Analisis Perangkat Pembingkai Teks Rubrik Laporan Utama

Dari ke empat edisi terpilih mengangkat beberapa tema atau Issue utama. Hal itu dapat diketahui tentang pengumpulan data tentang Issue utamatema dalam Majalah Tabligh dalam lembar koding sebagai berikut:

A. Analisis Perangkat Pembingkai Teks Rubrik Laporan Utama

Dibawah ini adalah hasil analisis perangkat pembingkai terhadap teks Rubrik Utama Majalah Tabligh. 1. Volume 1 No. 04November 2002 Judul Sindroma Hantu, Klenik, dan Mistik Visual Images: Gambar rumah Pondok Indah Analisis: Melalui gambar ini, Majalah Tabligh ingin menjelaskan bahwa rumah pondok indah yang dianggap banyak orang berhantu dan menjadi populer pada saat itu adalah bagian dari perbuatan musyrik jika mempercayainya dan menjadi kewajiban Majalah Tabligh untuk menyadarkan masyarakat dengan tujuan untuk menjaga tauhid umat Islam. Depiction: Sampai-sampai menteri agamapun mempercayai klenik dunia irrasional yang naïf lagi dungu ini. Paragraf 1 baris 15-18 Analisis: Label naïf lagi dungu secara vulgar dilekatkan pada kepercayaan klenik yang diyakini oleh Menteri Agama, hal ini dimaksudkan agar masyarakat menjauhi kepercayaan pada klenik meskipun dicontohkan oleh Menteri Agama Cactchphrases: Apalagi kasus lain yang menerpa menteri agama Said Agil Husain Munawar dalam kaitannya heboh pembongkaran situs purbakala batu tulis bogor yang sarat dengan nuansa klenik, dukun, paranormal, dukun, takhayyul, dan kemusyrikan yang ironinya justru diprakarsai oleh seorang menteri agama RI, seorang yang hafidz Qur’an alumnus ummul Quran Mekkah. Paragraf 5 Baris 11- 23 Analsis: Majalah tabligh berusaha membingkai realitas seorang Menteri Agama yang percaya terhadap hal mistis dengan membenturkannya pada sejarah pendidikan Menteri Agama, menurut majalah Tabligh, seorang alumnus Ummul Quro Mekkah tidak sepatutnya percaya pada hal-hal yang berbau mistis, hal ini dianggap sangat kontradiktif. Exemplar: September 2002 lalu muncul lagi kasis klenik yang juga irasional yakni geboh rumah hantu pondok indah Jakarta Selatan Paragraf 6 baris 4-8 Analisis: kisah rumah di pondok indah yang dipercaya berhantu dijadikan contoh oleh Majalah Tabligh mengenai salah satu kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hal-hal mistis. Expemplar: Sub Judul : Daftar Lokasi Angker Analisis: melalui daftar tersebut Majalah tabligh memberikan contoh kepada pembaca mengenai daerah-daerah yang selama ini dianggap angker oleh kalangan yang percaya mengenai hal-hal mistis. Depiction: Sebagai orang beragama yang waras kita tidak usah ikut-ikutan meyakini hal-hal angker. Paragraf 13 baris 1-2 Analisis: dalam pernyataan diatas, majalah Tabligh bermaksud melebeli tidak waras “gila” pada orang –orang yang percaya hal-hal angker, dan umat beragama seharusnya tidak memeprcayai hal tersebut. Depiction: Dosa besar lainnya masih berpeluang diampuni oleh Allah tapi dosa syirik ini diancam tidak akan diampuni dengan cara apapun. Paragraf 7 baris 13-18 Analisis: pernyataan tersebut adalah intisari dari Al-quran surat Ibrahim ayat 7, menjelaskan bahwa musyrik adalah dosa besar dan Allah akan menurunkan azab bagi orang-orang musyrik. 2. Volume 1 No.10 Mei 2003 Judul, Gerilya Kristen di sekolah Depicition: “mereka telah melakukan rekayasa yang sistematis, agar semua murid yang non Kristen harus mengimani kepercayaan kristiani” Paragraf 1 baris 15 -17 Analisis: Pada kalimat diatas majalah tabligh mecoba membingkai wacana pembaca dengan mengkontruksi adanya rekayasa terencana dari pihak kristiani untuk melakukan pemurtadan dengan terus menerus meberikan mata pelajaran agama kristiani pada siswa beragama non Kristen terutama Islam sebagai upaya mengkristenkan siswa tersebut. Depicition: “Menurut pimpinan pondok pesantren modern gontor K.H Abdullah Sarkasih “ada pemaksaan agama secara terselubung di sekolah-sekolah Kristen dan katolik. Paragraf 6 baris 4-7. Analisis: Dengan mengutip statement seorang tokoh agama, Majalah Tabligh berupaya menggiring pembaca untuk meyakini adanya “penipuan” yang dilakukan oleh institusi pendidikan Kristen sehingga membuat orang yang beragama Islam takut untuk bersekolah disana karena khawatir dipaksa pindah agama. Exemplar: menurut pengakuannya banyak anak-anak muslim yang bersekolah disekolah katolik atau Kristen, iman dan islamnya goyang bahkan tidak sedikit yang murtad atau pindah menjadi Kristen. Paragraf 7 baris 1-5 Analisis: Melalui kalimat tersebut, Majalah Tabligh mecoba memberikan contok nyata kepada pembaca bahwa terdapat bukti-bukti adanya kristenisasi atau pemurtadan yang dilakukan oleh institusi sekolah yang diakibatkan oleh tidak adanya pendidikan agama selain Kristen bahkan kepada siswa yang beragama non kristenpun. Sub Judul Laporan Utama: Lagu Lama Orang Kristen Depiction: Bagi kalangan politisi islam di parlemen sejak zaman orde baru, ihwal ‘nyeleneh’ orang-orang Kristen yang memperjuangkan aspirasinya yang sangat tidak logis itu sudah menjadi langganan. Paragraf 3 baris 6-11 Analisis: Pada baris tersebut Majalah Tabligh menggunakan sebuah kata yang berkonotasi pada hal negative, selain itu kata “nyeleneh” diperkuat dengan adanya kalimat yang menjelaskan bahwa orang Kristen tidak logis dalam hal penyampaian aspirasinya. Majalah Tabligh berupaya menyangkal bahwa setiap warga negara, terlepas dari apapun agamanya memiliki hak yang sama dalam menyalurkan aspirasi tanpa boleh dilebeli hal-hal yang bersifat negative. Metaphors: Bagai macan yang terluka, orang-orang PDIP itu dengan garang menentang agar dibatalkan. Paragraf 4 Baris 23-26 Analisis: Macan yang terluka diatas adalah ditujukan kepada para politisi PDIP yang berupaya untuk melakukan usulan tinjau ulang atas RUU SISDIKNAS yang hampir disahkan. Majalah Tabligh menggunakan konotasi binatang yang terluka pada PDIP untuk mengkonstruksi bahwa politisi PDIP melakukan tindakan yang diluar batas kewajaran manusia. Deciption: Pihak Kristen tetap berkeras melanggar UU berkaitan dengan penyediaan guru agama islam di sekolah Kristen. Begitu gamblang untuk di tebak pihak Kristen menentang ketentuan itu, karena mereka tidak mau menyediakan guru agama islam di sekolah Kristen dimana muridnya mayoritas justru beragama islam.mereka berkepentingan untuk tetap dan terus memaksakan murid beragama islam yang bersekoalah di lembaga pendidikan Kristen di beri pelajaran agama Kristen. Dengan kata lain proyek kristenisasi melalui sekolah Kristen yang hasilnya sangat ampuh ini tidak ingin dihapuskan. Paragraf 5 baris 9-30. Analisis: Majalah Tabligh tengah merekonstruksi realitas bahwa sekolah Kristen yang tidka mau menyediakan guru agama selain guru agaman Kristen secara otomatis dapat terlihat memiliki motif untuk melakukan kristenisasi pada siswai-nya. Deciption: Argumentasi pihak Kristen ini niscaya sangat semberono, tidak logis, bahkan main menang-menangan yang tak berdasar. Paragraf 6 baris 29-33. Analisis: kalimat diatas adalah kesimpulan dari statement dari tokoh Kristen mengenai penolakan penyediaan guru agama non Kristen di skeolah Kristen, statement tersebut adalah “ibarat orang masuk warung soto, niscaya hidangan yang ada hanya soto, dan jika minta gudeg tentu saja tidak akan dilayani”. Kalimat tersebut dikonstruksi dan disuguhkan kepada pembaca sebagai sebuah statement yang sangat negative dan tidak beralasan. Metaphors: Rosihan menggambarkan 2 tokoh Kristen itu melawan bagai singa yang terluka menghadapi lawan-lawannya Paragraf 13 baris 35-38 Analisis: kalimat diatas adalah perumpaan untuk mejelaskan upaya yang dilakukan oleh tokoh Kristen dalam memperjuangkan penolakan RUU SISDIKNAS. Dalam konteks sebenarnya singa yang terluka biasanya akan mengamuk ketika terluka saat pertarungan. Depiction: Itulah fakta pendirian mereka yang amat gigih kalau tidak mau dikatakan amat busuk Paragraf 14 baris 1-4 Analisis: Lagi-lagi Majalah Tabligh menggunakan kalimat yang bersifat konotasi dalam menggambarkan Kristen tokoh Kristen dalam situasi pro kontra RUU SISDIKNAS. Kata “busuk” tersebut berupaya menciptakan kesan negative sehingga muncul kebencian terhadap mereka. Depiction: Termasuk berbagai ide-ide sinting yang dilepas orang-orang intelek, tapi sesungguhnya amat keblinger Paragraf 17 baris 24-27 Analisis: label “sinting” dan keblinger dilekatkan oleh Majalah tabligh kepada tokoh-tokoh yang berupaya untuk mengesahkan peraturan yang diperbolehkannya pelajaran semua agama diberikan kepada siswa disekolah. Majalah Tabligh membingkai ketidak setujuannya dengan menjelaskan bahwa ide itu seolah-olah sangat tidak masuk akal dan menyimpang. Depiction: Syukur ide professor terlalu maju berhasil ditepis oleh kalangan islam setelah habis-habisan menangkal. Paragraf 17 baris 48-51 Analisis: kata “terlalu maju” diatas adalah sebuah sindiran kepada Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar atas usulannya mengenai pembubaran departemen agama karena selama ini dianggap tidak adil pada agama-agama yang lain. Majalah tabligh membingkai realitas tersebut dengan menjelaskan bahwa hal tersebut dangat tidak mungkin diterapkan. Exemplar: Satu hal yang pasti, kini orang-orang Kristen semakin radikal dan berani menentang orang islam, bahkan berani berperang habis-habisan di ambon dan di poso. Ummat islam telah ditantang dan dilecehkan, maka sudah saatnya mereka untuk bangkit untuk menghadapi. Paragraf 19 baris 23-33 Analisis: Majalah Tabligh merekonstruksi konflik ambon dan poso merupakan contoh tindakan Kristen yang semakin radikal dan berani, selain itu contoh tersebut direkontsruksi untuk menyulut emosi dan kemarahan umat Islam untuk melawan umat Kristen. Majalah Tabligh secara sengaja memacing kemarahan umat Islam tanpa pernah mempertimbangkan terjadinya perang saudara di Indonesia. Exemplar: Kristenisasi lewat sekolah semakin Nampak kika kita memperhatikan surat konggergasi pendidikan katolik di sekolah-sekolah katolik. Dalam surat itu ditegaskan bahwa tujuan sekolah-sekolah katolik adalah untuk menjadikan muridnya Kristen seutuhnya. Paragraf ke 8 baris 1-6 Analisis: Melalui kalimat ini Majalah Tabligh ingin meyakinkan pembaca dengan mengaitkannya pada fakta konggrgasi Pendidikan katolik di sekolah- sekolah katolik. Exemplar: Untuk itu, sanksi bagi sekolah yang menolak memberi pelajaran agama sesuai agama muridnya harus tetap dicantumkan dalam RUU Sisdiknas. Jika sanksi itu dihilangkan maka pembangkangan akan terus terjadi. Paragraf 10 baris 7-11 Analisis: Majalah tabligh mengaitkan wajibnya penerapan RUU SISDIKNAS dengan bahaya yang akan terjadi jika RUU tersebut tidak dipatuhi dan dilaksanakan oleh institusi pendidikan. Methapors: Bila sudah seperti itu, jangan disalahkan jika ummat islam sampai pada batas kesabaran yang terakhir, jangan salahkan pula jika sebuah gereja tiba-tiba dibakar. Paragraf 11 baris 1-6 Analisis: pengandaian situasi pembakaran gereja digunakan gara Kristen mau menerima dan menerapkan RUU SISDIKNAS di institusi mereka serta mengandaikan kemarahan yang akan muncul dari ummat Islam jika Kristen tidak bersedia mematuhinya. Depiction: Walaupun mereka berjumlah kecil, tidak lebih dari 7, tetapi sepanjang kekuasaan di era orde baru cukup menunggangi mesin politik Suharto dan menguasai pos strategis. Paragraf 16 baris 1-7 Analisis: Majalah Tabligh membingkai sedikitnya jumlah umat Kristen tidak seimbang dengan posisi dan perlakuan yang istimewa yang mereka dapatkan dengan mendapat jabatan-jabatan diposisi strategis. 3. Volume 2 No. 09 April 2004 Judul, Laisa minna, Liberalisme, pluralisme, inklusivisme Depiction: Judul : Laisa Minna Liberalisme, Pluralisme, Inklusifisme Analisis : bingkai yang dilakukan majalah tabligh adalah dengan memasang jargon yang menjelaskan bahwa kelompok liberalis adalah bukan bagian dari Islam dan harus ditentang atau dimusuhi. Depiction: Gerakan Liberalisme berwajah Islam semakin merajalela, Muhammadiyah bangkit melawan. Bagaimana jika liberalisme Islam juga melanda oknum Muhammadiyah? Analisis: Majalah tabligh menggunakan leksikok “oknum” kepada kader muhammadiyah yang memiliki cara pandang liberal. Oknum adalah lebel yang biasanya digunakan untuk seseorang yang menyimpang dari yang seharusnya, dan Majalah tabligh dengan lebel tersebut tengah mengkategorikan kader muhammadiyah yang berfikiran liberal sebagai kelompok yang menyimpang dan melanggar. Catchphrases : Muhammadiyah didirikan dengan idealism untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya, yaitu islam yang murni, bersumber dari Al’quran dan As-Sunnah, bersih dari segala hal yang mengotorinya: Takhayyul, bid’ah dan Khurafat TBC. Paragraf 1 Baris 1-11 Analisis: penolakan Majalah tabligh atas perilaku TBC adalah merupakan sebuah perilaku yang bertentangan dengan tujuan Muhammadiyah yang terdapat dapat matan dan keyakinan serta cita-cita hidup Muhammadiyah. Depiction: Tetapi Pemikiran para liberalis kini semakin bebas dan kebebasan dalam mensosialisasikan berbagai tradisi aneh yang lahir dari rahim Kristen. Beberapa pemikiran liberali yang diasong dari Kristen itu antara lain: Faham Pluralisme agama, Inklusivisme, Sekulerisme dan metode hermeneutika untuk menafsirkan al’quran.Paragraf 5 baris 1-12 Analisis: pembingkai yang digunakan pada kalimat diatas adalah dengan melebeli seorang liberalis dalam konotasi yang negatif. Kata “aneh” serta asosiasi seorang muslim terhadap agama lain adalah merupakan teguran keras dan peringatan dari Majalah tabligh Depiction: Untuk mengetahui orang-orang yang telah terinfeksi virus liberal itu.Paragraf 6 baris 1-3. Analisis: kata “virus” yang diperparah dengan kata “ terinfeksi” ditujukan pada para liberalis yang kemudian menampilkan kesan bahwa para liberalis adalah penyakit yang berbahaya dan perlu disembuhkan. Depiction: Umumnya para liberalis itu alergi dengan klaim kebenaran truth claim.Paragraf 7 baris 1-3 Analisis: pembingkaian dilakukan dengan menggunakan leksikon “alergi” dimana seperti halnya virus, alergi adalah sebuah jenis penyakit yang perlu disembuhkan. Exemplar: Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-ku dan telah Kuridhoi islam itu sebagai agamamu Al’Maidah : 3 Paragraf 12 bar is 1-6 Analisis: mengaitkan sebuah ayat dalam menyampaikan sebuah pesan adalah merupakan strategi efektif karena hal tersebut akan dianggap sebuah landasan yang tidak dapat dibantahkan. Exemplar: Islam merupakan satu-satunya dinullah yang diridhoiNya juga satu-satunya petunjuk hidup yang akan membawa manusia kepada keselamat dan kebahagiaan dunia dan akhirat lihat Muqaddimag AD Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah dan MKCH. Paragraf 14 baris 1-10 Analisis: dalam kontek menguraikan sebuah argumentasi maka Majalah Tabligh selain menggunakan ayat dalam al-quran, Majalah tabligh juga menggunakan nilai-nilai yang telah diyakini oleh Muhammadiyah yang telah didogmakan kepada anggotanya. Exemplar: Surah Al’Imran ayat 19 dan 85. Paragraf 15 Analisis : Majalah tabligh dalam semua hal meyakini bahwa teori atau uraian dengan berlandaskan al-quran dan assunnah adalah argumentasi yang tidak dapat dibantahkan oleh siapapun. Catchphrases : Berawal dari keprihatinan dan keresahan warga Muhammadiyah itu, maka para pengawal islam yang dimotori oleh MTDK muhammadiyah dan UMS mengadakan seminar. Paragraf 17 baris 1-5 Analisis : penggunaan pengawal Islam merupakan sebuah jargon yang menarik dengan mengklaim dirinya sebagai kelompok paling benar dan pelingdung agama Islam. Depiction : Dia hanya berkilah, “waktu yang diberikan untuk menjawab tidak mencukupi” Paragraf 27 baris 3-5 Analisis : melalui kalimat ini Majalah Tabligh sedang membingkai maksud dari statment Yunan Yusuf mengenai semua orang bebas menafsirkan Al’Quran dan Hadits seliberal mungkin agar tidak keluar dari batasannya. Paragraf 23 baris 1-5 tanpa memberitakan secara komperhensif dalam konteks apa Yunana Yusuf menyampaikan hal tersebut. Depiction : Sub Judul : Para penganut tafsir hermeneutika menghakimi pemikiran para mufasir salafussalih yang telah teruji paliditasnya selam 13 abad lamanya Paragraf 11 baris 1-7 Analisis : upaya pembingkai yang dilakukan majalah tabligh kepada para pemikir liberal adalah dengan menyatakan ketidak kompetensiannya dalam melakukan tafsir atas nilai-nilai agama. 4. Volume 3 No. 07 April 2005 Judul, Syir’ah, musuh Islam berlebel Islam Catchphrases: Judul: Syir’ah Musuh Islam berlebel Islam Analisis: jargon ini dugunakan untuk membingkai realitas dan menempatkan Majalah Syir’ah sebagai majalah yang bertolak belakang dengan islam atas pemberitaannya yang selalu berpihak pada nilai-nilai pluralism dan liberalism. Depiction: Yang paling parah lagi, bila itu dilakukan oleh orang yang memakai label Islam. Salahsatunya adalah majalah syir’ah, yang didanai oleh The Asia Foundation TAF. Mendengan nama TAF, tentu tidak heran lagi di telinga kita, pastilah lembaga yang didanai bersenyawa dengankelompok liberalis bekedok islam lainnya. Sebab, hamper smeua LSM yang didanai oleh TAF produknya sama, yaitu mengerogoti akidah islam. Paragraf 3 baris 1-10 Analisis: dalam kalimat ini sangat jelas penggunaan lebel atau leksikon bagi TAF dengan menunding TAF dan Majalah Syir’ah berkedok Islam dan memiliki tujuan untuk menghancurkan Islam. Exemplar: Tapi akhlaknya buruk tidak seindah motonya, misinya kotor, tak seterang namanya, setiap edisi yang diterbitkan tiap bulan, selalu ada racun yang ditebarkan kepada pembaca di negara muslin terbesar didunia ini. Topic racunnyapun moton yakni mencitranegatifkan umat islam, mencitrapositifkan yahudi dan nasrani, serta melegalisasi pemurtadan umat islam. Pargaraf 5, baris 1-9 Analisis: Majalah tabligh mengangkat penggalan contoh Majalah syirah mengenai pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta mengenai Islam dan yahudi. Dan pesan-pesan dalam majalah syirah menunjukan bahwa majalah Syir’ah adalah majalah yang ingin merusak Islam walaupun nama Syir’ah itu sendri berasal dari bahasa arab baca Islam. Depiction: Ternyata syirah tidak mengurai fakta menenggang beda, tapi mengurai fitnah menenggang pemurtadan. Paragraf 6 baris 1-3 Analisis: kalimat tersebut adalah pembingkai realitas mengenai tujuan dan keberadaan majalah itu sendiri untuk mempromosikan nilai-nilai pluralism untuk kerukunan umat beragama. Depiction: Sub judul: awas propaganda Pemurtadan berlabel Islam Analisis : Propaganda biasanya digunakan untuk mengkampanyekan hal negatif, dan ini ditujukan kepada majalah syir’ah yang selama ini dianggap sebagai majalag yang bertujuan untuk melakukan pemurtadan Depiction : Dengan label dan moto islam yang disadangnya, secara rutin majalah syirah menanamkan propaganda pemurtadan dan mempromosikan berbagai aktifitas dan gerakan kelompok liberal berkedok islam Paragraf 1 baris 1-9 Analisis : Leksikon berkedok islam adalah makna yang konotatif yang digunakan untuk membingkai realitas pesan-pesan yang disampaikan oleh majalah syir’ah. Depiction : Memang begitulah keyakinan syirah. Rusak Orang masuk islam dengan orang islam MURTAD sama-sama dikatakan mendapatkan petunjuk hidayah ilahi” isyarat langit menjelang pindah agama, mereka pindah agama bukan karena disogok mie instan, bagi yang murtad maupun yang mualaf sama-sama berangkat dari petunjuk ilahi. Pargaraf 18 baris 1-13 Analisis : dengan mengatakan bahwa keyakinan Syir’ah itu rusak, maka Majalah Tabligh telah melukiskan bahwa apa yang diyakini oleh majalah syir’ah itu sudah pasti sesat. Depiction : Anehnya, sampai sekarang piet hizbullah tak menggunakan hak jawabnya dengan memberikan bantahan kepada syirah tentang pemurtadan dirinya, ketika masyhud dan abu mumtaz dari Surabaya mewawancarai mujtaba hamdi, pemimpin redaksi syirah dengan tenang menjelaskan bahwa sampai sekarang kami belum pernah menerima complain dari yang bersangkutan, kalo berita kami salah kami tunggu sanggahan dan hak jawab fiet haidir”, tentangnya. Paragraf 21 baris 1-18 Analisis : Tabligh menyimpulkan bahwa dengan menyatakan piet tidak melakukan complain maka diasumsikan piet mengakui isu yang ditulis Syirah bahwa piet sudah murtad. Ini tentu mendiskreditkan, karena seharusnya yang bersangkutan, piet juga dikonfirmasi masalah ini. Catchprhases : Propaganda “Mesum” Majalah syir’ah Paragraf 31 Analisis : Majalah Tabligh sudah melakukan justifikasi dengan menggunakan judul ini. Kata mesum yang digunakan jelas menyampaikan sebuah pesan. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh majalah syirah berbau mesum semuanya. Exemplar : Perwajahan syir’ah yang seronokpun tak pantas menyandang label islam, dari capture foto didalamnya lebih tepat kalau syirah dikategorikan sebagai media “biru” sejajar dengan tabloid hot, pop, lipstick, lelaki, dll. Paragraf 36 baris 1-8 Analisis : Tabligh menyejajarkan syirah dengan majalah lain yang tentunya kontennya sangat berbeda. Ini perumpamaan yang tidak seimbang. Dengan asumsi tabligh mencoba untuk mengaitkan semua isi majalah syirah dengan majalah lain. Depiction : Uang memang bisa merubah segalanya jadi kejam karena uang, sahabar bisa jadi musuh, bahkan tak jarang berujung pada dendam dan pembunuhan. Gara-gara uang pula, orang memusuhi agama dan keyakinannya bahkan tak jarang berujung pada fitnah dan pemurtadan. Paragraf 42 baris 1-10 Analisis : Majalah tabligh menyimpulkan secara konotatif bahwa smua kerjasama lembaga tersebut dengan TAF adalah hanya karena uang. Ia tidak melihat ada alasan lain yang bisa melatarbelakangi kerjasama itu seperti pemberdayaan masyarakat atau kesamaan nilai-nilai universal yang ingin diperjuangkan.

B. Analisis Perangkat Penalaran Teks Rubrik Laporan Utama