Kriteria Masa Usia Sekolah Menengah

masyarakat sekelilingnya rajin beribadah, tentunya mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah serta ajaran-ajaran agama, sekedar mengikuti lingkungan dimana ia hidup. Percaya seperti ini disebut percaya turut-turutan. Kepercayaan turut-turutan biasanya terjadi bila orang tuanya memberikan masukan dan pemahaman agama dengan cara menyenangkan, jauh dari pengalaman-pengalaman yang menggoncangkan jiwanya, sehingga cara kekanak-kanakan dalam beragama itu berjalan, tidak perlu ditinjau kembali. Sebaliknya remaja akan gelisah dan kurang aman apabila agama dan keyakinannya berlawanan dengan agama dan keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang tua dan keteguhannya dalam menjalankan ibadah serta memelihara nilai agama dalam agama dalam kehidupannya sehari-hari, mendorong agama dari kebimbangan agama. b. Percaya dengan kesadaran Kesadaran remaja atau semangat agama pada masa remaja mulai dengan cenderungnya remaja kepada meninjau dan meneliti kembali bagaimana cara beragama dimasa kecil dahulu. Kepercayaan tanpa pengertian tidak memusnahkan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa komentar, alasan tidak lagi menggembirakannya. Mereka ingin menjadi agama sebagai suatu lapangan baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja. c. Percaya tapi agak ragu-ragubimbang Kebimbangan remaja terhadap agama tidak sama, berbeda antara yang satu dengan lainnya, sesuai dengan kepribadian masing-masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan, yang sangat cepat dapat diatasi, dan ada yang sangat berat sampai berubah kepada agama. Satu hal yang tidak boleh kita lupakan ialah kebimbangan itu tergantung pada dua faktor penting, yaitu keadaan jiwa orang yang bersangkutan dan keadaan sosial serta kebudayaan yang melingkupi remaja tersebut. d. Tidak percaya sama sekali, atau cenderung atheis Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah mengingkari wujud Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan keyakinan lain. Keadaan remaja mungkin sekali mengalami bahwa ia tidak percaya kepada Tuhan, mengaku bahwa dirinya atheis. Perkembangan remaja kearah tidak mempercayai adanya Tuhan itu sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari kecilnya, apabila seorang remaja merasa tertekan, kecewa, menderita batin atau sakit hati yang telah bertumpuk-tumpuk, sehingga putus asalah ia terhadap keadilan dan kekuasaan Tuhan, lambat laun keputusan itu menjadi benci dan akhirnya tidak mau lagi mengakui Tuhan.