lxviii persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan
yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada empat persamaan tersebut adalah :
DPR Perusahaan Tumbuh = b1 IOS + e1
1 Nilai Perusahaan Tumbuh
= b1 IOS + b2 DPR + e2 2
DPR Perusahaan Tidak Tumbuh = b1 IOS + e3
3 Nilai Perusahaan Tidak Tumbuh
= b1 IOS + b2 DPR + e4 4
Standardized koefisien untuk IOS pada persamaan 1 dan 3 akan
memberikan nilai p2. sedangkan koefisien untuk IOS dan kebijakan Dividen pada persamaan 2 dan 4 akan memberikan nilai p1 dan p3.
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga kelompok yaitu variabel dependen, variabel independen dan variabel
intervening. 1. IOS Investment Opportunity set
Yaitu set peluang investasi yang berfungsi sebagai prediktor pertumbuhan perusahaan. IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi variable
laten sehingga diperlukan proksi Hartono, 2001. Alternatif proksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Rasio Market to book value of asset MVABVA dengan dasar pemikiran
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham.
lxix Pasar menilai perusahaan yang sedang tumbuh lebih besar dari nilai
bukunya. Rasio antara nilai pasar terhadap nilai buku asset mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan
melalui hubungan bahwa semakin rendah MVABVA maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Gaver and Gaver 1993 juga menemukan
bahwa semakin tinggi rasio nilai pasar aktiva terhadap nilai buku, maka akan semakin tinggi pula nilai IOS.
MVABVA = [total aset-total ekuitas + lembar saham beredar x harga saham penutupan]
total aset
b. Rasio Market to book value of equity MVEBVE dengan dasar pemikiran bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan lebih
besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas juga mencerminkan adanya peluang investasi
bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari 1989 membuktikan bahwa perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku merupakan cerminan
peluang investasi. Proksi ini dapat menjelaskan pula bahwa besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang
akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan.
MVEBVE = [Jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham] total ekuitas
lxx c. Rasio Price to eaning ratio PER dengan dasar pemikiran bahwa nilai
ekuitas merupakan jumlah nilai kapitalisasi laba yang dihasilkan dari pengelolaan aset plus nilai sekarang neto NPV dari pilihan investasi di
masa datang. Semakin besar rasio PER maka semakin besar pula perusahaan kemungkinan untuk tumbuh. Rasio EPSPrice atau rasio laba
per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS yang sama dengan rasio nilai buku terhadap nilai pasar Chung and
Charoenwong, 1991; Smith and Watts, 1992; Gaver and Gaver,1993; Sami et al
. 1999 dan Hartono, 1999. PER = Harga Penutupan Saham
laba per lembar saham
d. Rasio Capital expenditure to book value of assets CAPBVA menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang
dapat digunakan untuk tambahan investasi aktiva produktifnya. Rasio capital addition to asset book value
CAPBVA menggunakan investasi
riil sebagai ukuran nilai buku aktiva tetap dan tambahan aktiva tetap.
Rasio ini diproksikan sebagai rasio yang mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan melalui kesempatan adanya tambahan
modal melalui nilai investasi riil berupa aktiva tetap. Bagi suatu perusahaan, nilai peluang investasi juga dapat dianalisis melalui adanya
tambahan aktiva tetap yang diinvestasikan dalam satu atau lebih periode. Apabila perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan bertumbuh, maka
lxxi secara langsung peluang investasi tersebut dapat dibuktikan melalui
adanya tambahan modal melalui tambahan aktiva tetap. CAPBVA = [nilai buku aktiva tetap
t
– nilai buku aktiva tetap
t-1
] total asset
e. Rasio Capital expenditure to market value of asset CAPMVA dengan dasar pemikiran bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki level aktivitas
investasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang tidak tumbuh.
CAPMVA = [nilai buku aktiva tetap
t
– nilai buku aktiva tetap
t-1
] [ Total aset-total ekuitas +
lembar saham beredar x harga saham penutupan]
2. Kebijakan Dividen Merupakan kebijakan manajemen perusahaan dalam membagikan dividen
kepada para pemegang sahamnya. Kebijakan dividen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Dividend Payout ratio = dividen per lembar saham
laba per lembar saham
Dividen payout ratio disajikan dalm bentuk persentase. Menurut Riyanto
1993:201 makin tingginya dividen payout ratio yang ditetapkan perusahaan, makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam
lxxii perusahaan, yang berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan. Rasio
pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas Brigham dan Gapenski, 1996: 450.
3. Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya Fama 1978, Wright dan Ferris 1997. Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Jadi semakin tinggi
nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan Wright dan Ferris, 1997.
Nilai Perusahaan = Log Harga Penutupan Saham Per Lembar
lxxiii
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effectenhandel zaaz. Berdasarkan
pengalaman Belanda, pendirian bursa efek di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh
secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta
efek-efek Belanda lainnya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah. Kegiatan pasar modal di Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu
perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan saham di Bei. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat sebagai berikut: • 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.