Media Massa dan Konteks Kehidupan Masyarakat

3. Hubungan Media dan Masyarakat Sebagai

Agency Ketika para ahli sosiologi berdiskusi tentang strukur, sebenarnya hal ini juga berkaitan dengan agency. Ketika media berhubungan dengan masyarakat dengan peran struktur, sebenarnya hal ini juga tergantung dengan bagaimana masyarakat memilih, menerjemahkan dan mengunakan isi pesan media. Dalam kajian hubungan media dan masyarakat sebagai agency, masyarakat diposisikan bukan sebagai kelompok pasif, tapi aktif berperan dalam menggunakan isi pesan media. Bahwa efektifitas pesan media tergantung kepada bagaimana audiens menerjemahkan dan menggunkan isi pesan media tersebut. Maka mengikuti ruang kajian yang digambarkan Croteau dan Hoynes tentang tingkatan struktur dan agency dalam hubungan antara media dan masyarakat, maka agency adalah ketika masyarakat dengan pengetahuan, pengalaman dan pendidikan yang didapatkan menerjemahkan dan memilih penggunaan isi media massa tersebut.

4. Media Massa dan Konteks Kehidupan Masyarakat

Michael OShaughnessy dan Jane Stadler mengatakan bahwa teks tidak mungkin muncul dengan sendirinya. Teks selalu ada dalam suatu situasi sosial dengan konteks yang spesifik. 10 Dalam pengertian, teks isi pesan media merupakan suatu hal yang muncul dari konteks kehidupan sosial masyarakat yang ditampilkan oleh media dan kemudian, akan diterjemahkan pula oleh masyarakat berdasarkan konteks kehidupan sosial yang berlaku saat itu di tengah masyarakat. 10 Michael O’Shaughnessy dan Jane Stadler, Media and Society; An Introduction, Oxford University Press, South Melbourne: 2005, h. 64 Untuk menjelaskan hal tersebut Shaughnessy dan Stadler memberi catatan model yang memposisikan media sebagai mediator dan model yang menggambarkan hubungan media dengan dunia dan realitas Media di Indonesia, tentu lahir dan tumbuh dengan konteks kehidupan sosial yang berbeda dengan media di Amerika. Contohnya dalam menampilkai, suatu berita tentang Iraq, tentu amat berbeda antara penyampaian media Amerika dan media di Indonesia. Dalam menampilkan berita tentang situasi Iraq, Media Amerika yang hadir di tengah masyarakat yang sebagian besar penduduknya kulit putih, non muslim tentu akan berbeda dengan Media di Indonesia yang hidup di tengah masyarakat Asia Tenggara yang sebagian besar penduduknya muslim. Media di Amerika akan cenderung menampilkan kesan yang negatif bagi pemerintahan Saddam Husein dengan berbagai alasan pembenaran untuk menjatuhkan Saddam. Lain halnya dengan media Indonesia, yang lebih menampilkan Iraq sebagai korban kesewenang - wenangan pihak internasional. Dalam sisi pandang yang lain, masyarakat dengan konteks kehidupan yang berbeda juga akan berbeda dalam menerjemahkan suatu pesan yang sama. Seperti penampilan gambar wanita dengan busana minim, masyarakat dengan konteks kehidupan di Indonesia tentu berbeda dengan masyarakat di Amerika. Shaughnessy dan Stadler menggarisbawahi dua hal penting dalam mengkaji konteks yang mendefiniskan suatu cara pandang, pemahaman, kebudayaan dan kecendrungan suatu masyarakat. Antara lain ruang dan waktu. Ruang artinya letak atau tempat keberadaan suatu masyarakat. Letak geografis menentukan perbedaan bentuk kecenderungan pemahaman dan cara pandang suatu masyarakat. Letak suatu negara atau kelompok masyarakat yang berbeda tentu mencatat kehidupan sejarah yang berbeda pula dalam perjalanan pengembangan pemikiran dan pemahaman mereka. Lebih jelasnya, bahwa teks media merupakan representasi konteks kehidupan yang terjadi di suatu tempat tertentu. Meskipun dalam menampilkan teks, media membingkai dengan sudut pandang tertentu, namun cara pandang media merupakan salah satu konteks yang berlaku di tempat media itu berada. Sebagai suatu contoh, Majalah Majalah Tabligh adalah suatu majalah yang menghadirkan konteks yang terjadi di Indonesia. Suatu konteks tentang masyarakat majemuk di Indonesia dengan pendududuk muslim sebagai kelompok yang menduduki jumlah penduduk terbanyak. Meskipun kedua majalah ini berbeda dalam membingkai teks yang ditampilkan, namun keduanya amat dipengaruhi oleh konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang banyak dengan jumlah muslim sebagai mayoritas. Waktu, artinya ukuran tentang kapan suatu peristiwa terjadi. Konteks kehidupan masyarakat pada suatu waktu tertentu, akan berbeda dengan konteks kehidupan masyarakat pada waktu yang lainnya. Pembahasan tentang peran perempuan di indonesia pada tahun 1950, tentu berbeda jika tema yang sama dibahas lagi pada tahun 2000. Teks yang ditampilkan oleh media merupakan representasi konteks kehidupan masyarakat pada suatu waktu tertentu. Ketika media massa menampilkan isu tentang kebebasan berpendapat, tentu isi media yang ditampilkan akan berbeda antara media yang mengulasnya pada era orde baru dan pada media di era reformasi. Pada era orde baru, meskipun dari media yang sama, tapi isi media tetap menjadi potret dari konteks kehidupan masyarakat pada suatu waktu tersebut. Pada masa orde baru, kebebasan seperti suatu hal yang mahal dan istimewa, tapi pada masa reformasi, kebebasan merupakan suatu hal yang selalu tersedia. Lebih lanjut lagi, Shaughnessy dan Stadler menyampaikan bahwa media berperan dalam memediasi dan merepresentasikan suatu realitas. Meski pada kenyataannya, realitas yang ditampilkan tidak seutuh realitas yang sebenarnya. Tapi kehadiran suatu teks atau pesan isi media tidak akan lepas dari situasi atau realitas yang berkembang di tengah masyarakat. Representasi mengandung tiga makna : 1 to look like or to resemble, 2 to stand in for something or someone, 3 to present second time to represent 11 . Artinya, isi pesan media mencoba menyerupai realitas, atau menghadirkan realitas, namun bukan realitas itu sendiri. Kaitannnya dengan penelitian ini, Media Islam Indonesia menampilkan suatu isu pluralisme, merupakan upaya dari media Islam itu sendiri untuk menghadirkan konteks kehidupan sosial dalam memahami pluralisme karena pemahaman media terhadap pluralisme juga berasal dari konteks pemahaman masyarakat indonesia tentang pluralisme itu sendiri. Perbedaan majalah Syirah dan Sabili dalam menampilkan isu pemahaman pluralisme dalam Islam merupakan penghadiran konteks masyarakat yang memang memiliki cara pandang yang berbeda dalam pluralisme itu sendiri. Pemahaman pluralisme yang 11 Ibid, h. 50 disampaikan media bukanlah pemahaman pluralisme yang sebenarnya, malainkan potret yang ditampilkan oleh media tentang pemahaman pluralisme yang berkembang dalam konteks kehidupan masyarakat di mana media itu berada. Pada ruang dan waktunya. Teks majalah Sabili hadir sebagai representasi dari konteks kelompok masyarakat santri di Indonesia yang lebih memahami Islam sebagai institusi, sistem yang mengatur keyakinan, ritual dan norma yang dibingkai dengan klaim kebenaran bahwa Islam adalah satu - satunya agama yang benar. Sedangkan Syirah lahir dari konteks kehidupan intelektual muda muslim yang mencoba berkarya dengan semangat pembaharuan dan perubahan dalam memahami Islam, semangat pencarian nilai Islam yang sebenarnya yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta.

C. Media Massa dan Konstruksi Realitas