pendefenisian gender yang semestinya oleh masyarakat. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu ditetapka oleh kelas,
gender dan suku. Tetapi sebagian perempuan juga hidup dalam keluarga, dan hubungan gender di dalam keluarga itu mewakili aspek yang amat penting tentang
cara bagaimana perempuan mengalami dunia. Pembuatan keputusan, akses terhadap sumber daya, pembagian kerja, dan hubungan di luar keluarga biasa jadi
semuanya diputuskan oleh hubungan gender di dalam unit keluarga itu sendiri. Berbicara tentang gender, tak terlepas dari adanya konsep ideologi gender. di
samping itu juga terdapat berbagai prespektif mengenai gender tersebut. Nunuk P. Murniati memberikan 3 prespektif gender yaitu prespektif agama, prespektif
budaya, dan prespektif keluarga.
1.6.1. Prespektif Agama
Dalam kehidupan berbudaya, manusia menciptakan berbagai aturan main untuk mengatur hubungan antar manusia dengan Sang Pencipta. Agama dalam hal
ini merupakan salah satu wujud dari kebudayaan manusia. Seperti hasil budaya manusia yang lain, agama dikembangkan berdasarkan pola berpikir yang sudah
ada dalam masyarakat. Ideologi gender juga mewarnai munculnya agama-agama dan perkembangannya. Warna atau pengaruh ini tampak dalam peraturan-
peraturan agama. Bahkan dalam kitab suci dan ajaran agama, pengaruh itu pun tampak pula dengan jelas. Alkitab menyatakan bahwa pada mulanya laki – laki
dan perempuan adalah, yaitu sama – sama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah Kejadian 1:27, kesetaraankesamaan yang dimiliki oleh laki – laki dan
perempuan setelah itu adalah “telah berbuat dosa” dan “kehilangan kemuliaan
Universitas Sumatera Utara
Allah” Roma 3:23 dan perempuan diciptakan dalam rangka memenuhi kebutuhan laki – laki Adam akan “penolongteman yang sepadan”, bukan
pemuas nafsu, apalagi pesuruh Kejadian 2:20-22. Dari beberapa ajaran agama, dapat diketahui seberapa jauh agama mempunyai andil memantapkan ekses
negatif dari ideologi gender. Salah satu ekses ideologi gender adalah terbentuknya struktur budaya
patriakhat. Dalam budaya ini, kedudukan perempuan ditentukan lebih rendah daripada laki-laki. Di dalam masyarakat, terjadi dominasi laki-laki atas perempuan
di berbagai bidang kedudukan. Dalam keluarga, kedudukan suami lebih dominan. Situasi ini berarti meneguhkan patriarchy private dalam keluarga. Melalui
perkembangan kapitalisme yang makin matang, patriarchy private menjadi state patriarchy. Patriarkhi menjadi warna dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan
sosial, manusia mencipatakan aturan-aturan agama sebagai bagian dari struktur kebudayaan.
1.6.2. Prespektif Budaya
Pada waktu manusia masih berpikir sangat sederhana, mereka belajar dari yang merek lihat dalam kehidupan. Mereka menentukan pembagian kerja untuk
kelangsungan hidup. Mulailah pembagian kerja atas biologis. Sejarah mencatat bahwa, sejak zaman itu terjadi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin.dari
sini kemudian muncul perbedaan jenis pekerjaan luar public dan pekerjaan dalamdomestic.
Universitas Sumatera Utara
Tersosialisasi oleh lingkungan hidupnya. Maka hidup perempuan cenderung berkelompok, mengelola makanan dan obat-obatan. Hal ini berbeda
dengan laki-laki yang bekerja diluar secara bebas. Lingkungan hidup laki-laki mensosialisaikan hidupnya berpindah-pindah. Aturan mengenai hidup dibuat
perempuan yang hidupnya menetap. Budaya ini dinamakan budaya matriakhat, dengan anak dikenal dengan garis keturunan ibu.
Perubahan budaya matriakhat menjadi patriakhat, terjadi pada waktu laki- laki mengenal peternakan. Sifat peternakan yang menciptakan harta,
membutuhkan pelimpahan harta sebagai warisan. Karena kebutuhan pelimpahan ini, laki-laki mulai mencari keturunannya untuk diberi hak waris pada waktu yang
sama maka terjadilah perampasan hak perempuan dalam mengambil keputusan. Peristiwa perampasan ini semakin kuat ketika manusia menghargai harta lebih
tinggi daripada nilai manusiawi. Perjalanan budaya patriakat makin kuat dan mantap, ketika terjadi
perubahan sosial ke masyarakat feodal. Kemudian masyarakat ini berkembang menjadi kapitalis, dan kemudian dikunci dengan sistem militeralisme. Akibat
perubahan sosial tersebut, dalam masyarakat terdapat pandangan bahwa norma manusia yang dianggap benar apabila dipandang dari sudut laki-laki. Semua ini
berlaku di berbagai aspek kehidupan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, bahkan agama. Keadaan ini yang melahirkan segala macam diskriminasi terhadap
perempuan, walaupun akibatnya mengenai laki-laki juga.
Universitas Sumatera Utara
1.6.3. Prespektif Keluarga