Penalaran dan Kemampuan Penalaran

Pada model AIR, guru berperan sebagai fasilitator dan peserta didiklah yang lebih aktif. Peserta didik ditempatkan sebagai pusat perhatian utama dalam kegiatan pembelajaran melalui tahapan-tahapannya, peserta didik diberikan secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok. Sedangkan guru bertanggung jawab penuh dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, memberikan pemodelan atau demonstrasi, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik. Dengan model pembelajaran AIR diharapkan pembelajaran bisa lebih efektif dan peserta didik bisa berlatih untuk hidup bermasyarakat sosial.

2.1.4 Penalaran dan Kemampuan Penalaran

Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning. Penalaran merupakan salah satu kompetensi dasar matematik di samping pemahaman, komunikasi dan pemecahan masalah. Menurut Wikipedia 2012, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera pengamatan empirik yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Penalaran juga merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar atau dianggap benar ataupun yang diasumsikan kebenarannya yang disebut dengan premis. Sedangkan menurut Keraf, sebagaimana dikutip oleh Shadiq 2004: 2 penalaran jalan pikiranreasoning merupakan proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Penalaran matematika penting untuk mengetahui dan mengerjakan matematika. Kemampuan untuk bernalar menjadikan peserta didik dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya, baik di dalam atau di luar sekolah. Pada pembelajaran matematika dikenal ada dua macam bentuk penalaran, yaitu induksi atau penalaran induktif dan deduksi atau penalaran deduktif. Induksi merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum general berdasar pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar Shadiq, 2004: 4. Sedangkan penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika. Sebagaimana dinyatakan kurikulum 2004 Shadiq, 2009: 2 berikut : “Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, dalam pembelajaran, pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi”. Pada peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506CKepPP2004 tanggal 11 November tentang rapor Wardhani, 2008: 14 pernah diuraikan bahwa indikator peserta didik memiliki kemampuan dalam penalaran adalah mampu : a mengajukan dugaan, b melakukan manipulasi matematika, c menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, d menarik kesimpulan dari pernyataan, e memeriksa kesahihan suatu argumen, dan f menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Kemampuan merupakan kata benda dari kata mampu yang berarti kuasa bisa, sanggup melakukan sesuatu, sehingga kemampuan dapat diartikan kesanggupankecakapan. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematika adalah kemampuan dalam menarik kesimpulan melalui langkah- langkah formal yang didukung oleh argumen matematis berdasarkan pernyataan yang diketahui benar atau yang telah diasumsikan kebenarannya, yang dilihat dari tes peserta didik dalam mengerjakan soal-soal tipe penalaran.

2.1.5 Model Pembelajaran Student Teams Achievment Division STAD

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL TREFFINGER BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PESERTA DIDIK PADA MATERI GEOMETRI

0 21 456

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POGIL BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 15 251

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) DAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS

0 11 258

model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR).

1 2 52

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) DAN KARTU SOAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PADA MATERI POKOK LINGKARAN.

0 0 2

KEEFEKTIFAN MODEL AIR (AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION) DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII SMPN 1 MINGGIR.

0 1 221

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

0 0 13

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIKA MATEMATIK PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTsN 1 KOTA MAKASSAR

1 2 213

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA MTs - Raden Intan Repository

0 0 109

Perbandingan Pendekatan AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) dan Pendekatan PMR (Pendidikan Matematika Realistik) Terhadap Kemampuan Penalaran Matematika Peserta Didik Kelas X IPA SMAN 15 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 101