26
26 diartikan  sebagai  kebalikan atau lawan  kata  “mudharat”  yang  berarti  rugi  atau
buruk.
29
Kata maslahah adalah bentuk tunggal dari kata mashalih; selain itu dikenal pula istilah istishlah yang berarti mencari maslahat, memandang maslahat atau baik,
mendapatkan  maslahat atau kebaikan, dan kebalikannya adalah al-istisfad atau memandang buruk atau rusak, mendapatkan keburukan atau kerusakan
30
. Maslahah sama  akarnya  dengan  kata  shalih  yang  berarti  “baik”  menurut  agama.  Dalam  Al-
Qur’an banyak ditemukan kata shalih, kata shalih ini pada umumnya berarti kebaikan pada hakikatnya menguntungkan.
31
Sedangkan kata “mursalah” merupakan bentuk isim maf`ul dari akar kata: arsala - yursilu - irsal;  artinya: `adam  at-taqyid
tidak  terikat;  atau  berarti: al- mutlaqah bebas atau lepas.
32
2. Definisi maslahat mursalah secara terminologis
Secara  terminologis,  para  ulama usul  fiqh  telah  memberikan  beberapa definisi dengan versi yang berbeda, antara lain:
a. DR. Muhammad Adib Salih:
29
Departemen  Pendidikan  dan  Kebudayaan, Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  Jakarta:
Balai Pustaka, 1996, h. 634.
30
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, h. 532.
31
Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan, 1997, h. 100.
32
Ibid., h. 259
27
27
ا ْﻟ َﻤ
ْﺼ َﻠ
َﺤ ُﺔ
ْﻟا ُﻤ
ْﺮ َﺳ
َﻠ ُﺔ
ِھ َﻲ
ﱠﻟا ِﺘ
ْﻲ َﺗ
ْﺪ ُﺧ
ُﻞ ِﻓ
ْﻲ َﺗ
َﺼ ﱡﺮ
َﻓ ِت
ﺎ ﱠ ﺸﻟا
ِرﺎ ِع
َو َﻣ
َﻘ ِ ﺻ
ﺎ ِﺪ
ِه َو
َ ﻟ ْﻢ
َﯾ ُﻘ
ْﻢ َد
ِﻟ ْﯿ
ٌﻞ ِﻣ
َﻦ ﱠﺸ
ﻟا ْﺮ
ِع َﻋ
َﻠ ْﻋ
ا  ﻰ ِﺘ
َﺒ ِرﺎ
َھ َﺑ ﺎ
ُﺨ ُﺼ
ْﻮ ِﺻ
َﮭ َأ ﺎ
ْو ِﺑ
ِﺈ ْﻟ
َﻐ ِﺋﺂ
َﮭﺎ .
33
“Maslahat  mursalah  adalah  kemaslahatan  yang  termasuk  ruang  lingkup tindakankebijaksanaan  dan  tujuan  Syari`;  sementara  tidak  ditemukan  dalil
syara` secara khusus baik yang mendukungnya maupun yang menolaknya”.
a. Muhammad Said Ramadan al-Buti: “Maslahat mursalah  itu  adalah  setiap  manfaat  yang  termasuk  di  dalam
ruang  lingkup  tindakankebijaksanaan  Syari`  tanpa  ada  dalil  yang mendukungnya atau menolaknya”.
34
b. Al-Syatibi salah seorang pengikut Madzhab Malikiberpendapat: “Maslahat  Mursalah  adalah  kemaslahatan  yang  tidak  ditunjang  oleh  satu
nash  tertentu;  akan  tetapi,  kemaslahatan  tersebut  sesuai  dengan  jenis tindakan syara`”.
c. Al-Khawarizmi memberikan pengetian:
ِﻦ َ ﻋ ِﺪِﺳ
ﺎَﻔ َﻤْﻟا ِﻊْﻓَﺪِﺑ  ِعِر ﺎﱠﺸ
ﻟا  ِدْﻮُﺼ ْ ﻘَﻣ  ﻰَﻠ
َ ﻋ ُﺔَﻈَﻓﺎ
َﺤُﻤْﻟَا  َﻲ ِ ھ ُﺔَﻠَﺳْﺮ
ُ ﻤْﻟا ُﺔَﺤَﻠْﺼ َ ﻤْﻟا
ِﻖ ْ ﻠ َ ﺨْ
ﻟا .
35
“Maslahat  Mursalah  adalah  kemaslahatan  yang  berusaha  untuk memelihara tujuan syara` dengan jalan menolak unsur kemafsadatan”.
d. Abdul Wahab Khallaf memberikan pengertian:
ُع ِرﺎﱠﺸﻟ ا عَﺮْﺸ
َ ﯾ ْﻢَﻟ ُ ﺔَﺤَﻠْﺼ َﻤْﻟا َﻲ
ِ ھ ُﺔَﻠَﺳْ
ﺮُﻤْﻟا ُﺔَﺤَﻠْﺼ َﻤْﻟا
ُﺣ ْﻜ
ًﺎﻤ ِﻟ
َﺘ ْﺤ
ِﻘ ْﯿ ِ
ﻘَﮭ ﺎ
, َو
َ ﻟ ْﻢ
َ ﯾ ُﺪ
ﱠل َد
ِﻟ ْﯿ
ٌﻞ َﺷ
ْﺮ ِﻋ
ﱞﻲ َﻋ
َﻠ ْﻋ
ا  ﻰ ِﺘ
َﺒ ِرﺎ
َھ َأ ﺎ
ْو ِإ
ِﺋﺎَﻐْ ﻟ َﮭﺎ
.
36
“Maslahat Mursalah adalah kemaslahatan yang tidak disyariatkan oleh syari’ dalam  wujud  hukum,  dalam  rangka  menciptakan  kemaslahatan,  di samping
tidak terdapat dalil yang membenarkan atau menyalahkan ”.
33
Muhammad  Adib  Salih, Masadir  at-Tasyri`  al-Islami  wa-Manahij    al-Istimbath,
Damsyid: Maktabah at-Ta`awujniyyah, 1967, h. 463.
34
Muhammad  Said  Ramadan  al-Buti, Dhawabit  al-Maslahat  fi  al-Syariat  al-Islamiyyat,
Damsyiq: 1967, h . 330.
35
Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Damaskus: Dar al-Fikr, 2005, h. 36.
36
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, Quwait: Dar al-Qalam, tth., h. 84.
28
28 e. Muhammad Abu Zahrah
ا َﻲ ِھ  ُﺔَﻠ َﺳْﺮُ
ﻤْﻟا ُﺔَﺤ َﻠْﺼَﻤْﻟا ْﻟ
َﻤ ْﺼ
َﻠ َﺤ
ُﺔ ْﻟا
ُﻤ َﻼ
ِﺋ َﻤ
ُﺔ ِﻟ
َﻤ َﻘ
ِﺻﺎ ِﺪ
ﱠﺸ ﻟا
ِرﺎ ِع
ِْﻹا ْﺳ
َﻼ ِﻣ
ﱢﻲ َو
َﻻ َﯾ
ْ ﺸ َﮭ
ْﺪ َﻟ
َﮭ َأ ﺎ
ْﺻ ٌﻞ
َﺧ ٌصﺎ
ِﺎﺑ ِْﻻ
ْﻋ ِﺘ
َﺒ ِرﺎ
َأ ْو
ِْﻹا ْﻟ
َﻐ ِءﺎ
.
37
“Maslahah  mursalah  menurut  Abu  Zahrah,  “Maslahat-maslahat  yang bersesuaian  dengan  tujuan-tujuan  syariat  Islam  dan  tidak  ditopang  oleh
sumber  dalil  yang  khusus,  baik  bersifat  melegitimasi  atau  membatalkan maslahat tersebut”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat ditemukan beberapa unsur yang
terdapat dalam maslahat mursalah, yaitu: pertama: kemaslahatan tersebut berada di dalam ruang lingkup tindakankebijaksanaan Al-Syari`; kedua: kemaslahatan tersebut
berada  di  dalam  ruang  lingkup maqasid  al-syari`ah; ketiga:  kemaslahatan  tersebut
tidak  ditunjang  oleh  dalil atau syahid;  baik  yang  mendukungnya  maupun  yang
menolaknya; keempat:  kemaslahatan  tersebut  ditempuh  dengan  maksud  untuk
menghilangkan berbagai kemafsadatan. Pada perkembangan selanjutnya penggunaan term maslahat mursalah telah
terjadi perbedaan di kalangan para ulama ushul fiqh, untuk term maslahat mursalah sendiri dikenalkan  oleh  golongan  Malikiyah. Selain  itu Sebagian  ulama  ada  yang
menyebutkannya dengan istilah: al-istislah oleh Imâm Ghazali, al-munasib al-mursal al-mula’im  oleh  golongan  Mutakallimin  al-Ushuliyyin, al-istidlal  oleh Imâm
37
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Beirut: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.th., h. 279. Lihat pula: Wahbah al-Zuhaili, Ushul al-Fiqh al-Islami, Damaskus: Dar al-Fikr, 2005, h. 36.
29
29 Haramain dan Ibn Samani, al-istidlal al-mursal sebagian ulama ushul; sedang Imâm
Al-Tûfi menyebutnya dengan nama “Maslahah Al-Tûfi”.
38
Berdasarkan definisi secara etimologis dan terminologis di atas, maka telah diketahui  bahwa maslahat mursalah atau istislah merupakan  metode  penetapan
hukum  yang  kasusnya  tidak  diatur  secara eksplisit  dalam  Al-Qur’an  dan  Hadis. Sehubungan  dengan  metode  ini  dalam  ilmu  ushul  fiqh  dikenal  ada  tiga  macam
maslahah, yaitu maslahah mu’tabarah, maslahah mulgah, dan maslahat mursalah.
39
Maslahah pertama  adalah maslahah yang  diungkapkan secara  langsung baik  dalam  Al-Qur’an  maupun  Hadis.  Sedangkan  maslahah  kedua  adalah maslahah
yang bertentangan dengan ketentuan yang termaktub dalam kedua sumber tersebut Di antara  kedua maslahah tersebut,  ada  yang  disebut  maslahah  mursalah,  yakni
maslahah yang  tidak  ditetapkan  oleh  kedua sumber  tersebut,  dan  tidak  pula bertentangan dengan keduanya.
40
H. Kehujjahan Maslahah Mursalah