Ilmu Ekonomi Dalam Sudut Pandang Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ilmu Ekonomi Dalam Sudut Pandang Islam

Ekonomi dalam sudut pandang Islam adalah ilmu ekonomi yang diterapkan berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Ilmu ekonomi Islam juga disebut sebagai Iqtishad yang berasal dari kata qashd yang berarti tengahseimbang. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi alaikum haydan qashidan yang artinya adalah diwajibkan atas kamu memperoleh jalan yang benar tengah Hendry, 1999:4. Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah bagaimana cara memenuhi kebutuhan ummat manusia dengan sumber daya yang tersedia baik sumber daya alam, ataupun sumber daya manusia. Bagaimana manusia memanfaatkan sarana yang ada untuk dapat memenuhi kebutuhannya secara optimal semua diatur dalam prinsip ilmu ekonomi. Namun, timbul permasalahan ekonomi pada ummat manusia yang bersumber dari kenyataan bahwa terbatasnya sarana sumber daya yang tersedia diikuti oleh keanekaragaman keinginan dan kebutuhan dari manusia itu sendiri, sehingga memaksa manusia harus memiliki prioritas dalam mengadakan pilihan diantara kebutuhan-kebutuhannya yang sesuai dengan ketersediaan alat pemuas yang ada untuk memenuhi kebutuhan secara optimal. Islam memiliki pandangan tersendiri mengenai hal yang berhubungan terhadap masalah-masalah ekonomi. Allah menyediakan sumber daya alam yang sangat banyak sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia, serta ditambah dengan iman dan taqwa kaum muslimin yang bertujuan meminimalisir nafsu Universitas Sumatera Utara dalam memenuhi kebutuhannya sehingga menjadi persepsi yang bersebrangan dengan masalah ekonomi konvensional dimana manusia dihadapkan dengan tidak sesuainya sumber daya alam yang terbatas dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas Hendry, 1999:6. Adapun dalam pandangan Islam yang membatasi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya adalah bukan dari keterbatasan sumber daya itu sendiri ataupun kebutuhannya yang tidak terbatas, melainkan adalah keterbatasan dari manusia itu sendiri. Dalam ajaran Islam sumber daya alam di bumi ini tidak terbatas, Allah menciptakan alam semesta dan isinya yang dipenuhi kekayaan yang berlimpah yang tidak terhitung jumlahnya. Untuk memperolehnya, ada yang dapat langsung dinikmati, dan ada juga yang memerlukan usaha tersendiri untuk mendapatkannya. Usaha yang perlu dilakukan manusia untuk memperolehnya adalah dengan ilmu yang dimiliknya sehingga dapat menikmati kekayaan yang telah disediakan oleh Allah. Kekayaan sumber daya yang ada di alam semesta ini tidak terbatas, melainkan kemampuan manusia itu sendiri yang memiliki keterbatasan sehingga manusia tidak mampu untuk mengambil semua harta yang telah tersedia di bumi Ismail, 2008:6. Pandangan umum dalam ekonomi menyatakan bahwa tujuan seseorang harus memenuhi kebutuhannya adalah untuk mencapai kesejahteraan. Dengan azas mencapai keuntungan yang maksimal dengan usahamodal seminimal mungkin, menjadikan pandangan ini kembali bersebrangan dengan ekonomi Islam. Walaupun masih dengan tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan, namun dalam sudut pandang Islam hal tersebut Universitas Sumatera Utara memiliki batasan-batasan tertentu dalam proses mencapai kesejahteraan itu tersendiri. Ummat muslim tidak diperbolehkan untuk mementingkan dirinya sendiri untuk mencapai hasrat dan nafsunya, jangan sampai ada pihak lain yang dirugikan akibat dari proses pencapaian keuntungan tersebut. Hendry, 1999:7. Hal ini sesuai dengan terjemahan dari Hadits Nabi sebagai berikut : BarangSiapa yang mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya bathil maka Allah akan memusnahkannya dengan air banjir dan tanah longsor. HR. Baihaqi. Ada 2 hal pokok yang harus dipahami oleh manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi yang berazaskan ekonomi Islam, yaitu P3EI UII Yogyakarta, 2012:2 : a. Falah sebagai tujuan hidup. Falah berasal dari bahasa Arab dari kata kerja aflaha-yuflihu yang berarti kesuksesan, kemenangan, atau kemuliaan. Manusia mempunyai tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidupnya sendiri, dan apabila seorang manusia sudah mencapai kesejahteraan hidup maka dia telah mencapai kemenangan dalam hidupnya. Istilah falah dalam Al-Quran sering dimaknai sebagai kemenangan atau keberuntungan jangka panjang, dimana tidak hanya memperhatikan kehidupan dunia semata, melainkan semua kegiatan yang dilakukan di dunia juga harus mengingat kehidupan setelahnya yaitu akhirat. Untuk kehidupan dunia, falah berarti kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan Universitas Sumatera Utara akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan yang abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi bebas dari segala kebodohan. b. Mashlahah sebagai cara mencapai Falah. Manusia selalu berharap untuk mendapatkan manfaat dari setiap kegiatan yang dilakukannya. Istilah mashlahah berarti manfaat disertai berkah, dimana segala kegiatan yang dilakukan manusia tidak hanya bertuju kepada manfaat semata melainkan manfaat yang disertai berkah dari Allah SWT, dengan melakukan kegiatan yang halal, dan tidak memberikan mudharat akibat buruk terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Mashlahah adalah dasar kehidupan manusia dengan segala bentuk keadaan, baik material maupun non-material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Dimana dasar kehidupan manusia itu terdiri dari agama diin, jiwa nafs, intelektual aql, keturunan nasl, serta material.

2.2. Sejarah Perbankan Islam