Tipe-tipe Regret Faktor-faktor yang mempengaruhi Postpurchase Regret

15

3. Tipe-tipe Regret

Zeelenberg dan Pieters dalam Osei, 2009 mengungkapkan ada 2 tipe dari regret yaitu: a Retrospective Regret dan Prospective anticipated regret a. Retrospective Regret Ada 2 komponen yang diasosiasikan dengan Retrospective Regret, yaitu outcomes regret yang diasosiasikan dengan outcomes evaluation dari pengambilan keputusan dan process regret yang terjadi ketika proses pengambilan keputusan dipertimbangkan menjadi sesuatu yang buruk bahkan ketika hasil keputusan tersebut merupakan keputusan yang baik. b. Prospective anticipated Regret Regret mungkin diantisipasi pada saat keputusan pembelian dilakukan dan dengan demikian mempengaruhi dan memandu konsumen untuk memilih. Penelitian menunjukkan bahwa antisipasi dari kemungkinan penyesalan dimasa yang akan datang akan meningkatkan kesukaan terhadap produk yang konvensional yang menjadi pilihan. Universitas Sumatera Utara 16

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Postpurchase Regret

a. Faktor Internal i. Emosi yang muncul setelah diadakan evaluasi terhadap pembelian. Menurut Sugden dalam Lee dan Cotte, 2009 dikatakan bahwa konsumen biasanya melakukan evaluasi dengan membandingkan apa yang mereka terima dari produk yang mereka beli dengan apa yang seharusnya mereka dapat dari produk tersebut. Mereka akan merasa menyesal apabila alternatif barang lain ternyata lebih bagus dibandingkan dengan barang yang telah mereka beli. ii. Munculnya rasa tanggung jawab personal. Gilovich dan Medvec 1995 menyatakan bahwa rasa tanggung jawab personal muncul sebagai sumber dari pengalaman regret seseorang. Seorang konsumen merasa bahwa mereka seharusnya bisa mencegah terjadinya outcome yang negatif dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini self blame mempengaruhi regret seseorang karena ketika individu menganggap bahwa keputusan yang dibuatnya salah, mereka cenderung merasa harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang buruk tersebut. Dengan demikian, individu Universitas Sumatera Utara 17 menyalahkan diri mereka terhadap hasil negatif tersebut dan akhirnya mengalami regret. iii. Conterfactual thinking Kahneman dan Dale 1986 mendefinisikan counterfactual thinking adalah proses membandingkan kenyataan yang ada dengan kemungkinan terdapatnya alternatif lain dengan membangun konstruk perumpamaan skenario. Counterfactual thinking bukanlah sebuah proses untuk mengevaluasi outcome tetapi lebih kepada proses pemikiran kita terhadap outcome tersebut. Ada dua jenis counterfactual thinking, yaitu downward CFT dan upward CFT. Downward CFT terjadi ketika individu menganggap bahwa lingkungan bisa saja lebih buruk dari apa yang dimilikinya sedangkan upward CFT terjadi ketika individu menganggap lingkungan dapat memberikan hasil yang lebih baik dari yang dimilikinya. Biasanya seseorang melakukan CFT setelah mengalami atau mendapatkan outcome yang negatif dan outcome negatif tersebut biasanya menyebabkan seseorang lebih melakukan upward CFT daripada downward CFT. Dan ketika individu menghasilkan upward CFT, maka mereka cenderung akan mengalami regret. Universitas Sumatera Utara 18 b. Faktor Eksternal i. Jumlah alternatif barang yang tersedia Iyengar Lepper dalam Roese Summerville, 2005 mengemukakan bahwa jumlah opsi yang tersedia untuk dipilih dapat mempengaruhi regret seseorang. Penelitian Iyengar dan Lepper dalam Roese dan Summerville, 2005 membuktikan bahwa individu yang dihadapkan pada pilihan produk yang sangat untuk dinilai dan dipilih biasanya akan menunjukkan frustasi dan menurunnya kepuasan jika dibandingkan dengan individu yang hanya dihadapkan pada sedikit pilihan. Dengan kata lain ketika terdapat pilihan yang sangat luas untuk dipilih individu maka akan berkemungkinan memunculkan regret setelah pembelian. ii. Ketersediaan informasi mengenai alternatif lain yang tidak dipilih. Tsiros dan Mittal dalam Das, 2004 menyatakan bahwa emosi regret juga dipengaruhi oleh kesadaran individu akan alternatif lain yang lebih baik. Menurut pandangan ini, seharusnya semua informasi mengenai foregone alternative tersedia bagi si pembuat keputusan untuk membuat perbandingan. iii. Adanya kehadiran orang lain pada saat pembelian. Universitas Sumatera Utara 19 Osei 2009 menyatakan bahwa dalam situasi dimana pembelian melibatkan kehadiran orang lain, biasanya masukan atau preferensi orang lain tersebut dapat mempengaruhi proses pengambilan individu secara ekstrem. Pengaruh ini dapat menyebabkan individu menyimpang dari pilihan awal mereka. Hal ini dapat berdampak terhadap evaluasi pasca pembelian baik dalam outcome maupun proses pengambilan keputusannya. iv. Ukuran kelompok dalam pengambilan keputusan. Menurut Aron 1999, regret dapat dipengaruhi oleh ukuran kelompok dimana seorang individu mengambil keputusan. Ketika seorang individu berada dalam kelompok yang besar, maka akan terbentuk konformitas dan akhirnya menyebabkan penurunan atribusi yang ditujukan terhadap anggota sebagai individu. Dengan kata lain, dalam konteks pengambilan keputusan di dalam kelompok besar, anggota yang tidak setuju dengan keputusan kelompok akan mengatribusikan outcome yang tidak baik lebih kepada kelompok daripada dirinya sendiri. Dengan demikian, individu tersebut akan mengalami regret yang lebih kecil dibandingkan ketika berada dalam kelompok yang kecil. Universitas Sumatera Utara 20

B. Opinion Leader