8. Keahlian memasak dihargai tinggi dan chief memiliki peranan sebagai ”the man behind the resto” dan untuk sebagian restoran memiliki otoritas
kreasi. 9. Restoran dapat menjadi pengikat interaksi interaksi antar bangsa dan
dapat menjadi duta nasional untuk bangsa kita. 10. Pengoperasiannya didukung manajemen modern dan teknologi informasi
yang canggih, serta alat produksi yang mutakhir. Bartono, 2005 Restoran merupakan industri pangan yang bergerak dalam pengolahan
dan penyajian makanan siap santap. Restoran menempati sebagian atau seluruh bangunan permanen yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan
proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan bagi umum Depkes, 1995.
Klasifikasi restoran berdasarkan pengelolaan dan sistem penyajian dibagi tiga yaitu: 1. Restoran formal, yaitu restoran yang dikelola secara
komersial dan profesional dengan pelayanan eksklusif. 2. Restoran nonformal, seperti halnya restoran formal hanya lebih mengutamakan
kecepatan pelayanan dan umumnya dengan harga yang lebih murah. 3. Specialties Restaurant, yaitu restoran yang menyediakan makanan dengan
sistem penyajian yang khas dari suatu negara tertentu Soekresno dalam Nurismanto, 2002
Restoran dapat diklasifikasikan menurut tingkat layanan yang diberikan kepada konsumen. Menurut The National Restaurant Asociation,
restoran terbagi menjadi : 1 Menu lengkap dengan meja layanan, 2 Menu terbatas dengan meja layanan, 3 Menu terbatas tanpa meja layanan, dan
4 Layanan kafetaria Smith dalam Nurismanto, 2002.
2.2. Restoran Fast Food
Istilah fast food pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat sekitar tahun 1950-an. Pada saat itu orang yang bekerja di kantor merasa lebih
praktis dan efisien jika memesan makanan cepat saji. Tidak lama kemudian bisnis fast food ini berkembang hampir di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Produk fast food dewasa ini semakin beragam dan terus berkembang sejalan dengan pergeseran pola konsumsi masyarakat yang
didukung oleh peningkatan pendapatan perkapita, terutama pada masyarakat perkotaan. Selain itu produk fast food menjadi populer karena pelayanan
yang cepat, praktis, nyaman serta harga yang relatif terjangkau. Bagi masyarakat kota keberadaan fast food mempunyai daya tarik sendiri atau
sudah menjadi gaya hidup.
2.3. Bisnis Franchise
Franchise atau yang dikenal di Indonesia dengan Waralaba adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahan franchisor memberi hak
pada pihak independen franchisee untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan pengaturan yang ditetapkan oleh franchisor.
Franchisee menggunakan nama produk atau jasa, prosedur pemasaran keahlian, sistem prosedur operasional, dan fasilitas penunjang dari
perusahaan franchisor. Sebagai imbalannya franchisee initial fee dan royalty biaya pelayanan manajemen pada perusahaan franchisor seperti
yang diatur dalam perjanjian waralaba. Sebuah paket waralaba yang baik mampu membuat seseorang yang tepat bisa mengoperasikan sebuah bisnis
dengan baik, bahkan tanpa pengetahuan sebelumnya tentang bisnis tersebut Muharam dalam Hartono, 2005.
Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual dan
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan yang berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut,
dalam rangka penyediaan atau penjualan barang atau jasa. Pemberi waralaba adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada
pihak lain untuk memanfaatkan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha atau perorangan yang
diberikan hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pembeli
waralaba. Deperindag, 2004. Ada tiga bentuk sistem waralaba menurut LPPM dalam Hartono
2005, yaitu: 1.
Trade mark Brand Name Franchising.
Tipe ini dilakukan dengan memberikan hak atau lisensi kepada penerima waralaba untuk memproduksi barang dan jasa dengan menggunakan
nama dagang milik pemberi waralaba. Contohnya pada industri pakaian terkenal.
2. Product Franchising
Penerima waralaba memperoleh hak untuk memasarkan barang dan jasa pemberi waralaba dengan memanfaatkan jalur distribusi tertentu yang
telah dikembangkan pemberi waralaba. Tipe ini banyak digunakan untuk produk-produk suku cadang kendaraan, minuman ringan dan
lainnya. 3.
Pure Franchising Business Format Franchising Pada tipe ini pemberi waralaba menyediakan format waralaba yang
lengkap mulai dari pemanfaatan merek dagang barang dan jasa untuk dijual, perangkat manajemen, pengawasan mutu, jalur distribusi, dan
pelayanan lainnya. Tipe ini banyak digunakan pada restoran cepat saji, agen penjualan mobil, dan jasa pelayanan lainnya.
2.4. Konsep Pemasaran