terpilih, perdesaan dan perkotaan akan terwakili. Dari desa yang terpilih secara acak, maka 6 orang dipilih sebagai responden yang diambil darahnya. Penelitian

Umur Tempat Tinggal

n % n % n %

2-<6 th Desa 43 29.5 26 20.0 69 25.0

Kota 28 19.2 29 22.3 57 20.7

71 48.6 55 42.3 126 45.7

6-12 th Desa 37 25.3 34 26.2 71 25.7

Kota 38 26.0 41 31.5 79 28.6

75 51.4 75 57.7 150 54.3

146 52.9 130 47.1 276 100.0

Jumlah

Jumlah responden

Laki Perempuan Total

Subjumlah


(32)

SEANUTS secara kesuruhan meliputi responden dari anak umur 6 bulan sampai 12 tahun. Namun berdasarkan kode etis dari kementerian kesehatan maka hanya anak 2 tahun keatas yang diperbolehkan diambil darah melalui pembuluh vena. Oleh karena itu dalam penelitian ini ada 2 kategori umur yaitu umur 2 - < 6 tahun dan 6 – 12 tahun.

Rekapitulasi data yang ada dapat digambarkan sebagai berikut ini : anak laki-laki berusia 2 - < 6 tahun tinggal di perkotaan sebesar 10.10% dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.60%. Anak laki-laki berusia 6 – 12 tahun tinggal di perkotaan sebesar 13.80% dan yang tinggal di perdesaan sebesar 13.40%. Anak perempuan berusia 2 - <6 tahun yang tinggal di perkotaan sebesar 10,50% dan yang tinggal di perdesaan sebesar 9.40%. Sedangkan anak perempuan berusia 6 – 12 tahun tinggal di perkotaan sebesar 14.90% dan yang tinggal di perdesaan 12.30%.

Berdasarkan data CIA (2012), penduduk Indonesia yang berumur 0 – 14 tahun adalah 27.3% dari 245 juta (67 juta orang anak) dengan pembagian 50.7% anak laki-laki dan 0.49% anak perempuan. Hal ini menunjukkan populasi anak laki-laki dan perempuan pada usia tersebut hampir berimbang sehingga diharapkan sampel yang diambil pada penelitian ini juga seimbang antara anak laki-laki dan perempuan. Hal yang sama juga digambarkan oleh data U.S. Census Bureau, International Data Base (2010), jumlah anak laki-laki dan perempuan pada usia 0-14 tahun adalah seimbang.

Gambar 4.3 Populasi penduduk Indonesia berdasarkan umur dan jenis kelamin (International Data Base, 2010)


(33)

Tabel 4.2 Profil responden berdasarkan rata-rata tinggi badan, berat badan dan BMI (Body Mass Index)

Tinggi Badan Anak

(cm) Laki-laki Standar * Perempuan Standar *

1 - 3 tahun 89.4 91.0 87.8 91.0

4 - 6 tahun 105.7 112.0 104.8 112.0

7 - 9 tahun 121.,2 130.0 121.4 130.0

10 - 12 tahun 133.8 142.0 133.4 145.0

Berat Badan Anak (kg)

1 - 3 tahun 12.4 13.0 12.0 13.0

4 - 6 tahun 17.1 19.0 16.1 19.0

7 - 9 tahun 22.6 27.0 21.7 27.0

10 - 12 tahun 29.8 34.0 29.4 36.0

BMI

1 - 3 tahun 15.5 15.7 15.5 15.7

4 - 6 tahun 15.3 15.1 14.7 15.1

7 - 9 tahun 15.4 16.0 14.7 16.0

10 - 12 tahun 16.6 16.9 16.5 17.1

* Acuan yang digunakan pada penyusunan AKG 2012 (Hardinsyah 2012)

Dari data yang ditampilkan pada Tabel 4.2 maka tinggi badan dan berat badan anak lebih rendah dari acuan tinggi badan dan berat badan yang digunakan pada penyusunan AKG 2012. Namun data ini juga menunjukkan bahwa tinggi badan anak > 90% dari acuan dan berat badan > 80% dari acuan, data BMI menunjukkan >90% dari acuan. Hal ini cukup bagus karena menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi responden dalam penelitian ini mempunyai tinggi badan dan berat badan yang cukup.


(34)

Gambar 4.4 Rata-rata tinggi badan anak laki-laki (cm) dibandingkan dengan standar WHO

Gambar 4.5 Rata-rata tinggi badan anak perempuan (cm) dibandingkan dengan standar WHO


(35)

Gambar 4.6 Rata-rata berat badan anak laki-laki (kg) dibandingkan dengan standar WHO

Gambar 4.4 dan 4.5 menjelaskan mengenai rata-rata tinggi badan hasil pengukuran antropometri dibandingkan dengan standar WHO. Jika dilihat dari data yang ada, maka tinggi badan responden berada pada kisaran normal karena masih diatas garis Z score : -2 (WHO 2006).

Gambar 4.7 Rata-rata berat badan anak perempuan (kg) dibandingkan dengan standar WHO


(36)

Gambar 4.6 dan 4.7 menjelaskan mengenai rata-rata berat badan hasil pengukuran antropometri dibandingkan dengan standar WHO. Jika dilihat dari data yang ada, maka berat badan responden berada pada kisaran normal karena masih diatas garis Z score : -2 (WHO 2006).

4.3 Konsumsi dan Asupan Kalsium serta Vitamin D

Dietary recall 24 jam adalah salah satu metode kuisioner yang umum digunakan untuk mengetahui gambaran estimasi konsumsi individu dalam sehari, sehingga secara agregat dapat mengestimasi rata-rata konsumsi sehari pada tingkat penduduk di suatu wilayah. Dari ekstraksi dietary recall 24 jam pada sampel anak yang dianalisis kadar vitamin D terdapat 231 jenis makanan (food item) yang kemudian dikelompokkan menjadi 13 golongan makanan (food category) sebagai berikut : (1) serealia dan hasil olahannya, (2) umbi berpati dan hasil olahannya, (3) kacang-kacangan dan hasil olahannya, (4) sayuran dan hasil olahannya, (5) buah dan hasil olahannya, (6) daging, unggas dan hasil olahannya, (7) ikan, kerang, udang dan hasil olahannya, (8) telur dan hasil olahannya, (9) susu dan hasil olahannya, (10) lemak dan minyak, (11) gula, sirup dan konfeksioneri, (12) bumbu-bumbu dan (13) snacks dan drinks.

Untuk golongan makanan serealia dan hasil olahannya dibagi beberapa sub golongan seperti (a) beras dan produk olahannya, (b) jagung dan produk olahannya, (c) terigu dan produk olahannya dan (d) havermut dan produk olahannya. Golongan makanan umbi berpati dan hasil olahannya dibagi beberapa sub golongan seperti (a) kentang dan produk olahannya, (b) singkong dan produk olahannya, (c) sagu dan produk olahannya dan (d) tapioka dan produk olahannya.

Golongan makanan kacang-kacangan dan hasil olahannya dibagi menjadi sub golongan seperti (a) kacang hijau dan produk olahannya, (b) kacang merah dan produk olahannya, (c) kacang tanah dan produk olahannya, (d) kelapa dan produk olahannya dan (e) kedelai dan produk olahannya.Untuk golongan sayuran dan hasil olahannya dibedakan menjadi (a) sayuran daun, (b) sayuran bunga, (c) sayuran buah, (d) sayuran akar, (e) sayuran biji dan (f) lain-lain. Golongan buah dan hasil olahannya dibedakan menjadi (a) buah dan (b) produk terolah.

Golongan makanan daging, unggas dan hasil olahannya dibedakan menjadi (a) ayam dan hasil olahannya, (b) babi dan hasil olahannya, (c) bebek dan hasil olahannya, (d) kambing dan hasil olahannya dan (e) sapi dan hasil olahannya. Untuk golongan ikan, kerang, udang dan hasil olahannya dibedakan menjadi (a) ikan dan hasil olahannya, (b) cumi-cumi dan hasil olahannya dan (c) udang dan hasil olahannya. Golongan telur dan hasil olahannya tidak dibagi lagi dalam sub golongan. Susu dan hasil olahannya dibagi menjadi (a) susu pasteurisasi, (b) UHT, (c) susu bubuk, (d) susu kental manis dan (e) es krim.


(37)

Golongan makanan lemak dan minyak, serta bumbu-bumbu tidak dibagi lagi dalam sub golongan. Golongan makanan gula, sirup dan konfeksioneri dibagi menjadi sub golongan (a) gula, (b) kopi, (c) konfeksioneri dan (d) sirup. Golongan

snacks dan drinks dibagi menjadi (a) snacks dan (b) drinks.

Total konsumsi (g/kapita/hari) yang paling tinggi adalah serealia dan hasil olahannya diikuti oleh kelompok makanan kacang-kacangan dan hasil olahannya serta sayuran dan hasil olahannya yang dijelaskan pada Gambar 4.8. Lampiran 2 menunjukkan total konsumsi pangan pada penelitian ini adalah 440.45 g/kapita/hari. Hal ini didukung oleh data dari survei sosial ekonomi nasional (2008-2012) konsumsi rata-rata beras sendiri di Indonesia adalah 239 g/kapita/hari.

Gambar 4.8 Total konsumsi pangan (g/kapita/hari) berdasarkan data SEANUTS (pada anak yang diukur kadar vitamin D dalam darah, n=276) di Indonesia


(38)

Asupan pangan yang mengandung vitamin D per kapita per harinya adalah 3.7 µg sedangkan kalsium adalah 234.46 mg. Menurut IOM (2010) asupan pangan yang mengandung vitamin D untuk anak usia 2-12 tahun adalah 600 IU atau setara dengan 15 µg per hari. Asupan pangan yang mengandung kalsium untuk anak usia 1-3 tahun adalah 700 mg, anak 4-8 tahun adalah 1000 mg sedangkan anak 9-13 tahun adalah 1300 mg per hari. Hal ini menunjukkan bahwa asupan pangan yang mengandung vitamin D per kapita per harinya hanya 25% dari yang dianjurkan oleh IOM.

Berdasarkan angka kecukupan gizi (Hardinsyah 2012) kebutuhan vitamin D untuk anak usia 2-12 tahun adalah 10 µg per hari, sedangkan kecukupan kalsium untuk anak usia 1-6 tahun adalah 500 mg, sedangkan anak 7-12 tahun adalah 800 mg per hari. Oleh karena itu asupan yang mengandung vitamin D per kapita per harinya hanya mencapai 37% dari AKG yang dianjurkan.

Data pada Tabel 4.3 kemudian dikelompokkan untuk mengetahui dari 13 kelompok makanan, kelompok makanan mana yang menyumbangkan kecukupan vitamin D dan kalsium terbesar. Hal ini dijelaskan pada Gambar 4.9 dapat diketahui bahwa kelompok makanan yang menyumbangkan asupan kalsium paling besar adalah susu dan hasil olahannya sebesar 42.38%, kacang-kacangan dan hasil olahannya sebesar 12.78%, sayuran dan hasil olahannya sebesar 11.97%, serealia dan hasil olahannya sebesar 8.96% serta ikan, kerang, udang dan hasil olahannya sebesar 7.6%.

Gambar 4.9 Kelompok makanan yang memberikan asupan pangan kalsium terbesar


(39)

Gambar 4.10 Kelompok makanan yang memberikan asupan pangan vitamin D terbesar

Pada Gambar 4.10 kelompok makanan yang menyumbangkan asupan vitamin D paling besar adalah ikan, kerang, udang dan hasil olahannya sebesar 75.05%, kemudian diikuti oleh kelompok susu dan hasil olahannya sebesar 14.06%, telur dan hasil olahannya sebesar 8.45%, snacks and drinks sebesar 2.15% serta daging, unggas dan hasil olahannya sebesar 0.14%. Data sumber, konsumsi dan asupan pangan responden dijelaskan pada Lampiran 3.

Defisiensi kalsium merupakan hasil dari asupan pangan sumber kalsium yang rendah, penyerapan yang rendah atau faktor kehilangan yang tinggi. Penurunan ion kalsium di cairan ekstraselular menstimulasi sekresi hormon paratiroid untuk memindahkan kalsium dari tulang dan mempertahankan kadar serum kalsium. Hormon paratiroid juga meningkatkan konsentrasi kalsium intraseluler pada bermacam tipe sel – cardiomyocytes, sel darah, adiposit, hepatosit dan sel endokrin pankreas seperti osteoblas dan sel renal tubular. Peningkatan kadar kalsium intraseluler memicu reaksi dalam jumlah yang banyak termasuk permeabilitas dari membran plasma, signaling pathways termasuk aktifasi dan deaktifasi enzim, pembentukan siklis-nukloetida dan pengaturan sitoskeletal serta transkripsi gen (Saimi dan Kung 2002; Carafoli 2002).


(40)

Tabel 4.3 Angka kecukupan gizi 2012 (Hardinsyah, 2012), rata-rata asupan gizi per hari dan persentase AKG yang tercukupi

Rata-rata asupan gizi per

hari % AKG yang tercukupi

AKG 2012

Laki-laki (L)

Perempuan

(P) Laki-laki Perempuan

Zat Gizi 1-3 tahun 2-3 tahun

Energi kkal 1125 660 624 84 79

Protein g 26 25 26 119 125

Lemak g 44 21 22 67 72

Karbohidrat g 155 93 81 86 75

Kalsium mg 500 279 389 56 78

Vitamin D µg 5 3 5 57 91

4-6 tahun

Energi kkal 1600 679 703 61 63

Protein g 35 24 25 87 89

Lemak g 62 22 24 50 55

Karbohidrat g 220 97 98 63 63

Kalsium mg 500 257 219 51 44

Vitamin D µg 5 3 3 53 52

7-9 tahun

Energi kkal 1850 657 669 51 52

Protein g 49 25 27 65 69

Lemak g 72 20 21 41 43

Karbohidrat g 254 92 92 52 51

Kalsium mg 800 238 181 30 23

Vitamin D µg 10 4 4 41 38

L P 10-12 tahun

Energi kkal 2100 2000 704 599 48 43

Protein g 56 60 26 25 58 51

Lemak g 70 67 22 19 44 41

Karbohidrat g 289 275 101 82 50 42

Kalsium mg 800 800 140 150 17 19

Vitamin D µg 10 10 3 4 33 45

Hal lain yang menarik untuk dibahas adalah seberapa besar Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang tercukupi dari konsumsi pangan dalam satu hari seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.3. AKG yang digunakan sebagai acuan adalah AKG 2012 (Hardinsyah 2012). Persentase AKG per hari dibandingkan dengan standar AKG 2012 dengan cut off point yang sudah ditentukan seperti


(41)

energi, lemak dan karbohidrat 70% AKG, protein 80% AKG sedangkan vitamin dan mineral 100% AKG.

Persentase AKG per hari untuk energi dengan cut off point yang ditentukan ternyata mencapai 84% pada usia 1-3 tahun, namun semakin bertambahnya usia maka semakin rendah energi yang tercukupi. Hal ini juga terlihat pada zat gizi yang lain seperti lemak, karbohidrat, kalsium dan vitamin D. Hal yang cukup mengejutkan ternyata asupan protein untuk anak 1-3 tahun termasuk tinggi diatas 90%. Namun sayangnya seiring dengan bertambahnya umur, asupan proteinnya berkurang.

4.4 Kadar Vitamin D di dalam Darah

Sampel darah responden diambil oleh tenaga ahli dari Prodia dan analisis kadar vitamin D juga dilakukan oleh Laboratorium Prodia Pusat, Jakarta. Sampel darah diambil dari pembuluh vena pada anak usia 2 – 12 tahun.

Kategori yang digunakan dalam rekapitulasi data vitamin D di dalam darah adalah kurang dari < 30 nmol/L, 30-50 nmol/L, 50-70 nmol/L, >70 nmol/L. Pada Gambar 4.11 menjelaskam persentase jumlah anak berdasarkan kadar vitamin D di dalam darah.

Jika menggunakan standar WHO dimana defisiensi kadar vitamin D di dalam darah adalah < 50 nmol/L maka anak laki-laki yang mengalami defisiensi vitamin D adalah 16.66% sedangkan anak perempuan sebanyak 22.10% sehingga total anak laki-laki dan perempuan yang mengalami defisiensi vitamin D adalah 38.76%. Dari data ini bisa dilihat bahwa anak perempuan mengalami defisiensi vitamin D yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.

Beberapa penelitian di Amerika Serikat, Eropa, India, Australia, Amerika Selatan dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa 50% anak dan orang dewasa mengalami resiko defisiensi vitamin D yang tinggi (Bone & Cancer Foundation, 2008). Hal ini juga dikatakan oleh Vikram (2011) berdasarkan data yang ada pada jurnal yang sudah dipublikasi, defisiensi Vitamin D sangat umum di India pada semua kelompok umur dan jenis kelamin. Beberapa faktor yang menyebabkan defisiensi vitamin D di India adalah perubahan pola konsumsi mengandung asupan kalsium dan vitamin D yang rendah, konsumsi serat pangan yang mengandung fosfat dan fitat dimana mengurangi penyimpanan vitamin D dan kalsium, faktor genetik seperti peningkatan enzim 25(OH)D-24-hidroksilasi yang akan mengurangi metabolisme 25(OH)D, jumlah waktu yang digunakan di dalam ruangan mengurangi paparan sinar matahari terutama orang India yang tinggal di perkotaan.

Jika dilihat dari data rata-rata kadar vitamin D di dalam darah responden pada Gambar 4.12 maka ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan


(42)

perempuan serta antara anak-anak yang tinggal di perdesaan dan perkotaan. Hal ini sangat menarik karena kadar vitamin D di dalam darah dapat dipengaruhi oleh asupan vitamin D sehari-hari atau kemungkinan yang lebih besar adalah pengaruh paparan sinar matahari.

Gambar 4.11 Persentase jumlah anak berdasarkan kadar vitamin D di dalam darah

Menurut WHO (2004), Setiati (2008), Soejitno dan Kuswardhani (2009) kurangnya paparan sinar matahari mempengaruhi metabolisme vitamin D, sayangnya didalam penelitian ini tidak diukur secara detail berapa lama paparan sinar matahari yang di dapat pada anak-anak. Didalam pembahasan berikutnya akan dilihat apakah asupan pangan yang mengandung sumber vitamin D mempengaruhi kadar vitamin D di dalam darah. Ternyata uji korelasi Pearson Chi-square menunjukkan bahwa asupan pangan vitamin D (p value 0.693 > alpha 5%; OR 1.192; 95% tingkat kepercayaan) dan kalsium (p value 0.863 > alpha 5%; OR 0.951; 95% tingkat kepercayaan) tidak berkorelasi signifikan dengan kandungan vitamin D dalam darah.

Menurut Holick (2007), sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan vitamin D setiap hari dari asupan pangan kecuali orang tersebut makan ikan yang mengandung tinggi lemak secara rutin. Pearce S (2010) menyatakan bahwa vitamin D defisiensi dan insuffisien juga terjadi di Inggris, salah satu penyebabnya adalah kurangnya paparan sinar matahari terutama bagi mereka yang tidak melakukan aktivitas di luar ruangan. Hal yang sama dikemukakan oleh


(43)

Cannell et al. (2008) bahwa konsumsi pangan secara normal mengandung sedikit sumber pangan vitamin D kecuali mereka yang makan ikan yang mengandung tinggi lemak. Sumber vitamin D juga bisa didapat dari makanan yang difortifikasi seperti susu, jus jeruk dan sereal, margarin. Produksi vitamin D pada kulit cukup cepat setelah beberapa menit terpapar dengan sinar matahari.

Gambar 4.12 Rata-rata kadar vitamin D 25(OH)D (nmol/L) ± SD di dalam darah dari 276 anak

Vikram (2011) menyebutkan bahwa 30 menit paparan sinar matahari terhadap kulit tangan dan muka, tanpa suncreen antara jam 10 pagi sampai 2 siang (karena maksimum sinar ultraviolet B) setiap hari akan mampu mencegah defisiensi vitamin D. Pembuatan vitamin D pada kulit adalah sangat cepat, dimana hanya dalam beberapa menit terpapar sinar matahari maka sumber vitamin D


(44)

untuk tubuh telah tersedia. Terpapar sinar matahari selama beberapa saat, bukan karena asupan vitamin D adalah sumber utama dari sirkulasi penyimpanan vitamin D di dalam tubuh. Sebagai contoh, orang berkulit putih berjemur di bawah sinar matahari pada saat musim panas (seluruh tubuh, minimal erythemal dosis dari radiasi ultraviolet B (UV B), memproduksi 500 µg vitamin D kurang dari 30 menit (Holick 2007). Hal ini sama dengan seseorang yang minum 200 gelas (2.5 µg/ gelas) atau 50 multivitamin standar (4 µg /tablet).

4.5 Kepadatan Tulang

Kepadatan tulang akan terbaca sebagai nilai Z-score dan nilai ini merupakan perbandingan kandungan densitas mineral tulang seseorang sesuai umur dan jenis kelamin (RCR 2005). Hasil rekapitulasi yang didapat dari pengukuran kepadatan tulang dijelaskan pada Tabel 4.4. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa secara keseluruhan ada perbedaan antara kepadatan tulang anak laki-laki dan anak perempuan. Secara umur juga terlihat bahwa anak berumur 2 - < 6 tahun kepadatan tulangnya lebih rendah dibandingkan dengan anak berumur 6 – 12 tahun.

Tabel 4.4 Nilai kepadatan tulang (Z score) anak dilihat dari jenis kelamin, umur dan tempat tinggal

Desa Kota

radius tibia radius tibia

Laki-laki

2-<6 tahun -0.43 0.70 0.39 1.04

6-12 tahun 0.29 1.66 0.40 1.22

Perempuan

2-<6 tahun -0.16 0.94 0.10 0.57

6-12 tahun -0.10 0.98 0.44 1.38

Nilai normal Z score >-2.0

Menurut CAR (2010), diagnosa anak yang mempunyai BMD (Bone Mass Density) normal adalah yang mempunyai Z score diatas -2.0; sedangkan diagnosa anak yang kurang BMDnya adalah ≤ -2.0; oleh karena itu anak-anak yang diuji masih memiliki kepadatan tulang yang normal karena Z score > -2.0. Uji korelasi Pearson Chi-square menunjukkan bahwa asupan pangan kalsium tidak berkorelasi signifikan dengan kepadatan tulang (p value 0.745 > alpha 5%; OR 1.231; 95% tingkat kepercayaan. Asupan pangan vitamin D pada penelitian ini juga tidak


(45)

berkorelasi signifikan dengan kepadatan tulang ( p value 0.380 > alpha 5%; OR 0.505; 95% tingkat kepercayaan). Namun dari hasil uji korelasi, terlihat hubungan yang signifikan antara vitamin D di dalam darah dan kepadatan tulang, karena memiliki p-value kurang dari 0.05.

Menurut European Commision Scientific Committee on Food (2003), kalsium harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup supaya kalsium dapat terserap dengan baik dalam pembentukan tulang dan mengkompensasi jumlah yang terbuang melalui fekal dan kehilangan selama proses metabolisme dalam tubuh. Banyak hasil survei gizi tentang asupan kalsium yang menyatakan bahwa asupan dibawah angka yang direkomendasikan pada kebanyakan populasi.

Pada studi observasi longitudinal (DONALD study) yang dimulai pada tahun 1985 dan mengikuti pertumbuhan anak umur 3 bulan sampai 18 tahun (dengan jumlah sampel 400 sampai 500 subyek) menunjukkan bahwa nilai rata-rata asupan kalsium pada anak sehat adalah dibawah nilai rekomendasi pada saat dibawah umur 3 tahun (ECSCF 2003).

Menurut IOM (2010), konsumsi kalsium berkaitan erat dengan kepadatan tulang. Di Amerika dan Kanada, anak usia 1-3 tahun, 4 – 8 tahun dan 9 – 13 tahun membutuhkan asupan kalsium sebesar 700 mg, 1000 mg dan 1300 mg per hari, sedangkan di Indonesia anak usia 1-3 tahun, 4-6 dan 7-9 tahun membutuhkan kalsium 500 mg per hari, sedangkan anak usia 10-12 tahun membutuhkan kalsium sebesar 700 mg per hari. Perbedaan kebutuhan kalsium per hari yang dianjurkan disebabkan perbedaan pola konsumsi dan keadaan genetika dari anak tersebut.

4.6 Fortifikasi Kalsium dan Vitamin D

Fortifikasi pangan mengacu kepada penambahan satu atau lebih zat gizi pada bahan pangan tersebut baik untuk menambahkan zat gizi yang belum ada atau memperkaya zat gizi yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dalam menanggulangi status defisiensi zat gizi yang ada ataupun meningkatkan nilai gizi dari suatu produk. Fortifikasi kalsium biasanya dilakukan pada kategori produk seperti susu formula, susu pertumbuhan, sereal (Holick 2008) dan minuman lainnya seperti susu kedelai. Jenis kalsium yang sering ditambahkan adalah kalsium susu, kalsium karbonat, kalsium fosfat dan kalsium laktat (Hurrell 1999).

Fortifikasi vitamin D biasanya dilakukan pada kategori produk seperti susu dan sereal, mentega, margarin (Calvo et al. 2004) karena vitamin D merupakan vitamin yang larut lemak. Jenis vitamin D yang sering ditambahkan adalah vitamin D2 dan vitamin D3 dengan jumlah sedikitnya 20-25 µg/hari (Holick


(1)

Total Konsumsi

Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium (g/kapita/hari) Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium

(kkal/100g) (g/100g) (g/100g) (g/100g) (µg/100g) (mg/100g) (kkal) (g) (g) (g) (µg) (mg)

101 durian 109.60 0.80 0.80 24.80 0 14 0.04 0.04 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01

102 jeruk 168.20 11.20 2.20 25.90 0 734 0.18 0.30 0.02 0.00 0.05 0.00 1.33

103 jeruk manis 51.70 0.90 0.10 11.80 0 40 2.32 1.20 0.02 0.00 0.27 0.00 0.93

104 mangga harum manis 72.70 0.50 0.30 17.00 0 10 1.23 0.90 0.01 0.00 0.21 0.00 0.12

105 mangga masak 72.70 0.50 0.30 17.00 0 10 0.36 0.26 0.00 0.00 0.06 0.00 0.04

106 mangga muda 72.70 0.50 0.30 17.00 0 10 0.22 0.16 0.00 0.00 0.04 0.00 0.02

107 melinjo (buah) 51.70 0.90 0.10 11.80 0 40 0.02 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01

108 melon 34.80 0.60 0.40 7.20 0 8 0.18 0.06 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01

109 nanas 54.80 0.40 0.40 12.40 0 7 0.29 0.16 0.00 0.00 0.04 0.00 0.02

110 nangka masak di pohon 129.80 0.80 0.20 31.20 0 2 0.11 0.14 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00

111 pepaya 42.50 0.60 0.10 9.80 0 24 1.38 0.59 0.01 0.00 0.13 0.00 0.33

112 pepaya muda mentah 25.60 1.00 0.40 4.50 0 31 0.63 0.16 0.01 0.00 0.03 0.00 0.20

113 pisang ambon 102.10 1.00 0.50 23.40 0 6 2.72 2.77 0.03 0.01 0.64 0.00 0.16

114 pisang kepok 129.80 0.80 0.20 31.20 0 2 1.54 2.00 0.01 0.00 0.48 0.00 0.03

115 pisang mas 102.10 1.00 0.50 23.40 0 6 0.94 0.96 0.01 0.00 0.22 0.00 0.06

116 pisang raja uli 102.10 1.00 0.50 23.40 0 6 2.70 2.76 0.03 0.01 0.63 0.00 0.16

117 rambutan 54.80 0.40 0.40 12.40 0 7 0.49 0.27 0.00 0.00 0.06 0.00 0.03

118 salak 89.60 0.20 0.40 21.30 0 7 0.84 0.75 0.00 0.00 0.18 0.00 0.06

119 semangka 34.80 0.60 0.40 7.20 0 8 1.23 0.43 0.01 0.00 0.09 0.00 0.10

b Produk Terolah

120 pisang molen 217.80 1.60 15.40 18.20 0 6 0.18 0.39 0.00 0.03 0.03 0.00 0.01

121 kue pisang molen 190.60 5.60 2.20 37.10 0 16 0.29 0.55 0.02 0.01 0.11 0.00 0.05

F Daging, unggas dan hasil olahannya a Ayam dan hasil olahannya

122 daging ayam 277.70 26.90 18.90 0.00 0 13 10.72 29.78 2.88 2.03 0.00 0.00 1.39

123 daging ayam-kaki 198.60 11.40 17.00 0.00 0 7 0.22 0.43 0.02 0.04 0.00 0.00 0.02

124 daging ayam-paha 208.60 20.20 14.20 0.00 0 10 0.36 0.76 0.07 0.05 0.00 0.00 0.04

125 daging ayam-sayap 144.20 14.00 9.80 0.00 0 7 0.29 0.42 0.04 0.03 0.00 0.00 0.02

126 hati ayam 150.70 24.40 5.50 0.90 0 14 0.32 0.48 0.08 0.02 0.00 0.00 0.04

127 soto ayam 105.80 7.40 4.60 8.70 0 12 0.18 0.19 0.01 0.01 0.02 0.00 0.02

128 usus ayam 90.60 14.10 3.80 0.00 0 3 0.09 0.08 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00

Asupan Pangan Sumber Sumber


(2)

Total Konsumsi

Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium (g/kapita/hari) Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium

(kkal/100g) (g/100g) (g/100g) (g/100g) (µg/100g) (mg/100g) (kkal) (g) (g) (g) (µg) (mg)

b Babi dan hasil olahannya

129 daging babi 296.50 26.20 21.30 0.00 1 24 0.53 1.56 0.14 0.11 0.00 0.01 0.13

c Bebek dan hasil olahannya

130 daging itik/bebek 331.60 19.00 28.40 0.00 0 11 0.14 0.48 0.03 0.04 0.00 0.00 0.02

131 kulit daging itik 331.60 19.00 28.40 0.00 0 11 0.05 0.18 0.01 0.02 0.00 0.00 0.01

d Kambing dan hasil olahannya

132 daging kambing 261.60 24.90 18.00 0.00 0 4 0.13 0.33 0.03 0.02 0.00 0.00 0.01

e Sapi dan hasil olahannya

133 bakso daging sapi 363.50 23.50 29.90 0.10 0 6 2.38 8.64 0.56 0.71 0.00 0.00 0.14

134 bakso pentol 363.50 23.50 29.90 0.10 0 6 2.53 9.19 0.59 0.76 0.00 0.00 0.15

135 baso 363.50 23.50 29.90 0.10 0 6 1.47 5.33 0.34 0.44 0.00 0.00 0.09

136 batagor 155.70 12.10 11.30 1.40 0 80 0.29 0.46 0.04 0.03 0.00 0.00 0.23

137 corned daging sapi (beef) 261.60 24.90 18.00 0.00 0 5 4.11 10.76 1.02 0.74 0.00 0.00 0.21

138 daging sapi 261.60 24.90 18.00 0.00 0 4 1.14 3.00 0.29 0.21 0.00 0.00 0.05

139 kerupuk rambak 523.50 3.00 30.30 59.70 0 5 0.13 0.70 0.00 0.04 0.08 0.00 0.01

G Ikan, kerang, udang dan hasil olahannya a Ikan dan hasil olahannya

140 cakalang 122.10 18.50 2.90 5.50 13 11 0.24 0.29 0.04 0.01 0.01 0.03 0.03

141 ikan asin gabus 230.40 53.10 2.00 0.00 3 36 0.45 1.04 0.24 0.01 0.00 0.01 0.16

142 ikan asin goreng 160.00 13.00 12.00 0.00 9 8 0.43 0.70 0.06 0.05 0.00 0.04 0.03

143 ikan asin kering 288.10 66.40 2.50 0.00 4 44 0.27 0.78 0.18 0.01 0.00 0.01 0.12

144 ikan asin pepetek 79.90 14.80 2.30 0.00 10 11 0.20 0.16 0.03 0.00 0.00 0.02 0.02

145 ikan asin teri 335.40 58.60 9.40 4.10 2 1702 0.11 0.36 0.06 0.01 0.00 0.00 1.85

146 ikan bandeng 79.90 14.80 2.30 0.00 10 9 3.53 2.82 0.52 0.08 0.00 0.35 0.32

147 ikan belanak 79.90 14.80 2.30 0.00 10 9 0.09 0.07 0.01 0.00 0.00 0.01 0.01

148 ikan gabus segar 89.50 18.20 0.70 2.60 1 11 0.63 0.57 0.12 0.00 0.02 0.01 0.07

149 ikan kembung 115.10 21.40 2.30 2.20 12 48 1.74 2.00 0.37 0.04 0.04 0.21 0.83

Asupan Pangan Sumber Sumber


(3)

Total Konsumsi

Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium (g/kapita/hari) Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium

(kkal/100g) (g/100g) (g/100g) (g/100g) (µg/100g) (mg/100g) (kkal) (g) (g) (g) (µg) (mg)

150 ikan layang 77.50 17.80 0.70 0.00 1 11 0.36 0.28 0.06 0.00 0.00 0.00 0.04

151 ikan lele 79.90 14.80 2.30 0.00 10 9 0.58 0.46 0.09 0.01 0.00 0.06 0.05

152 ikan mas segar 125.40 18.30 5.80 0.00 10 42 0.47 0.59 0.09 0.03 0.00 0.05 0.20

153 ikan mujair segar 79.10 18.20 0.70 0.00 1 11 1.88 1.49 0.34 0.01 0.00 0.02 0.21

154 ikan pindang banjar 106.30 21.40 2.30 0.00 12 50 0.36 0.39 0.08 0.01 0.00 0.04 0.18

155 ikan pindang kembung 132.90 26.70 2.90 0.00 15 62 0.54 0.72 0.15 0.02 0.00 0.08 0.34

156 ikan pindang layang 99.30 22.80 0.90 0.00 1 17 0.07 0.07 0.02 0.00 0.00 0.00 0.01

157 ikan salem segar 79.10 18.20 0.70 0.00 1 11 0.24 0.19 0.04 0.00 0.00 0.00 0.03

158 ikan segar 94.00 18.10 2.40 0.00 11 28 14.45 13.58 2.61 0.35 0.00 1.59 4.04

159 ikan sepat segar 144.20 18.30 5.80 4.70 10 42 0.24 0.34 0.04 0.01 0.01 0.02 0.10

160 ikan teri asin kering 319.00 58.60 9.40 0.00 2 1703 0.14 0.46 0.08 0.01 0.00 0.00 2.47

161 ikan teri segar 122.70 21.40 2.30 4.10 12 48 0.20 0.24 0.04 0.00 0.01 0.02 0.10

162 ikan tongkol 137.00 24.00 1.00 8.00 5 17 3.15 4.32 0.76 0.03 0.25 0.16 0.54

163 empek-empek kapal selam 225.00 13.20 6.60 28.20 0 500 1.07 2.40 0.14 0.07 0.30 0.00 5.34

b Cumi-cumi dan hasil olahannya

164 cumi-cumi segar 139.80 25.00 2.20 5.00 0 51 0.83 1.17 0.21 0.02 0.04 0.00 0.43

c Udang dan hasil olahannya

165 udang segar 75.30 16.70 0.90 0.10 3 31 0.77 0.58 0.13 0.01 0.00 0.02 0.24

166 kerupuk udang 548.00 6.50 28.40 66.60 1 13 0.32 1.77 0.02 0.09 0.21 0.00 0.04

167 kerupuk udang berpati 344.60 17.30 1.00 66.60 3 33 0.09 0.32 0.02 0.00 0.06 0.00 0.03

H Telur dan hasil olahannya

168 telur asin 150.20 12.60 10.60 1.10 1 50 0.23 0.35 0.03 0.02 0.00 0.00 0.12

169 telur ayam 150.20 12.60 10.60 1.10 1 50 26.36 39.59 3.32 2.79 0.29 0.26 13.18

170 telur ayam bagian kuning 272.30 19.20 20.70 2.30 8 96 0.31 0.84 0.06 0.06 0.01 0.02 0.30

171 telur ayam bagian putih 46.00 10.50 0.00 1.00 0 6 0.09 0.04 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01

172 telur itik/bebek mentah 181.40 12.80 13.80 1.50 5 64 0.43 0.79 0.06 0.06 0.01 0.02 0.28

I Susu dan hasil olahannya a Pasteurized milk

173 susu segar 67.10 3.20 3.90 4.80 0 115 0.98 0.66 0.03 0.04 0.05 0.00 1.13

b UHT

174 minuman susu ultra 67.10 3.20 3.90 4.80 0 115 17.88 12.00 0.57 0.70 0.86 0.00 20.56

Asupan Pangan Sumber Sumber


(4)

Total Konsumsi

Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium (g/kapita/hari) Energi Protein Lemak Karbohidrat Vit D Kalsium

(kkal/100g) (g/100g) (g/100g) (g/100g) (µg/100g) (mg/100g) (kkal) (g) (g) (g) (µg) (mg)

c Susu bubuk

175 ovaltine (tepung) 377.20 9.00 2.40 79.90 0 219 0.26 1.00 0.02 0.01 0.21 0.00 0.58

176 susu bendera 123 463.80 21.60 19.00 51.60 7 770 0.72 3.36 0.16 0.14 0.37 0.05 5.57

177 susu dancow 463.80 21.60 19.00 51.60 7 770 1.41 6.56 0.31 0.27 0.73 0.10 10.89

178 susu dancow balita 463.80 21.60 19.00 51.60 7 770 2.45 11.38 0.53 0.47 1.27 0.17 18.89

179 susu dancow instant 463.80 21.60 19.00 51.60 7 770 1.54 7.14 0.33 0.29 0.79 0.11 11.86

180 susu milo coklat 391.90 10.80 9.50 65.80 4 385 0.25 0.99 0.03 0.02 0.17 0.01 0.98

181 susu sgm 2 463.80 21.60 19.00 51.60 7 770 1.06 4.92 0.23 0.20 0.55 0.07 8.17

182 tepung susu 463.80 21.60 19.00 51.60 7 770 0.09 0.42 0.02 0.02 0.05 0.01 0.70

d susu kental manis

183 susu kental manis 327.50 7.80 8.70 54.50 0 300 6.20 20.31 0.48 0.54 3.38 0.00 18.60

e es krim

184 es krim walls 201.10 3.20 9.90 24.80 0 116 1.25 2.51 0.04 0.12 0.31 0.00 1.45

J Lemak dan minyak

185 minyak kelapa sawit 900.00 0.00 100.00 0.00 0 6 12.39 111.47 0.00 12.39 0.00 0.00 0.74

186 margarin 648.00 0.00 72.00 0.00 0 0 0.09 0.59 0.00 0.07 0.00 0.00 0.00

187 mentega 726.20 0.20 80.60 0.00 2 6 0.11 0.79 0.00 0.09 0.00 0.00 0.01

188 minyak sayur (indomie dll) 900.00 0.00 100.00 0.00 0 0 0.01 0.10 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00

K Gula, sirup dan konfeksioneri a Gula

189 gula merah tebu belum dimurnikan 389.20 0.00 0.00 97.30 0 85 0.13 0.49 0.00 0.00 0.12 0.00 0.11

190 gula aren 379.20 0.60 0.00 94.20 0 377 0.04 0.14 0.00 0.00 0.03 0.00 0.14

191 gula kelapa 348.90 2.30 0.10 84.70 0 1252 0.16 0.57 0.00 0.00 0.14 0.00 2.04

192 gula pasir 399.60 0.00 0.00 99.90 0 1 3.52 14.06 0.00 0.00 3.51 0.00 0.04

b Kopi

193 kopi (powder) 129.20 6.50 0.00 25.80 0 194 0.14 0.19 0.01 0.00 0.04 0.00 0.28

194 kopi susu 366.20 3.20 3.40 80.70 0 3 0.14 0.53 0.00 0.00 0.12 0.00 0.00

c Konfeksioneri

195 permen 399.60 0.00 0.00 99.90 0 1 2.50 9.98 0.00 0.00 2.49 0.00 0.02

d Sirup

196 setrup/sirup 222.00 0.00 0.00 55.50 0 48 0.58 1.29 0.00 0.00 0.32 0.00 0.28

Asupan Pangan Sumber Sumber


(5)

Total Konsumsi

Ene rgi Prote in Le mak Karbohidrat Vit D Kalsium (g/kapita/hari) Ene rgi Prote in Le mak Karbohidrat Vit D Kalsium

(kkal/100g) (g/100g) (g/100g) (g/100g) (µg/100g) (mg/100g) (kkal) (g) (g) (g) (µg) (mg)

L Bumbu-bumbu

197 kecap 65.30 10.50 0.10 5.60 0 20 2.79 1.82 0.29 0.00 0.16 0.00 0.56

198 sambal 137.10 3.80 5.50 18.10 0 47 0.24 0.32 0.01 0.01 0.04 0.00 0.11

199 sambal tomat belu 67.70 1.00 4.90 4.90 0 5 0.02 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

200 saos tomat 37.70 1.40 0.50 6.90 0 8 0.04 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

M SNACKS and DRINKS a Snacks

201 agar-agar tanpa santan 105.40 1.90 0.60 23.10 0 293 0.35 0.37 0.01 0.00 0.08 0.00 1.03

202 chiki 504.70 5.90 25.50 62.90 0 8 3.71 18.73 0.22 0.95 2.33 0.00 0.30

203 chiki balls/boom snack/guntar 504.70 5.90 25.50 62.90 0 8 0.20 1.02 0.01 0.05 0.13 0.00 0.02

204 choki-choki 22.90 0.30 0.90 3.40 0 1 0.32 0.07 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00

205 choklat 537.70 4.20 29.70 63.40 0 32 0.49 2.65 0.02 0.15 0.31 0.00 0.16

206 cilok 258.80 7.80 8.00 38.90 2 61 0.40 1.03 0.03 0.03 0.16 0.01 0.24

207 coklat 537.70 4.20 29.70 63.40 0 32 0.07 0.37 0.00 0.02 0.04 0.00 0.02

208 coklat beng-beng 503.40 7.50 23.00 66.60 0 111 0.05 0.27 0.00 0.01 0.04 0.00 0.06

209 donat 402.20 5.20 21.80 46.30 0 28 2.08 8.35 0.11 0.45 0.96 0.00 0.58

210 jelly/jam 170.60 1.70 0.60 39.60 0 168 4.38 7.47 0.07 0.03 1.73 0.00 7.35

211 kue bakpia 232.80 4.20 0.80 52.20 0 13 0.07 0.15 0.00 0.00 0.03 0.00 0.01

212 kue bolu 207.20 4.40 2.00 42.90 0 12 1.46 3.03 0.06 0.03 0.63 0.00 0.18

213 kue bolu coklat bundar 207.20 4.40 2.00 42.90 0 12 0.54 1.13 0.02 0.01 0.23 0.00 0.07

214 kue lapis 406.10 5.70 22.90 44.30 0 17 0.22 0.88 0.01 0.05 0.10 0.00 0.04

215 lumpia 124.10 5.00 3.70 17.70 0 13 0.11 0.13 0.01 0.00 0.02 0.00 0.01

216 makaroni 347.40 12.00 1.80 70.80 0 18 0.02 0.06 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00

217 meises 537.70 4.20 29.70 63.40 0 32 0.31 1.66 0.01 0.09 0.20 0.00 0.10

218 serabi 405.70 1.80 26.10 40.90 0 18 0.22 0.88 0.00 0.06 0.09 0.00 0.04

219 siomay 68.60 9.50 1.40 4.50 6 6 1.19 0.82 0.11 0.02 0.05 0.07 0.07

220 snack taro 503.70 6.00 25.70 62.10 0 22 0.14 0.73 0.01 0.04 0.09 0.00 0.03

221 snack taro/kenji snack top ten 503.70 6.00 25.70 62.10 0 22 0.08 0.42 0.01 0.02 0.05 0.00 0.02

222 snack tic-tic 573.20 5.90 38.40 51.00 0 24 0.18 1.06 0.01 0.07 0.09 0.00 0.04

223 wafer 303.40 6.20 2.60 63.80 0 9 1.17 3.54 0.07 0.03 0.74 0.00 0.11

224 wafer coklat pyramid 303.40 6.20 2.60 63.80 0 9 0.05 0.16 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00

b Drinks

226 cincau 0.80 0.00 0.00 0.20 0 2 0.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

227 es mambo/es lilin 72.00 0.00 0.00 18.00 0 0 0.76 0.55 0.00 0.00 0.14 0.00 0.00

228 es nong nong 49.60 0.60 1.20 9.10 0 1 0.18 0.09 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00

229 minuman go-go strawbery 60.00 0.00 0.00 15.00 0 0 0.72 0.43 0.00 0.00 0.11 0.00 0.00

230 sprite/fanta/coca-cola 41.60 0.00 0.00 10.40 0 3 0.03 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

231 teh kotak 40.00 0.00 0.00 10.00 0 100 2.64 1.06 0.00 0.00 0.26 0.00 2.64

TOTAL 440.45 1087.28 36.87 33.00 160.69 3.70 234.46

Asupan Pangan Sumbe r Sumbe r


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 22 Februari 1979 sebagai anak

bungsu dari pasangan Ir. A. Sugijanto (Alm) dan Dra. C.V. Widiarti (Almh).

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi,

Fakultas Teknologi Pertanian IPB, lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2011,

penulis diterima di Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan pada

Program Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 2014.

Penulis bekerja sebagai Corporate Research and Development Manager di

PT Frisian Flag Indonesia, Jakarta dan kemudian sebagai Cluster Leader Prepared

Beverages Friesland Campina Development Center Singapore.