Kesimpulan Tinjauan Umum Apotek

57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan mencapai 46,06; termasuk dalam kategori kurang. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang termasuk kategori baik adalah pemeriksaan resep, dispensing dan pelayanan informasi obat PIO. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang termasuk kategori cukup adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta evaluasi mutu pelayanan. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang termasuk kategori kurang adalah pemantauan terapi obat PTO, monitoring efek samping obat MESO, konseling dan administrasi. Rata-rata tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan di Apotek Kimia Farma No. 27 Medan mencapai 92,69 termasuk dalam kategori sangat baik. Kepuasan konsumen dari variabel kehandalan sebesar 91,55; ketanggapan sebesar 89,59; jaminan sebesar 92,30; empati sebesar 94,55 dan penampilan apotek sebesar 96,98.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendaikan berupa saran-saran sebagai berikut: a. Situasi dan kondisi keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian yang menyangkut semua standar harus lebih ditingkatkan melalui pembinaan Universitas Sumatera Utara 58 secara berkelanjutan dan pengawasan secara sistematis oleh seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dan Organisasi Profesi IAI. b. Disarankan untuk meningkatkan variabel-variabel yang berhubungan dengan kehandalan petugas dan jaminan apotek. Universitas Sumatera Utara 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker Presiden, RI., 2009. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dan yang termasuk pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk: a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh danatau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian Universitas Sumatera Utara 10 b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundangan-undangan c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga kefarmasian. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian berupa: a. Apotek b. Instalasi farmasi rumah sakit c. Puskesmas d. Klinik e. Toko obat f. Praktek bersama Permenkes No. 35 tahun 2014 merupakan standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi: pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi: i. Perencanaan ii. Pengadaan iii. Penerimaan iv. Penyimpanan v. Pemusnahan vi. Pengendalian Universitas Sumatera Utara 11 vii. Pencatatan dan pelaporan b. Pelayanan farmasi klinik meliputi: i. Pengkajian resep ii. Dispensing iii. Pelayanan Informasi obat PIO iv. Konseling v. Pelayanan kefarmasian di rumah home pharmacy care vi. Pemantauan terapi obat PTO vii. Monitoring efek samping obat MESO Menkes, RI., 2014. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek adalah: a. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. c. Apotek harus dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. e. Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Universitas Sumatera Utara 12 g. Apotek mempunyai suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. h. Apotek harus memiliki: i. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien ii. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosurmateri informasi iii. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien iv. Ruang racikan v. Tempat pencucian alat i. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan Menkes, RI., 2004.

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian