Uji statistik Multiple Comparison-Post Hoc terhadap penurunan kadar serum ALT juga dilakukan untuk membandingkan kelompok perlakuan P2 dengan
kelompok perlakuan P3, dimana hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan P2 dengan kelompok perlakuan P3 p
0,05. Dalam hal ini walaupun secara uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna di antara kelompok perlakuan P2 dengan kelompok
perlakuan P3, namun kadar serum ALT kelompok perlakuan P2 yang mendapat ekstrak etanol kulit manggis selama 14 hari setelah pemberian MSG 21 hari
47.80 ± 21.82
mgdL lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan P3 yang mendapat vitamin E selama 14 hari setelah pemberian MSG
116.80 ± 82.50
mgdL. Dengan arti kata lain, pemberian baik ekstrak etanol kulit manggis maupun vitamin E
setelah mendapat MSG, keduanya sama-sama mampu menurunkan kadar ALT, ini terbukti bahwa ekstrak etanol kulit manggis dan vitamin E memang teruji secara
klinis berfungsi sebagai anti-oksidan, namun ekstrak etanol kulit manggis lebih mampu menurunkan kadar serum ALT dibandingkan vitamin E.
4.1.3 Kerusakan hati
Hasil pengukuran data kerusakan hati setelah perlakuan pemberian MSG, ekstrak etanol kulit manggis, dan vitamin E dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Derajat kerusakan hati secara makroskopis.
No. Kelompok perlakuan
Derajat kerusakan hati
Kategori 1.
P0 = Kontrol 2.
P1 = MSG +2
2 3.
P2 = MSG + EKM +1
1 4.
P3 = MSG + Vit. E +1
1
Keterangan: − MSG = Monosodium glutamate, EEKM = Ekstrak
etanol
kulit manggis, dan Vit. E = Vitamin E.
− Kriteria abnormal bila ditemukan: a. Perubahan berat organ hati; b. Perubahan warna; c.Perubahan konsistensi; dan d. Perubahan permukaan.
− Derajat kerusakan hati : 0 normal; + 1 bila terdapat 1 dari kriteria ; + 2 bila dijumpai 2 dari kriteria ; dan + 3 bila ditemukan 3 dari kriteria .
Tabel 4.3 menunjukkan derajat kerusakan hati secara makroskopis pada kelompok penelitian P0, P1, P2, dan P3. Derajat kerusakan hati secara
makroskopis yang paling berat terdapat pada kelompok perlakuan P1 yaitu kelompok yang hanya mendapat MSG selama 21 hari. Uji Mann-Whitney terhadap
derajat kerusakan hati menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan P1 dengan kelompok perlakuan P2 dan kelompok perlakuan
P3 p 0,05, sedangkan uji Mann-Whitney untuk derajat kerusakan hati pada kelompok perlakuan P2 dan kelompok perlakuan P3 tidak menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna p 0,05. Ini menunjukkan bahwa kerusakan hati secara makroskopis akibat pemberian MSG dapat diperbaiki setelah diberikan
ekstrak etanol kulit manggis maupun vitamin E.
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Gambaran histopatologi hati A. Berdasarkan Nekrosis sentrilobular
Hasil penilaian nekrosis sentrilobular sel hati setelah perlakuan pemberian MSG dan ekstrak etanol kulit manggis seperti yang tertera pada tabel berikut di
bawah ini tabel 4.2.
Tabel 4.2 Skor histopatologi nekrosis sentrilobular dengan pewarnaan hematoksilin eosin
No. Kelompok perlakuan
Nilai 1.
P0 = Kontrol negatif 2.
P1 = MSG 3
3. P2 = MSG + EEKM
2 4.
P3 = MSG + Vit. E 2
Keterangan: MSG = Monosodium glutamate, EEKM = Ekstrak etanol kulit manggis, dan Vit. E = Vitamin E.
Uji Kruskal Wallis terhadap derajat kerusakan hati secara mikroskopis berdasarkan derajat histopatologi nekrosis sentrilobular dengan pewarnaan
hematoksilin eosin menunjukkan perbedaan yang bermakna di antara kelompok perlakuan p 0,05. Uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antara kelompok perlakuan P1 terhadap kelompok perlakuan P2 dan kelompok perlakuan P3 p0,05, dimana derajat kerusakan sel-sel hepatosit pada
kelompok perlakuan P2 yang mendapat ekstrak etanol kulit manggis selama 14 hari setelah pemberian MSG selama 21 hari, dan kelompok perlakuan P3 yang
mendapat vitamin E selama 14 hari setelah pemberian MSG selama 21 hari lebih ringan karena adanya perbaikan jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan P1
yang hanya mendapat MSG. Pada kelompok perlakuan P2 dan kelompok
Universitas Sumatera Utara
perlakuan P3 tidak menunjukkkan perbedaan yang bermakna p0,05, yang artinya derajat kerusakan sel-sel hepatosit menjadi lebih ringan setelah pemberian
baik ekstrak etanol kulit manggis maupun vitamin E.
B. Tampilan imunohistokimia TNF-
α pada sel hati hepatosit
Hasil pengamatan terhadap tampilan pewarnaan imuhistokimia TNF- α
pada sel hati setelah diberikan perlakuan dengan pemberian MSG, ekstrak etanol kulit manggis, dan vitamin E dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut di bawah ini.
Tabel 4.3 Tampilan pewarnaan imunohistokimia TNF-
α pada sel hati hepatosit.
Kelompok Intensitas
warna Luas
Tampilan Jumlah
I.Warna x
L.Tampilan Kategori
P0 = Kontrol negatif P1 = MSG
2 3
1 2
2 6
2 4
P2 = MSG+EEKM 2
2 4
3 P3 = MSG + Vit. E
2 2
4 3
Keterangan: MSG =Monosodium glutamate, EEKM = Ekstrak etanol kulit manggis, dan Vit. E = Vitamin E.
Tabel 4.3 Uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa derajat kerusakan hati yang dinilai berdasarkan tampilan pewarnaan imunohistokimia TNF-
α menunjukkan perbedaan yang bermakna di antara kelompok perlakuan p0,05.
Tampilan imunohistokimia TNF- α yang tertampil paling kuat adalah pada
kelompok perlakuan P1 yang mendapat MSG selama 21 hari. Pada kelompok perlakuan P2 yang mendapat ekstrak etanol kulit manggis selama 14 hari dan
kelompok perlakuan P3 yang mendapat vitamin E yang setelah masing-masing kelompok tersebut diberi MSG selama 21 hari, menunjukkan tampilan sedang
Universitas Sumatera Utara
dengan pewarnaan TNF- α. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan P1 dengan kelompok perlakuan P2 dan kelompok perlakuan P3 p 0,05, namun tidak ada perbedaan
yang bermakna antara kelompok perlakuan P2 dengan kelompok perlakuan P3 p0,05.
4.2 Pembahasan