menambah pendapatan keluarganya dan bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan rumah tangga. Walaupun begitu hal ini bagi mereka bukanlah suatu
beban, karena para ibu rumah tangga ini dapat membagi waktunya.
3.3.4. Peranan Istri Dalam Keluarga
Sebagai disebutkan di atas bahwa tenaga kerja yang utama dalam pekerjaan perempuan penjaga parkir adalah berperan ganda sebagai ibu rumah
tangga. Merekalah setiap harinya senantiasa bergelut dengan pekerjaan penjaga parkir. Hal ini dimungkinkan karena dalam bekerja sebagai penjaga parkir ini
merupakan salah satu bentuk penghasilan dalam kehidupan keluarga mereka. Walaupun demikian tidak selamanya para ibu rumah tangga ini bekerja dibantu
oleh para suamainya. namun kalau istrinya tidak bisa maka otomatis suami yang berperan aktif sebelum istrinya datang.
Dalam pekerjaan seperti ini harus ada kerja sama yang baik antara istri dan suaminya. misalnya sebelum pekerjaan rumah selesai atau masih banyak
pekerjaan seperti mempersiapkan keperluan anak- anaknya yang akan berangkat ke sekolah. Biasanya para informan mempunyai anak kira- kira 2-8 orang yang
harus disekolahkan dan dipehatikan. Tabel berikut ini akan menunjukan jumlah anak para ibu rumah tangga yang bekerja sebagai penjaga parkir.
Tabel 8 Jumlah Anak Perempuan Penjaga Parkir NO
Jumlah anak Jumlah
1 0-2 orang
2 10
Universitas Sumatera Utara
2 3-4 orang
7 35
3 5-6 orang
6 30
4 7-8 orang
4 20
5 8 orang
1 5
jumlah 20
100 Sumber: hasil penelitian 2010
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah anak yang paling banyak dari informan adalah 3-4 orang. Informan yang menjawab sejumlah ini adalah
sebanyak 7 orang atau 35. Yang lainya sebanyak 6 orang atau 30 menjawab sebanyak 5-6 orang 4 orang atau 20 menjawab 7-8 orang, 2 orang atau10
menjawab 0-2 orang, sedangkan yang menjawab mempunyai anak di atas 8 orang hanya 1 atau 5 .
Pada waktu siang hari setelah pulang sekolah, anak- anak ini akan ke tempat kawan- kawannya untuk bermain demi pekerjaan orang tuanya anak-
anaknya sangat mengerti dan tidak mau menyusahkan para orang tuanya. Para anak- anak yang bersekolah pada tingkat satu SD, mereka belum ikut bekerja
dalam pekerjaan rumah yang bisa membuat anak kurang bersemangat dalam megerjakan tugas- tugas sekolanya atau anak SD ini kadang bermain dengan
adek- adeknya yang masih balita. Dengan demikian ibu mereka dapat bekerja dengan tenang tanpa
terganggu oleh anak- anaknya. Tentang bagaimana peranan ibu dalam mengurus dan mengatur anak- anaknya, berikut ini wawancara yang dilakukan penulis
dengan Ibu K. br. Sinaga :
Universitas Sumatera Utara
“ kadang- kadang banyak kendalah yang datang dari kalangan luar, yang memandang bawah kita kurang memberikan kasih saying pada anak-anak
kita. Numun dalam prisip dalam diri kita apapun yang kita kerjakan yang penting halan demi anak- anak kita,demi masa depan mereka.”
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa walaupun sebenarnya yang bekerja sebagai penjaga parkir ini para perempuan atau ibu rumah tangga, namun kadang-
kadang seluruh keluarga diatur dan diarahkan untuk membantu keluarga dari segi sosisal dan segi ekonomi. Hal ini juga memberikan suatu gambaran kepada kita
bahwa aktivitas penjaga parkir bukan dasar dari unsur dari keluarga, namun dari dasar kemauan para ibu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya
BAB IV POLA JARINGAN SOSIAL DAN PANDANGAN MASYARAKAT
TERHADAP PENJAGA PAKRIR PEREMPUAN 4.1
Pola Jaringan Sosial Dalam Lingkungan Tempat Parkir Perempuan
Para perempuan yang umumnya adalah suku bangsa Batak Toba adalah urbanisasi yang bermingrasi ke Kota Medan dari daerah tapanuli. Mereka
bermingrasi di dorong oleh keinginan untuk memperbaiki kehidupanya atau meguji nasib dan menjadi kehidupan keluarganya nantinya. Kehadiran Kota
Medan tidaklah secara berkelompok tetapi secara sendiri- sendiri dalam waktu tidak bersamaan. Di antara mereka telah ada yang tinggal di kota Medan
Universitas Sumatera Utara
kususnya di kelurahan Babura selama 30 tahun, namun ada pula yang masih baru sekitar 10 tahun atau kurang lebih dari itu. Umumnya kehadiran mereka di
kelurahan Babura, pertama kali adalah mengikuti suami atau saudara dan teman sekampung yang telah lebih dahulu bermingrasi ke Kota seperti yang sudah
dijelaskan di atas. Para perempuan penjaga parkir ini menyadari bahwa mereka berada pada
kesatuan hidup setempat komuniti dan menpunyai berbagai bentuk hubungan- hubungan sosial. Bentuk kesadaran tersebut tercermin dalam berbagai bentuk
hubungan sosial yang terjadi di antara penjaga parkir perempuan yang berada di Kota Medan kususnya kelurahan Babura. Hubungan mereka didasarkan sebagai
warga suku batak, namun perempuan penjaga parkir yang berada di Kota Medan bukan hanya suku Batak Toba, juga suku lain yang menjadih penjaga parkir
misalnya suku Nias, Jawa, Karo. namun yang menjadi pekerja parkir perempuan paling banyak adalah suku Batak Toba
Hal seperti ini bahwa hubungan sosial itu yang sagat kuat antara penjaga parkir yang berada di kelurahan Babura. Yang menjadi kehidupan mereka demi
kelangsungan hidup keluarga. Di dalam hubungan penjaga parkir sagat kuat hubungan sosial di antaranya hubungan bertetangga tempat tinggal,
persahabatan, kepercaya yang berbeda namun tercipta kerukunan beragama, kekerabatan dan sebagainya. Untuk lebih jelas bagaimana hubungan yang terjalin
di antara mereka, dan masyarkat disekitar mereka menjaga parkir dapat dilihat dalam berbagai jaringan yang di bawah ini.
4.1.1. Jaringan Sosial Dalam Sistem Kererabatan