Sejarah Perbankan Islam TINJAUAN PUSTAKA

akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan yang abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi bebas dari segala kebodohan. b. Mashlahah sebagai cara mencapai Falah. Manusia selalu berharap untuk mendapatkan manfaat dari setiap kegiatan yang dilakukannya. Istilah mashlahah berarti manfaat disertai berkah, dimana segala kegiatan yang dilakukan manusia tidak hanya bertuju kepada manfaat semata melainkan manfaat yang disertai berkah dari Allah SWT, dengan melakukan kegiatan yang halal, dan tidak memberikan mudharat akibat buruk terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Mashlahah adalah dasar kehidupan manusia dengan segala bentuk keadaan, baik material maupun non-material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Dimana dasar kehidupan manusia itu terdiri dari agama diin, jiwa nafs, intelektual aql, keturunan nasl, serta material.

2.2. Sejarah Perbankan Islam

Jika dilihat dari sejarahnya, pada zaman Rasulullah tipe perdagangan yang berbentuk seperti bank sudah ada. Bentuk-bentuk itu misalnya al-Musyarokah, at- takaful, kredit kepemilikan barang dan pinjaman dengan tambahan bunga. Bentuk perdagangan tersebut telah berkembang di jazirah Arab khususnya berpusat di kota Makkah, Jeddah, dan Madinah. Pada masa Rasulullah secara umum bank adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yang menerima Universitas Sumatera Utara simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang Karim, 2004:15. Di dalam sejarah perekonomian umat Islam pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah P3EI UII Yogyakarta, 2012:5. Praktek-praktek seperti ini menerima penitipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan juga untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang telah dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam bahkan sejak zaman Rasulullah SAW. Rasululah SAW yang dikenal dengan julukan Al-Amin, dipercaya oleh masyarakat Makkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum hijrah ke Madinah, ia meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan semua titipan itu kepada para pemiliknya. Dalam konsep ini, pihak yang dititipi tidak dapat memanfaatkan harta titipan Karim, 2004:18. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah. Bank Islam adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya telah disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Bank Islam wajib mengikuti dan berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ada pada zaman Rasulullah, bentuk-bentuk yang sudah ada ataupun bentuk- Universitas Sumatera Utara bentuk usaha yang baru dan tidak menyimpang dari ketentuan Al-Quran dan Hadis. Awal berdirinya bank Islam di mulai di negara Mesir pada tahun 1963 dengan nama Mit Ghamr. Agar dapat memperkuat peranan bank Islam, Mesir kembali membentuk Samir Social Bank pada tahun 1973. Tak lama kemudian Arab Saudi juga turut mengembangkan bank Islam serta membantu menggalang dana untuk membantu negara-negara Islam yang miskin pada tahun 1973. Kemudian disusul oleh Dubai Islamic Bank, di Kota Dubai pada tahun 1975 Hendry, 1999:23. Kemudian sejarah lainnya bagi perkembangan bank Islam yaitu dengan didirikannya Islamic Development Bank IDB. Pendiriannya diawali dengan sidang menteri luar negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam OKI di Karachi, Pakistan pada bulan Desember 1970, dimana Mesir mengajukan proposal untuk mendirikan bank syariah Internasional. Setelah melalui persetujuan negara-negara OKI lainnya dan tahapan-tahapan tertentu, maka pada tahun 1975 berdirilah Islamic Development Bank IDB yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri Karim, 2004:9. Lembaga ini kemudian berperan penting dalam memenuhi kebutuhan dana negara-negara Islam untuk pembangunan dan secara aktif memberi jaminan bebas bunga berdasarkan partisipasi modal negara tersebut. Di samping itu, berdirinya IDB juga memotivasi banyak negara lain untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, lembaga keuangan Universitas Sumatera Utara syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, dan Turki Sudarsono, 2007:4. Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia BMI. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia terus berkembang. Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia MUI dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha muslim. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah Karim, 2004:25. Bank Muamalat sempat terkena permasalahan oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an. Kemudian, Islamic Development Bank IDB memberikan pemasukan dana sehingga pada periode 1999-2002 dapat kembali bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan Bank Syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang yaitu UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan serta lebih spesifiknya pada Peraturan Pemerintah No.72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah hukum Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, seperti usaha yang berkaitan dengan produksi Universitas Sumatera Utara makananminuman haram, usaha media yang tidak islami, dan sebagainya, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

2.3 Cakupan Nilai-Nilai Islam