2.6.4 Metodologi Analisis
2.6.4.1 Analytic Hierarchy Process AHP
2.6.4.1.1Definisi AHP
AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran. AHP digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun
kontinyu. Perbandingan–perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif.
AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen
strukturnya. Penyelesaian masalah berdasarkan AHP mengandalkan intuisi sebagai input utamanya, namun intuisi harus datang dari pengambil keputusan
yang cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok–kelompoknya. Kemudian kelompok–
kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki Perdana, 2009. Proses analitik bertingkat Analytical Hierarchy Process–AHP yang
dikembangkan oleh Thomas Saaty merupakan metode untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambil keputusan
memiliki beberapa tujuan atau kriteria, untuk mengambil keputusan tertentu Taylor III, 2005.
2.6.4.1.2Kelebihan AHP
AHP mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan metode yang lainnya, diantaranya yaitu Perdana, 2009:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria–subkriteria yang paling dalam. 2.
Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil
keputusan. 3.
Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multiobjektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi
dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperhensif Perdana, 2009.
2.6.4.1.3Prosedur Kegiatan AHP
Dalam membuat rekomenadasi keputusan menggunakan model AHP, tahap matematis yang digunakan adalah sebagai berikut Taylor III, 2005:
1. Mengembangkan matriks perbandingan pasangan untuk tiap alternatif
keputusan berdasarkan tiap kriteria 2.
Sintesis: 1.
Menjumlahkan nilai pada tiap kolom pada matriks perbandingan pasangan
2. Membagi nilai tiap kolom dalam matriks perbandingan pasangan
dengan jumlah
kolom bersangkutan–yang
disebut matriks
normalisasi 3.
Hitung nilai rata–rata tiap baris pada matriks normalisasi–yang disebut vektor preferensi atau eigenvektor
4. Gabungkan vektor preferensi untuk tiap kriteria dari langkah 2-3
di atas menjadi suatu matriks preferensi yang memperlihatkan preferensi tiap jurusan berdasarkan tiap kriteria
3. Membuat matriks perbandingan pasangan untuk kriteria
4. Menghitung matriks normalisasi normalized matrix dengan membagi
tiap nilai pada masing–masing kolom matriks dengan jumlah kolom yang terkait
5. Membuat vektor preferensi dengan menghitung rata–rata baris pada
matriks normalisasi 6.
Hitung skor keseluruhan untuk tiap alternatif keputusan dengan mengalikan vektor preferensi kriteria dari langkah 5 dengan matriks
kriteria dari langkah 2-4 di atas 7.
Merangking alternatif keputusan berdasarkan nilai alternatif yang dihitung pada langkah 6
2.6.4.1.4Perbandingan Pasangan Pairwise Comparison
Pada AHP pengambil keputusan menentukan nilai atau “skor” tiap alternatif untuk suatu kriteria menggunakan Perbandingan Pasangan pairwise
comparison. Pada perbandingan pasangan, pembuat keputusan membandingkan
dua alternatif yaitu, sepasang berdasarkan suatu kriteria tertentu dan mengindikasikan suatu preferensi.
Standar skala preferensi yang digunakan AHP untuk memasukkan nilai perbandingan berpasangan diperlihatkan pada tabel 2.2. Suatu skala preferensi
memberikan nilai numerik untuk berbagai tingkat preferensi. Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan perbandingan dua item Taylor III, 2005.
Tabel 2.2 Skala Preferensi untuk Perbandingan Pasangan
Tingkat Preferensi Nilai Angka
Sama disukai
1
Sama hingga cukup disukai
2
Cukup disukai
3
Cukup hingga sangat disukai
4
Sangat disukai
5
Sangat disukai hingga amat sangat disukai
6
Amat sangat disukai
7
Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai
8
Luar biasa disukai
9 Sumber : Taylor III, 2005
2.6.4.1.5Contoh Penggunaan AHP
Berikut adalah contoh penggunaan AHP dalam suatu kasus Taylor III, 2005:
Southcorp Development mendirikan dan mengelola mal di Amerika.
Perusahaan telah mengidentifikasi tiga lokasi potensial untuk proyek terakhirnya, yaitu Atlanta, Birmingham, dan Charlotte. Perusahaan juga telah mengidentifikasi
empat kriteria utama sebagai dasar perbandingan lokasi, yaitu – 1 pangsa pasar pelanggan termasuk ukuran pasar dan populasi pada tiap tingkat usia; 2 tingkat
pendapatan; 3 infrastruktur termasuk listrik dan jalan raya; dan 4 transportasi yaitu kedekatan dengan jalan layang untuk memudahkan akses pelanggan dan
antaran dari pemasok. Tujuan perusahaan keseluruhan adalah memilih lokasi terbaik. Tujuan ini
berada pada puncak hierarchy masalah di atas. Pada tingkat hierarki berikutnya kedua ditentukan bagaimana kontribusi keempat kriteria dalam pencapaian
tujuan. Pada tingkat hierarki masalah ditentukan bagaimana tiap alternatif lokasi memberikan kontribusi pada tiap kriteria.
Proses matematis secara umum yang tercakup dalam AHP adalah menetapkan preferensi lokasi untuk tiap kriteria.
Tabel 2.3 Matriks Perbandingan Pasangan untuk Kriteria Pangsa Pasar
Lokasi Pangsa Pasar
A B
C A
1 3
2
B
13 1
15
C ½
5 1
116 9
165 Sumber : Taylor III, 2005
Tabel 2.4 Matriks Perbandingan Pasangan untuk Kriteria Tingkat Pendapatan
Lokasi Tingkat Pendapatan
A B
C A
1 6
13
B
16 1
19
C
3 9
1 Sumber : Taylor III, 2005
Tabel 2.5 Matriks Perbandingan Pasangan untuk Kriteria Infrastruktur
Lokasi Infrastruktur
A B
C A
1 13
1
B
3 1
7
C
1 17
1 Sumber : Taylor III, 2005
Tabel 2.6 Matriks Perbandingan Pasangan untuk Kriteria Transportasi
Lokasi Transportasi
A B
C A
1 13
12
B
3 1
4
C
2 14
1 Sumber : Taylor III, 2005
Mengembangkan Preferensi dan Kriteria
Langkah berikut dalam AHP adalah membuat prioritas alternatif keputusan dalam tiap kriteria. Tahap pertama dalam menetukan skor preferensi
adalah dengan menjumlahkan nilai pada tiap kolom matriks perbandingan pasangan. Penjumlahan kolom untuk matriks pangsa pasar adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7 Pengembangan Preferensi dan Kriteria Pangsa Pasar
Lokasi Pangsa Pasar
A B
C A
1 3
2
B
13 1
15
C
12 5
1 116
9 165
Sumber : Taylor III, 2005 Kemudian nilai pada tiap kolom dibagi dengan jumlah kolom terkait.
Hasilnya merupakan matriks normalisasi normalized matrix sebagai berikut:
Tabel 2.8 Matriks Normalisasi Kriteria Pangsa Pasar
Lokasi Pangsa Pasar
A B
C A
611 39
58
B
211 19
116
C
311 59
516 Sumber : Taylor III, 2005
Perhatikan bahwa jumlah dari tiap kolom adalah 1. Tahap berikut adalah untuk menghitung rata–rata nilai pada setiap baris. Pada titik ini perlu adanya
konversi nilai pecahan pada matriks menjadi desimal seperti diperlihatkan pada tabel 2.9 berikut.
Tabel 2.9 Matriks Perbandingan Pasangan untuk Kriteria Transportasi
Lokasi Pangsa Pasar
A B
C Rata–rata Baris
A 0,5455
0,3333 0,6250
0,5012 B
0,1818 0,1111
0,0625 0,1185
C 0,2727
0,5556 0,3125
0,3803 1,0000
Sumber : Taylor III, 2005
Pangsa Pasar
A B
C
Vektor preferensi untuk kriteria keputusan lainnya dihitung dengan cara serupa.
A B
C 0,5012
0,1185 0,3803
1,0000
Tingkat Pendapatan
0,2819 0,0598
0,6583
A B
C
A B
C
Empat vektor preferensi ini kemudian diringkas ke dalam suatu matriks preferensi yang diperlihatkan pada tabel 2.10.
Tabel 2.10 Matriks Preferensi Kriteria
Lokasi Kriteria
Pasar Tingkat
Pendapatan Infrastruktur
Transportasi A
0,5012 0,2819
0,1780 0,1561
B 0,1185
0,0598 0,6850
0,6196 C
0,3803 0,6583
0,1360 0,2243
Sumber : Taylor III, 2005
Infrastruktur
0,1780 0,6850
0,1360
Transportasi
0,1561 0,6196
0,2243
Merangking Kriteria
Tahap berikut adalah menentukan tingkat kepentingan atau bobot dari kriteria, yaitu merangking kriteria dari yang paling penting hingga yang kurang
penting. Hal ini dilakukan dengan cara serupa seperti merangking lokasi di setiap kriteria dengan menggunakan perbandingan
pasangan berdasarkan skala preferensi pada tabel 2.2.
Tabel 2.11 Merangking Kriteria
Kriteria Pasar
Pendapatan Infrastruktur
Transportasi Pasar
1 15
3 4
Pendapatan
5 1
9 7
Infrastruktur
13 19
1 2
Transportasi
14 17
12 1
Sumber : Taylor III, 2005 Matriks normalisasi yang dikonversi menjadi angka desimal dengan rata–
rata baris eigenvector untuk tiap kriteria diperlihatkan pada tabel 2.12 berikut:
Tabel 2.12 Matriks Normalisasi untuk Kriteria dengan Rata–rata Baris
Kriteria Pasar
Pendapatan Infrastruktur
Transportasi Rata–rata
Baris Pasar
0,1519 0,1375
0,2222 0,2857
0,1993
Pendapatan
0,7595 0,6878
0,6667 0,5000
0,6535
Infrastruktur
0,0506 0,0764
0,0741 0,1429
0,0860
Transportasi
0,0380 0,0983
0,0370 0,0714
0,0612 1,0000
Sumber : Taylor III, 2005 Vektor preferensi yang dihitung dari rata–rata baris pada matriks
normalisasi dalam tabel 2.12 adalah sebagai berikut:
Pasar Pendapatan
Infrastruktur Transportasi
Mengembangkan Rangking Keseluruhan
Skor keseluruhan tiap lokasi ditentukan dengan perhitungan matriks tabel 2.10 dan mengalikannya dengan vektor preferensi kriteria di atas, dan hasilnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.13 Rangking AHP
Lokasi Skor
Charlotte
0,5314
Atlanta
0,3091
Birmingham
0,1595 1,0000
Sumber : Taylor III, 2005 0,1993
0,6535 0,0860
0,0612
Kriteria
Berdasarkan skor yang dikembangkan melalui AHP ini, Charlotte seharusnya dipilih sebagai lokasi mal baru, dengan Atlanta pada rangking kedua
dan Birmingham di rangking ketiga.
2.7 Metodologi Pengembangan Sistem