45
45 Menurut penulis, dengan adanya justifikasi dari ayat-ayat diatas setidaknya
semakin mengukuhkan posisi maslahah sebagai salah satu sumber penggalian hukum, yang menuntut pengkajian lebih kritis atas penerapannya di bidang hukum. Hal itu
disebabkan perkembangan persoalan kekinian di sektor sosial kemasyarakatan selalu variatif dan dinamis, sehingga dibutuhkan jawaban hukum yang sesuai pula dengan
kasus hukumnya.
5. Kriteria Maslahah Mursalah Imam Malik
Menurut Imam Malik, maslahah mursalah merupakan dasar istinbath yang berdiri sendiri. Menurutnya ada beberapa syarat untuk dapat dikategorikan sebagai
maslahat mursalah sebagai berikut.
Pertama, maslahah tersebut bersifat reasonable ma’qul dan relevan
munasib dengan kasus hukum yang ditetapkan.
85
Kedua, maslahah tersebut dijadikan dasar untuk memelihara sesuatu yang
dharuri dan menghilangkan kesulitan raf’ul haraj, dengan cara menghilangkan masyaqat dan madarrat.
86
Ketiga, maslahah tersebut harus sesuai dengan maksud disyari’atkan
hukum maqasid al-syari’ah, dan tidak bertentangan dengan dalil syara’ yang qath’i.
87
Dari syarat-syarat konsep maslahah murslahah Imam Malik di atas, penulis memahami bahwa betapa eratnya hubungan antara metode maslahah mursalah dan
85
Al-Syatibi, al-I’tisham, h. 129.
86
Ibid., h. 133.
87
Ibid., h. 129.
46
46 maqasid syari’ah. Sehingga untuk menggunakan metode maslahah mursalah ini,
seorang ahli hukum Islam harus memperhatikan nilai-nilai maqasid syari’ah. Selain menentukan syarat-syarat suatu maslahah mursalah dapat dijadikan
sumber, Imam Malik juga memberikan prinsip-prinsip universal dalam berijtihad dengan maslahat mursalah. Husain Hamid Hasan, sebagaimana dikutip Wahbah al-
Zuhaili
88
, menyebutkan sebagai berikut: a. Berlakunya dugaan kuat dalam hukum.
Artinya menegakkan dugaan kuat pada sesuatu dapat dijadikan sebagai suatu kenyataan sebenarnya. Prinsip pertama inilah menurut Imam Malik sebagai
landasan syari’ah atau maslahah universal. Misalnya larangan berkhalwat berbaur antar pria dan wanita yang bukan mahramnya. Larangan tersebut mengandung unsur
kecurigaan yang kuat terhadap perbuatan zina. Sehingga dugaan kuat pada sesuatu itu menjadi hukum itu sendiri.
89
b. Kewajiban mendahulukan kemaslahatan umum daripada kemaslahatan pribadi. Prinsip kedua ini juga merupakan landasan syari’. Misalnya Larangan
Rasulullah terhadap jual beli talq rukban
90
. Larangan ini bertujuan memelihara kemaslahatan pedagang secara pribadi karena dikhawatirkan akan terjadi ketidak
88
Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, h. 85-86.
89
Ibid., 85.
90
Talq Rukban adalah pedagang yang akan berjualan ke satu tempat pasar kemudian dihadang oleh pembeli. Transaksi jual beli ini dilarang oleh Rasulullah saw. dalam hadisnya, yaitu
hadis Ibn Abbas dengan lafadz “نﺎﺒﻛﺮﻟا ﻮ ﻘ ﻠ ﺗ ﻻ ” HR. Al-Jama’ah
47
47 tahuan harga yang berlaku diantara para pedagang, sekaligus menjaga kemaslahatan
orang banyak di pasar.
91
c. Kebolehan menolak kemudharatan yang terberat diantara dua kemudharatan Prinsip ketiga ini juga merupakan landasan syara’. Misalnya perintah
berjihad; walaupun perintah ini beresiko kehilangan nyawa, akan tetapi perintah ini adalah untuk mencegah bahaya musuh yang menyerang untuk menjaga agama dan
negara dari serangan. Sebab eksistensi agama dan negara adalah lebih besar mudharatnya dibandingkan nyawa seseorang.
92
d. Kewajiban memelihara jiwa, yang termasuk prinsip-prinsip syara’ universal. Prinsip keempat juga merupakan landasan syara’ yang universal. Misalnya
larangan tindakan pembunuhan, kewajiban sanksi qisash bagi pembunuh, penegakan hukum dan peradilan, dan lain-lain,
93
6. Contoh-contoh Maslahah Mursalah Imam Malik