Anatomi dan histologi Hati

Vitamin E α-tokoferol atau α-Toc adalah membran utama yang tidak bebas, bersifat larut di dalam lemak, anti-oksidan yang melindungi membran sel terhadap peroksidasi lipid Bulger and Maier, 2003. Tokoferol merupakan anti- oksidan non-enzimatik dengan mekanisme mendonorkan ion hidrogen dan dapat mengubah radikal peroksil menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif sehingga tidak mampu menyerang rantai asam lemak Astuti, 2009. Gangguan absorbsi lemak dapat menyebabkan defisiensi vitamin E karena sifat tokoferol yang larut dalam lemak makanan, akan dibebaskan dan diserap saat lemak dicerna. Vitamin E tersimpan dalam jaringan adiposa karena itu kondisi defisiensi vitamin E dapat ditemukan pada kondisi steatore metabolisme dari lemak yang tidak sempurna sehingga akan menghasilkan feses yang berwarna putih, indikasi terjadinya malabsorbsi dan terkadang diare kronis, penyakit hepar kolestatik, kistik fibrosis dan pasien yang menjalani operasi reseksi usus Murray, et al., 2003.

2.4 Hati

2.4.1 Anatomi dan histologi

Hati merupakan organkelenjar yang terbesar di dalam tubuh. Hati dianggap sebagai kelenjar, karena dapat menghasilkan empedu fungsi eksokrin dan endokrin. Hati dibungkus oleh jaringan fibrous tipis yang disebut kapsula fibrosa perivascularis Glisson yang terdapat dilapisan viseral peritoneum. Dari kapsul ini muncul septa yang masuk ke dalam parenkim hati. Sel-sel hati hepatosit tersusun berupa untaian mutiara dan terdapat sinusoid-sinusoid di antara untaian hepatosit tersebut. Hepatosit menghasilkan cairan empedu yang Universitas Sumatera Utara akan disekresikan melalui kanalikuli biliaris, yang selanjutnya disalurkan ke dalam duktulus biliaris. Duktus biliaris akan bercabang membentuk duktus hepatikus kanan dan duktus biliaris kiri, yang selanjutnya membentuk duktus hepatikus komunis yang meninggalkan hati Daniel, 2009. Hati terletak di bagian atas abdomen, dan meluas di bawah arkus kosta dan diafragma, yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan homeostasis metabolisme di dalam tubuh, termasuk pengolahan diet asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin, sintesis protein, dan detoksifikasi serta ekskresi empedu ke dalam produk limbah endogen dan xenobiotik. Jadi, tidak mengherankan bahwa hati rentan terhadap berbagai macam metabolisme, mikroba beracun, dan kontaminasi peredaran darah. Keterlibatan hati secara sekunder sering ditemukan pada beberapa penyakit, seperti dekompensasi jantung, diabetes, dan infeksi ekstra hepatik Robbins et al., 2010. Berat hati rata-rata 1350gr, konsistensi kenyal, permukaan rata, halus, dan berwarna merah kecoklatan yang terdiri atas empat lobus yaitu: lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudatus dan lobus kuadratus. Lobus kanan merupakan lobus yang terbesar Daniel, 2009. Struktur anatomi hati seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini Gambar 2.6. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Struktur anatomi hati Netter, 2010 Hati memiliki cadangan fungsional yang besar, sehingga regenerasi sel hepatosit dapat terjadi pada kelainan organ hati. Operasi pengangkatan hati dapat menimbulkan kerusakan hati sebesar 60 dari hati, namun hati mampu beregenerasi membentuk sebagian besar massa hati dalam waktu 4-6 minggu. Pada orang dengan nekrosis retikuli hepatoseluler dan hati yang utuh, restorasi hampir sempurna dapat terjadi jika individu dapat bertahan hidup. Cadangan fungsional dan kapasitas regeneratif dari permukaan hati sampai batas tertentu merupakan dampak klinis awal kerusakan hati. Namun, dengan penyebaran penyakit, gangguan aliran sirkulasi atau kelainan empedu dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati yang mengancam jiwa Robbins et al., 2010. Secara fungsional unit terkecil hati adalah lobulus yang berbentuk heksagonal memiliki sebuah vena sentral. Dari vena sentral untaian sel-sel hati yang berbentuk balok-balok berderet secara radial ke arah perifer. Sudut-sudut pertemuan antara lobulus disebut segitiga Kiernan trias portal yang terdiri l dari vena sentralis, arteri hepatika dan duktus biliaris Gambar 2.7. Struktur Universitas Sumatera Utara mikroskopis sel hati berbentuk polihedral, berdiameter 20-25 µ pada hewan dewasa dan 2-7 µ pada hewan muda. Inti bentuk bulat terletak di tengah, kadang dapat dijumpai inti lebih dari satu. Lobus hati terdiri dari sel parenkim hepatosit dan sel non-parenkim sel sinusoidal, sel Kupffer, sel stellata, sel dendritik, dan sel pit atau dikenal sebagai natural killer cell Kaneda, 1999 dan Wake, 1999 dalam Naito et al., 2004. Pada tahun 1954, Rappaport melaporkan asinus hati sebagai unit fungsional hati Rappaport et al., 1954 dalam Malarkey et al., 2005. Mikroskopis lobus hati dapat dibagi menjadi 3 daerah yaitu: 1. Daerah periportal zona 1 yang terletak dekat arteriola hepatica dan didominasi oleh enzim-enzim metabolisme oksidatif dan glikogenesis, 2. Daerah tengah mid-zona zona 2 dengan fungsi yang bervariasi, mengandung enzim-enzim zona 1 dan zona 3, serta 3. Daerah sentrilobular zona 3 yang terletak di dekat ujung asinus, banyak mengandung enzim glikolisis untuk memetabolisme lemak dan obat-obatan. Aliran darah aferen mengalir masuk dari tepi lobulus klasik dan keluar melalui vena sentral. Hepatosit pada zona 1 paling banyak mendapatkan oksigen dan nutrien, sedangkan asupan darah pada daerah sekitar vena sentralis zona 3 mempunyai kandungan kadar oksigen dan nutrien yang relatif sedikit, daerah ini merupakan daerah yang paling sering mengalami kerusakan akibat zat kimia. Secara skematis gambaran sinusoid sel hepatosit dapat dilihat pada gambar berikut ini Gambar 2.7. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.7. Gambaran sinusoid hati Robbins et al., 2007 Mikro sirkulasi in vivo menunjukkan unit fungsional pada hati adalah asinus. Asinus terdiri dari hepatosit yang membentuk dua lapis sel dan kanalikuli empedu berada diantaranya di sepanjang sinusoid. Sinusoid hati adalah celah di antara barisan hepatosit yang mengandung sinusoid kapiler. Berikut ini gambaran mikroskopis sel hepatosit Gambar 2.8. Gambar 2.8 Histologi hati Junqueira, 2005. A Pusat sentrilobular vena. Gambaran hati yang membentuk anastomosis bebas, membatasi ruang yang ditempati oleh sinusoid. B Ruang portal dengan karakteristik arteri kecil, pembuluh getah bening, dan saluran empedu dikelilingi oleh jaringan ikat. C Serat retikular kolagen dalam lobulus. Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Fisiologi Hati

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamate Terhadap Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L)

6 78 96

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA.L) TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS PADA GINJAL MENCIT JANTAN (MUS MUSCULUS.L) STRAIN DDW YANG DI PAPARI MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) DIBANDINGKAN DENGAN VITAMIN E.

0 2 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L) TERHADAP PERUBAHAN KADAR ENZIM ALT, AST HATI MENCIT JANTAN (MUS MUSCULUS L) STRAIN DDW SETELAH DIBERI MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG) DIBANDINGKAN DENGAN VITAMIN E.

0 4 12

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L) TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIK HATI MENCIT JANTAN (MUS MUSCULUS L) STRAIN DDW SETELAH DIBERI MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)

0 0 8